Limbah Makanan: Dampak Bagi Lingkungan

© Newfoodmagazine.com
© Newfoodmagazine.com

Makanan merupakan kebutuhan utama manusia sebagai makhluk hidup. Makanan yang kita makan setiap hari, rata-rata tiga kali sehari itu tidak jarang menimbulkan sisa. Limbah makanan atau sisa (food waste) didefinisikan oleh BFCN (Barilla Center for Food and Nutrition) sebagai limbah atau hilangnya makanan yang terjadi selama proses produksi, pengolahan, distribusi, dan konsumsi. Sisa makanan sehari-hari ini ternyata bersangkut paut pada permasalahan lingkungan, termasuk perubahan iklim. 

Ads

Dalam beberapa tahun terakhir, limbah makanan telah menjadi fenomena kompleks yang menarik perhatian global. Masalah limbah ini menimbulkan kontradiksi global. Pertanian ditekankan untuk meningkatkan ketahanan pangan, namun kemudian sepertiga dari semua makanan yang diproduksi berakhir sebagai limbah. Lebih lanjut, limbah makanan juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar serta kerusakan parah di dunia.

PBB memperkirakan bahwa satu dari sembilan orang di dunia tidak memiliki akses ke makanan yang cukup untuk hidup sehat. Lebih dari itu, dilaporkan bahwa lebih banyak orang meninggal akibat kelaparan setiap hari daripada terkena penyakit seperti AIDS, malaria, dan tuberkulosis. 

Di sisi lain, merujuk laporan FAO (Food and Agriculture Organization), limbah makanan secara global pada tahun 2013 berjumlah hampir sepertiga dari total makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia. Limbah makanan itu mencapai sekitar 1,6 miliar ton per tahun. Sementara, rata-rata rumah dapat menghasilkan sekitar 150 kg limbah makanan setiap tahun. Jumlah sisa makanan ini—jika tidak berakhir sebagai limbah—mampu membantu sebagian besar masyarakat yang mengalami krisis pangan. 

 

Sebab Timbulnya Limbah Makanan

limbah makanan © Kopifolks.com
© Kopifolks.com

Limbah makanan dapat bermula dari berbagai kondisi, yang tidak hanya terjadi saat makan. Penyebab timbulnya limbah sampah dimulai sejak proses produksi, distribusi bahan makanan, sampai dengan proses pengolahan dan puncaknya saat makan. Bahan makanan yang terbuang pun berakhir di tempat pembuangan akhir. 

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Tahap produksi merupakan penyebab utama pemborosan makanan. Lebih dari 50 persen limbah terjadi selama fase produksi, penanganan hasil dan penyimpanan dan sisanya terjadi selama tahap pemrosesan, distribusi dan konsumsi. Hal ini dikarenakan keterampilan yang tidak memadai, bencana alam, atau kelebihan pasokan makanan di pasar. Kesalahan proses industri dan mengikuti kebijakan keamanan pangan. Seringkali makanan yang tidak sesuai dengan standar kualitas dan estetika turut menjadi penyebab banyaknya bahan makanan yang berakhir menjadi limbah. 

Membeli dan menyiapkan makanan terlalu banyak, baik di hotel, restoran, industri jasa makanan, maupun di rumah juga menjadi penyebab banyaknya makanan yang terbuang. Begitu pula perdagangan dan pemesanan berlebih di toko makanan dan supermarket.  Semuanya berakhir menjadi limbah.

Perencanaan yang kurang dapat menjadi penyebab utama pemborosan makanan dari sisi konsumen. Terkadang, orang membeli banyak makanan tanpa membuat rencana yang tepat tentang waktu konsumsi makanan. Di luar kendali, adakalanya orang-orang tidak mengkonsumsi makanan hingga menyebabkan kadaluwarsa, setelahnya dibuang begitu saja. 

Perilaku konsumen yang cenderung selektif, yang menyebabkan hanya memilih sayuran dan buah-buahan yang tidak bercacat, dan batasan harus ditampilkan untuk tanggal masa simpan. Perilaku seperti itu lebih sering berkontribusi pada pemborosan makanan karena sebagian besar makanan mungkin tetap berada di rak sampai kadaluwarsa.

© Tribunnews.com
© Tribunnews.com

Sementara itu, pada negara berkembang seperti Indonesia rata-rata menimbulkan limbah makanan lebih besar di sektor produksi, yakni pertanian. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan teknik panen dan infrastruktur yang tepat. Kondisi ekonomi dan fasilitas yang tidak memadai juga membuat petani memilih untuk memanen sebelum waktunya, agar mendapatkan uang tunai. Akibatnya, nilai gizi dan ekonomi makanan menjadi turun dan kemungkinan untuk disia-siakan meningkat.

Baca lainnya: Karhutla: Mengapa Api Tak Kunjung Padam

Ragam Masalah dibalik Limbah Makanan

© Extremetech.com
© Extremetech.com

Limbah makanan merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga. Limbah makanan yang dibiarkan berakhir di tempat pembuangan sampah akan menghasilkan gas metana dalam jumlah besar. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang lebih kuat daripada CO2. 

Diperkirakan dalam 1 ton sampah organik menghasilkan 50 kg gas metana, dan 3,3 miliar ton emisi gas rumah kaca dihasilkan dari limbah makanan. Jumlah gas rumah kaca—termasuk metana—yang berlebihan dapat menyerap radiasi inframerah dan memanaskan atmosfer bumi. Kondisi ini yang mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim. 

Limbah makanan juga memiliki mengorbankan lingkungan. Ada energi dan sumber daya yang dikeluarkan untuk mengolah, mengangkut, menyimpan, dan memasak makanan. Jika sebagian besar makanan berakhir sebagai limbah, tentu saja akan banyak sumber daya dan energi yang disia-siakan. Sumber daya alam akan cepat habis jika perilaku orang-orang selalu menyisakan makanan.

Pertanian menghabiskan 70 persen dari air yang digunakan di seluruh dunia. Limbah makanan, yang berawal dari produksi pertanian, menjadi pemborosan besar air tawar dan sumber daya air tanah. Volume air yang sangat besar digunakan hanya untuk menghasilkan makanan yang tidak dimakan. 

Jika dilihat dari sisi penggunaan lahan, sekitar 1,4 miliar hektar lahan, yang kira-kira sepertiga dari total luas lahan subur di dunia, digunakan untuk menanam makanan yang terbuang percuma. Di samping itu, ada jutaan galon minyak yang juga terbuang setiap tahun untuk menghasilkan makanan yang tidak dimakan. 

Besarnya penggunaan lahan untuk pertanian berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati. Kegiatan pengalihgunaan lahan liar menjadi area pertanian telah menghancurkan habitat alami bagi banyak flora dan fauna, dan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Praktik penanaman tunggal juga memperparah hilangnya keanekaragaman hayati. Karenanya, limbah makanan dinilai sebagai penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati di tingkat global.

Di masa lalu, orang-orang memiliki kebiasaan hidup berkelanjutan untuk mengurai sisa makanan.  Makanan yang tidak habis akan diberi kepada hewan ternak. Berbeda dengan saat ini, tidak banyak orang yang memelihara hewan ternak. Sisa makanan pun terbuang ke tong sampah tanpa diolah terlebih dahulu. Terlebih, sisa makanan menjadi sulit diolah karena tercampur tanpa dipilah antara organik dan anorganik.

 

Solusi mengatasinya

Mengatasi masalah limbah makanan adalah sebuah keharusan bagi lingkungan, yang diikuti dengan keharusan moral. Begitu banyak makanan terbuang percuma, sementara ada jutaan orang di dunia yang kelaparan setiap hari. Pemborosan makanan harus dihentikan pada setiap tahap, mulai dari produksi hingga di tangan konsumen individu. 

Untuk menghentikan pemborosan makanan menjadi limbah, langkah pertama yang dapat dilakukan yaitu menyeimbangkan produksi pangan dengan permintaan yang ada. Produksi makanan yang berkurang berarti akan mengurangi penggunaan sumber daya alam. Proses panen, penyimpanan, pengolahan, dan distribusi makanan juga perlu diperbaiki agar tidak makanan tidak terbuang sia-sia di setiap tahap.

Berbagai pihak mulai dari supermarket, gerai makanan ritel, restoran besar, dan konsumen secara individu perlu berinisiatif untuk mengurangi limbah makanan. Perencanaan yang tepat juga diperlukan dalam membeli dan menyiapkan makanan. Dengan demikian akan membantu dalam mengakhiri pemborosan makanan.

Sementara itu, kita perlu menghindari mengambil makanan yang terlalu banyak dan kenyang sebelum habis, lalu menimbulkan sisa. Makan secukupnya atau makan sampai habis juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi limbah makanan. Jika konsumsi makanan terlanjur tidak dihabiskan, kita dapat melakukan pengomposan. Kompos bisa menekan gas metana dari limbah makanan untuk naik ke atmosfer. Lebih lanjut, limbah makanan juga bisa didaur ulang atau diolah menjadi biogas sehingga sisa makanan beralih menjadi energi terbarukan.

Jika telah melakukan berbagai cara namun makanan tetap tidak layak untuk dikonsumsi manusia, makanan itu dapat digunakan untuk memberi makan ternak. Hal ini akan menghemat sumber daya yang seharusnya digunakan untuk memproduksi pakan komersial. Jika makanan benar-benar tidak dapat digunakan kembali, maka setidaknya kita dapat mendaur ulangnya secara bertanggung jawab daripada membuangnya begitu saja ke tempat pembuangan sampah yang terus membusuk. 

 

Penulis: Destri Ananda

Dikurasi oleh: Citra Isswandari Putri 

 

Referensi Literatur

Conserve-energy-future.com. Causes Effects Solutions to Growing Problem Food Waste. Diakses pada 11 Januari 2021 dari laman https://www.conserve-energy-future.com/causes-effects-solutions-food-waste.php 

Mongabay.co.id. Sisa Makanan Ternyata Memicu Perubahan Iklim, Kok Bisa?. Diakses pada 11 Januari 2021 dari laman https://www.mongabay.co.id/2018/07/05/sisa-makanan-ternyata-memicu-perubahan-iklim-kok-bisa/ 

Moveforhunger.org. The Environmental Impact of Food Waste. Diakses pada 11 Januari 2021 dari laman https://moveforhunger.org/the-environmental-impact-of-food-waste 

Jakefood.com. Food Waste: The Problem and the Solutions. Diakses pada 11 Januari 2021 dari laman https://jakefood.com/2019/food-waste/ 

 

Referensi Gambar

https://www.extremetech.com/extreme/186717-uk-supermarket-will-be-the-first-to-disconnect-from-the-grid-use-electricity-generated-entirely-by-its-own-rotten-food 

https://kopifolks.com/reduce-reuse-recycle-leftover-food/ 

https://www.newfoodmagazine.com/article/43551/five-ways-food-waste-environment/ 

https://www.tribunnews.com/bisnis/2014/10/20/80-persen-lahan-pertanian-di-jakbar-dikuasai-pengembang 

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk melakukan kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di daerahmu. Mari kita sama-sama melestarikan lingkungan dan menjaganya. 

 

Yuk bergabung bersama kami sebagai pioneer penghijauan!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.