Air terjun merupakan salah satu keragaman hayati yang berbentuk abiotik atau salah satu komponen penyusun ekosistem berupa keadaan fisik dan kimia. Air terjun sendiri merupakan aliran air maupun sungai yang jatuh dari atas tebing batu menuju kolam terjun yang berada di bawah tebing tersebut. Kebanyakan air terjun di Indonesia dapat ditemukan di dekat ekosistem hutan atau di dalam hutan itu sendiri. Pada pembentukannya, di sebuah aliran air terdapat dua lapisan batu yang saling bertemu kemudian mengikis tanah. Batuan yang halus atau disebut juga soft rock seperti batuan pasir terkikis oleh batu keras atau disebut juga hard rock sebagai pengikis. Dua batu tersebut sama sama terkikis dengan soft rock yang lebih terdampak. Setelah terjadinya pengikisan tersebut terjadi di atas tanah akan menyebabkan erosi dan terbentuklah air terjun dengan kolam terjun di bawahnya. Indonesia memiliki sejumlah air terjun yang dapat dinikmati karena daya tariknya yang tinggi. Dilansir dari artikel Wanaswara yang berjudul Air Terjun Indah di Indonesia, banyak sekali air terjun yang dijadikan ekowisata atau wisata alam yang berbasis ekologis. Bahkan wisata domestik maupun mancanegara sangat tertarik untuk melihat air terjun di Indonesia. Artikel ini lebih lanjut membahas satu air terjun yang cukup terkenal keindahannya yaitu Air Terjun Sri Gethuk, yuk simak lebih lanjut!

Air Terjun Sri Gethuk
Air Terjun Sri Gethuk terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta atau lebih tepatnya di Dusun Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Air terjun ini tepat berada di tepi Sungai Oyo yang mengalirkan air laut dari timur laut ke barat daya sepanjang 106,75 km. Tebing yang berada di samping air terjun ini merupakan tebing kapur yang ditumbuhi oleh pepohonan rindang.
Ketinggian air terjun ini sekitar 25 meter dengan 3 hingga 5 meter terjunan air terjun. Mata airnya terdiri dari tiga mata air yaitu Ngandong, Ngumbul dan Dong Poh. Dari ketiga mata air tersebut terbentuklah butiran-butiran air yang jatuh ke muara melalui tebing kapur yang tandus. Muara dari air terjunnya berwarna jernih kehijauan yang memberi kesan tenang. Namun, pada musim penghujan airnya bisa berwarna kecoklatan yang menurunkan daya tarik air terjun tersebut.
Meskipun keberadaannya berada di antara pegunungan kapur dan pantai, awalnya tempat ini merupakan tempat yang sangat tandus. Hal tersebut disebabkan karena letaknya berdekatan dengan ekosistem pegunungan kapur yang dikenal sebagai lahan yang kurang subur dan rentang terjadi erosi maupun longsor. Lapisan kapur memiliki pori-pori aerasi yang sangat rendah dan kebanyakan ekosistem ini menghasilkan batu gamping atau batu kapur.
Dengan kecerdikan masyarakat setempat, mereka menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata sehingga dibangunlah lahan yang lebih subur dan ramah untuk para wisatawan. Wisata ini juga memberikan keuntungan ekonomi baik individu maupun daerah bagi masyarakat di sana. Meskipun begitu, masih banyak dampak lain yang muncul akibat kawasan air terjun ini dijadikan tempat wisata yaitu pemeliharaan tempat dan pengkondisian wilayah yang lebih ketat.
Fakta Menarik
Air terjun Sri Gethuk memiliki nama lain yaitu Air Terjun Slempret yang diberikan oleh masyarakat Desa Bleberan. Menurut legenda yang berasal dari desa tersebut, air terjun ini merupakan pusat para jin slempret yang dipimpin oleh Jin Anggo Menduro sehingga dinamai Slempret. Sekumpulan jin tersebut sangat menyukai musik gamelan sehingga banyak orang yang percaya apabila mendengar suara tabuhan gamelan di tempat tersebut itu adalah Anggo Menduro. Meskipun begitu, wisatawan tidak perlu khawatir selama mereka masih menjaga dan tidak merusak ekosistem yang ada.
Selain dari nama “Slempret”, nama “Gethuk” sendiri juga masih berasal dari legenda tersebut. Karena kumpulan jin slempret tersebut senang menabuh gamelan, salah satu seni musik khas Jawa, mereka melakukan “kethukan” pada gamelan tersebut. Dari “kethukan” inilah diambil nama asli air terjun ini atau “Gethuk”. Nama yang diambil dari aktivitas yang menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan hobi penghuni air terjun tersebut.
Sebagai keinginan masyarakat agar membuat tempat ini berkembang, mereka sendirilah yang berperan mengelola kawasan air terjun ini. Tak hanya mengelola saja, mereka membuat Kelompok Sadar Wisata Desa Bleberan yang dilakukan bersama wisatawan. Tujuannya agar tempat ini terjaga keindahannya, kenyamanannya, dan tidak rusak oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.
Ekowisata

Dilansir dari artikel Wanaswara, Ekowisata merupakan wisata yang berbasis alam dengan tujuan belajar maupun rekreasi. Meskipun ekosistem alam dijadikan tempat wisata, pengunjung atau wisatawan perlu dibatasi untuk menjaga alam tersebut. Indonesia sendiri telah mengatur pengembangan ekowisata dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 yang berjudul Pedoman Pengemabangan Ekowisata di Daerah. Ekowisata di Air Terjun Sri Gethuk ini melakukan pengembangan wisata yang berbasis prinsip dari pedoman tersebut seperti pelestarian, pendidikan, pariwisata, ekonomi, dan partisipasi masyarakat.
Menurut data kunjungan sendiri tercatat sekitar 131.259 pengunjung pada tahun 2014 dan 140.315 pengunjung di tahun 2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa air terjun ini cukup populer bagi kalangan wisatawan. Biaya retribusi yang biasanya dikenakan pada wisatawan hanya senilai Rp 10.000,- saja sama halnya dengan biaya perahu menuju air terjun tersebut.
Untuk mencapai Air Terjun Sri Gethuk yang berlokasi di tengah hutan, pengunjung dapat memasuki wilayah tersebut menggunakan kendaraan baik motor, mobil maupun bis yang akan dikenakan biaya parkir. Rute yang dapat ditempuh apabila titik mulanya di Kota Jogja, ambil rute ke arah timur yang bertemu dengan ringroad Ketandan. Setelah mencapai ringroad tersebut, arah yang diambil adalah arah selatan di Jalan Wonosari yang menuju Kabupaten Gunung Kidul. Selama perjalanan patokan utamanya adalah Landasan Udara TNI AU dan belok ke kanan menuju Playen. Setelah berada di Playen, wisatawan dapat menemui petunjuk lokasi menuju air terjun ini.
Fasilitas ekowisata di Air Terjun Sri Gethuk ini terdiri dari berbagai macam fasilitas dengan tujuan untuk berekreasi sehingga daya tarik tempatnya semakin meningkat tiap tahunnya. Tempat ini juga ramah untuk semua usia dalam menikmati objek wisatanya. Berikut adalah daftar fasilitas yang ada:
- Perahu

Sesampainya di titik sampai, pengunjung tidak akan langsung menemui air terjun melainkan harus menyusuri sungai terlebih dahulu yang terhitung cukup panjang. Untuk itu, perahu disediakan bagi para pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi titik utama air terjun tersebut dan dikenakan biaya sekitar Rp 10.000,-.
- Perlengkapan Bermain Air
Sesampainya di air terjun kebanyakan para wisatawan akan bermain air dan menikmati air terjun. Untuk mendukung kegiatan tersebut tempat ini menyediakan perlengkapannya seperti pelampun, ban, dan lain sebagainya.
- Cafetaria
Tak jarang tempat wisata pasti ada tempat yang menyediakan makanan, salah satunya cafetaria. Tempat ini menyediakan berbagai macam makanan, jajanan hingga oleh-oleh khas Jogja dari pedagang setempat yang dapat dinikmati di tempat wisata tersebut maupun dibawa pulang. Yang paling khas dari tempat wisata ini adalah kuliner kelapa muda panggang yang cukup populer di daerah Bleberan.
- Kamar Mandi
Tentunya selepas bermain air di titik air terjun para wisatawan perlu berbenah untuk siap kembali pulang. Tempat ini menyediakan kamar mandi yang berdekatan dengan mushola. Kamar mandi ini dapat digunakan oleh para wisatawan tanpa dikenakan biaya retribusi dan berada di sekitar alam yang menggunakan air bersih.
- Flying Fox

Selain bermain air, salah satu hal menarik yang dapat dilakukan wisatawan adalah bermain flying fox. Kegiatan ini sudah dilengkapi oleh pemandu khusus untuk mendampingi dan memandu mereka yang ingin menggunakan flying fox. Flying fox ini dapat dinaiki oleh anak-anak hingga orang dewasa dengan biaya sekitar Rp 35.000,- per orangnya dan body rafting sebesar Rp 30.000,-.
Penulis: Fitri Nurul Falah
Dikurasi Oleh: Daning Krisdianti
Referensi Literatur
BAHTARI, D. I. (2017). DAYA DUKUNG OBYEK WISATA ALAM AIR TERJUN SRI GETHUK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Kiswantoro, A. (2017). Pengaruh Kenyamanan Fasilitas Wisata dan Kepuasan Wisatawan Terhadap Keputusan Wisatawan Untuk Berkunjung Kembali ke Kawasan Wisata Goa Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk Gunungkidul Yogyakarta. Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah, 11(01), 27-38.
Ramadhian, N. (2020). Air Terjun Sri Gethuk di Gunungkidul, Ada Flying Fox yang Seru. Kompas.com. Diakses pada Februari 2021 dari https://travel.kompas.com/read/2020/09/07/100614827/air-terjun-sri-gethuk-di-gunungkidul-ada-flying-fox-yang-seru?page=all
Ratnawati, D. (2015). ANALISIS DAMPAK WISATA ALAM AIR TERJUN SRI GETHUK TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi kasus di Desa Menggoran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul) (Doctoral dissertation, UPN” Veteran” Yogyakarta).
Samsuharjo, D., Margono, S. A., & Purbokusumo, Y. Pengembangan Ekowisata Di Air Terjun Sri Gethuk.
Referensi Gambar
https://4.bp.blogspot.com/-SU6d7h4cmNU/V06HQh09neI/AAAAAAAAAuA/qpV3KeBOrUgrEETZNpS3-WEHjtw4XFYbgCLcB/s1600/122461825.jpg
https://blog.roomme.id/wp-content/uploads/2020/09/Air-Terjun-Sri-Alodia-768×511.jpg
https://www.alodiatour.com/wp-content/uploads/2018/04/foto-air-terjun-sri-gethuk.jpg
https://www.superadventure.co.id/news/22708/seru-nih-bro-main-flying-fox-di-air-terjun-sri-gethuk-gunung-kidul/
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk melakukan kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di berbagai daerah. Mari kita sama-sama melestarikan lingkungan dan menjaganya.
Yuk bergabung bersama kami sebagai pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!