Negara Indonesia adalah negara ke-2 yang memiliki kekayaan alam yang disebut sebagai megabiodiversitas tertinggi di dunia (Nilawati, 2019). Salah satu jenis keanekaragaman hayati dari kelompok hewan yang ada di Indonesia adalah amfibi. Indonesia merupakan negara ke-5 yang paling beragam dalam jumlah spesies amfibinya. Menurut data IUCN tahun 2013 jumlah dari spesies amfibi yang ada di Indonesia sebanyak 392 spesies dan menempati peringkat ke-2 spesies amfibi endemik di kawasan Asia. Kata amfibi berasal dari dua kata yaitu “amphi” yang berarti ganda dan “bios” yang berarti hidup. Sehingga amfibi merupakan hewan yang dapat hidup di dua habitat yakni perairan dan darat. Hewan jenis ini juga merupakan vertebrata yang memiliki dua fase hidup dalam dua lingkungan hidup yang berbeda. Dimana ketika menetas akan hidup di air dan bernapas menggunakan insang, namun ketika dewasa akan hidup di darat dan bernapas menggunakan paru-paru. Selain itu, diketahui juga bahwa hewan jenis ini menghuni hampir di seluruh permukaan bumi kecuali di antartika. Karena karakteristik amfibi yang juga merupakan bagian dari komponen ekosistem yang memiliki peranan sangat penting bagi keseimbangan lingkungan. Kelompok hewan amfibi dikenal dengan herpetofauna, yaitu binatang-binatang melata. Herpetofauna ini memiliki ukuran tubuh yang bermacam-macam namun memiliki kesamaan yaitu berdarah dingin atau habitat di dua lingkungan. Fauna ini dapat menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan.

3 Ordo Amfibi
Umumnya kita mengenal katak sebagai hewan amfibi, namun sebenarnya kelompok hewan amfibi terbagi menjadi 3 ordo yaitu Caudata, Anura dan Gymnophiona. Caudata adalah hewan yang memiliki ekor. Jenis ini memiliki tubuh yang panjang, memiliki anggota gerak dan tidak memiliki telinga atau tympanum. Beberapa spesies Caudata mempunyai insang dan paru-paru. Adapun spesies lain yang juga bernapas menggunakan kulit. Tubuhnya terdiferensiasi antara kepala, tubuh dan ekor. Dimana pada kepala terdapat mata yang mengalami reduksi. Contoh dari spesies Caudata adalah Salamandroidea atau Salamander. Akan tetapi, masih terdapat 2 sub ordo lain seperti Sirenidea dan Cryptobranchoidea, namun jenis sub ordo Salamandroidea umumnya yang paling banyak ditemukan.
Sedangkan ordo Anura merupakan amfibi yang tidak berekor saat dewasa. Hewan ini lebih dikenal dengan katak yang pada saat fase muda atau pada saat masih kecebong. Umumnya memiliki ciri-ciri tubuh yang terdiferensiasi menjadi 3 bagian yaitu kepala, badan, dan anggota gerak. Memiliki kulit yang cenderung basah karena memiliki kelenjar lendir di bawah kulitnya. Anura sendiri sering disebut dengan istilah katak dan kodok. Ciri lain yang paling mencolok adalah tekstur kulitnya. Dimana kulit katak lebih halus dari kodok dan bentuk tubuh katak yang lebih ramping daripada kodok pada umumnya. Anura dapat hidup di dua tempat yaitu pepohonan atau arboreal dan daratan atau terestrial.
Ordo Gymnophiona merupakan amfibi yang tidak memiliki anggota gerak dan sebagian alat geraknya tereduksi secara fungsional. Memiliki bentuk tubuh menyerupai cacing, bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan dengan ordo Gymnophiona ini, mempunyai mata reduksi yang tertutup oleh kulit dan retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anteriornya terdapat tentakel yang berfungsi sebagai organ sensory. Ordo Gymnophiona juga menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva, hidupnya berada dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa, insang mengalami reduksi dan umumnya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik (Fajar Suprianto, 2009).
Manfaat Dari Keberadaan Amfibi Di Bumi
Kita tahu bahwa amfibi adalah salah satu kelompok hewan yang kurang mendapat perhatian dari masyarakat maupun dalam penelitian di Indonesia. Padahal amfibi memegang peranan penting pada rantai makanan dan memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Saat ini Amfibi pada ordo Anura diketahui memiliki banyak manfaat baik secara ekologi maupun dari segi ekonomi. Amfibi dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas lingkungan terutama perairan (Kusrini, 2003; Mistar, 2003 dalam Leksono, S.M & Firdaus, N, 2017). Selain itu, amfibi juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk membantu manusia dalam menanggulangi hama seperti serangga. Adapun menurut Stebbins dan Cohen (1997) bahwa herpetofauna seperti amfibi dan reptil memiliki peran sebagai penyusun suatu ekosistem. Secara ekologis, memiliki peran sebagai pemangsa konsumen primer seperti serangga dan hewan invertebrata (tidak bertulang belakang). Sedangkan secara ekonomis, bermanfaat sebagai sumber protein hewani, hewan peliharaan, dan sebagai obat-obatan.
Bacaan Lainnya : Katak Panah Beracun, Hewan Eksotik yang Mematikan
Kawasan Konservasi
Terdapat kawasan lindung tempat habitat amfibi di Indonesia salah satunya kawasan Suaka Margasatwa Sermo, Cagar Alam Rawa Danau dan Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung. Pada kawasan Suaka Margasatwa Sermo ini terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan tersebut merupakan salah satu kawasan hutan lindung dan sebagai tempat habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, salah satunya adalah herpetofauna amfibi dan reptil. Hutan di kawasan Suaka Margasatwa Sermo terdiri atas hutan sekunder yang umum memiliki kerapatan vegetasi kurang dari 90%, dengan ketinggian antara 90-250 mdpl dan luas sekitar 181 ha. Vegetasi yang ada di hutan ini mulai ditanam dari tahun 1940-an sampai tahun 1990-an dan tanaman yang ada di Suaka Margasatwa Sermo bersifat homogen. Jenis tanamannya berupa tanaman monokultur jenis mahoni, eukaliptus, akasia, kayu putih dan jati. Karena jenis tanaman sama seperti yang ditemukan di hutan tropis dan keberadaannya sebagai tempat penyimpanan air sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan amfibi dan reptil ada di kawasan ini. Spesies hewan amfibi yang ditemukan di kawasan SM Sermo adalah Ingerophrynus biporcatus, Fejervarya limnocharis, Kaloula baleata, Duttaphrynus melanostictus dan Polypedates leucomystax.

Selanjutnya Cagar Alam Rawa Danau merupakan kawasan konservasi rawa dataran tinggi yang masih tersisa di pulau Jawa (Melisch & Noor, 1993). kawasan Rawa Danau juga mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi (Whitten dkk.,2006). Salah satu kekayaan keanekaragaman hayati di Cagar Alam Rawa Danau adalah amfibi. Di Cagar Alam Rawa Danau Serang, ditemukan tujuh jenis Anura yaitu Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Rana erythraea, Rana calchonota, Occidozyga lima, Bufo melanostictus, dan Bufo bifurcatus. Jenis yang ditemukan tersebut termasuk kedalam dua famili yaitu Bufonidae dan Ranidae.

Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung merupakan tipe hutan pegunungan dataran rendah dengan ketinggian yang mencapai 695 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas 2.812 Ha. Jenis yang ditemukan di dalam kawasan hutan lindung ini sebanyak 18 amfibi dari 6 famili dengan total 357 individu. Dari 18 jenis amfibi diantaranya yaitu Hylarana picturata, Hylarana raniceps, Hylarana megalinesa, Hylarana nicobariensis, Staurois guttatus, Meristogenys phaeomerus, Odorrana hosii, Ansonia spinulifer, Ansonia minuta, Pelophryne signata, Limnonectes kuhlii, Polypedates leucomystac, Polypedates otilopus, Nyctyxalus pictus, Megophrys nasuta, Leptobrachium abbotti, Leptobrachella mjobergi dan Kalophrynus pleurostigma.
Penulis: Irene Mega Mellyana
Dikurasi Oleh: Daning Krisdianti
Referensi Literatur:
- Arista A., Winarno G. D., Hilmanto R. 2017. Keanekaragaman Jenis Amfibi Untuk Mendukung Kegiatan Ekowisata Di Desa Braja Harjosari Kabupaten Lampung Timur. Biosfera Vol 34, No. 3 (103-109). Universitas Lampung. Tersedia dalam https://www.researchgate.net/publication/320590687_Keanekaragaman_Jenis_Amfibi_untuk_Mendukung_Kegiatan_Ekowisata_di_Desa_Braja_Harjosar_Kabupaten_Lampung_Timur/link/59ef4401458515ec0c7b577b/download. Diakses pada 31 Desember 2020.
- Devi S. R., dkk. 2019. Struktur Komunitas Ordo Anura Di Lokasi Wisata Bedengan Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Tersedia dalam https://media.neliti.com/media/publications/233979-keanekaragaman-amfibi-ordo-anura-di-tipe-0fe79693.pdf. Diakses pada 29 Desember 2020.
- Jusmaldi., Setiawan A., Hariani N. 2019. Keanekaragaman Dan Sebaran Ekologis Amfibi Di Air Terjun Berambai Samarinda Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Biologi. Universitas Mulawarman Samarinda. Tersedia dalam https://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/3730/pdf. Diakses pada 31 Desember 2020.
- Leksono S. M., dkk. 2017. Pemanfaatan Keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura) di Kawasan Cagar Alam Rawa danau Serang Banten Sebagai Material Edu-Ekowisata. Tersedia dalam https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/17618. Diakses pada 29 Desember 2020.
- Yani A., Said S., Erianto. 2015. Keanekaragaman Jenis Amfibi Ordo Anura Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Jurnal hutan Lestari Vol. 3 (1): 15-12. Universitas Tanjungpura. Tersedia dalam https://media.neliti.com/media/publications/10418-ID-keanekaragaman-jenis-amfibi-ordo-anura-di-kawasan-hutan-lindung-gunung-semahung.pdf. Diakses pada 31 Desember 2020.
- Yudha D. S., Eprilurahman R., Muhtianda I. A., Ekarini D. F., Ningsih O. C. 2015. Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan Suaka Margasatwa Sermo Daerah Istimewa Yogyakarta. Tersedia dalam https://media.neliti.com/media/publications/114157-ID-keanekaragaman-spesies-amfibi-dan-reptil.pdf. Diakses pada 29 Desember 2020.
- https://unikonservasifauna.org/herpetofauna/
Referensi Gambar:
- https://nationalgeographic.grid.id/read/13309856/spesies-katak-terbaru-ditemukan-di-venezuela-dan-kolombia
- https://www.tuguwisata.com/suaka-margasatwa-sermo/
- https://wia.id/journal/cagar-alam-rawa-danau-kawasan-ekosistem-rawa-air-tawar-satu-satunya-di-pulau-jawa/
Lindungihutan.com merupakan Platfrom Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!