
Sebelum kita memahami mikroplastik, yuk kita pahami dampak dari plastik terlebih dahulu. Seluruh aspek kehidupan manusia saat ini tidak luput dari keberadaan plastik. Tidak bisa dipungkiri bahwa plastik berguna dalam mempermudah kehidupan sehari-hari. Alhasil, setiap tahun, dunia memproduksi jutaan ton plastik, yang sebagian besar di antaranya hanya sekali pakai. Rendahnya jumlah plastik yang didaur ulang serta kebiasaan banyak orang yang membuang sampah sembarangan semakin memperbanyak jumlahnya di bumi. Akibatnya, banyak sampah plastik berserakan di jalanan, di sungai, atau bahkan di lautan.
Plastik membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk dapat terurai. Selama itu pula plastik mendatangkan masalah serius bagi lingkungan. Pembuangan limbah plastik yang tidak dikelola dengan baik pun akan menimbulkan pencemaran. Maka, tidak heran jika plastik dianggap sebagai salah satu sumber paling polutan dari tanah dan lautan kita.
Begitu besarnya dampak yang ditimbulkan dari plastik telah menjadi persoalan serius. Plastik yang awalnya menjadi benda bermanfaat dan serbaguna, kini beralih menjadi ancaman. Plastik dapat mengacaukan ekosistem, khususnya di laut. Plastik berdampak pada sistem rantai makanan di lautan, yang akan berbahaya pula bagi manusia yang ikut mengonsumsi hewan yang berasal dari laut.
Begitu sampah plastik dibiarkan di lingkungan, maka akan terpapar unsur-unsur alam, seperti radiasi matahari, angin, atau hujan. Pada gilirannya, plastik akan terpecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, yang juga dikenal sebagai fragmentasi. Fragmen plastik akan terus terurai seiring waktu hingga sangat terurai dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia lagi. Fragmen kecil plastik ini dikenal sebagai mikroplastik, dan memiliki dampak negatif yang sangat besar terhadap lingkungan.
Mengenal Mikroplastik dan dampak buruknya bagi keselamatan makhluk hidup

Mikroskopis plastik atau disingkat mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kecil yang berasal dari penguraian plastik yang berukuran lebih besar. Seperti namanya, plastik ini berupa potongan yang berukuran kecil atau mikro (terlalu kecil) untuk dilihat oleh mata manusia. Umumnya, setiap partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter (0,2 inci) dianggap sebagai mikroplastik.
Mikroplastik merupakan salah satu polutan yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan hewan. Seperti jenis plastik manapun, masalah plastik ini ialah tidak serta-merta terurai menjadi partikel yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Plastik ini akan terus ada dan akan terus bertambah jumlahnya seiring dengan semakin menumpuknya sampah plastik di seluruh dunia.
Meski berukuran sangat kecil, mikroplastik dapat mendorong kerusakan yang amat besar bagi lingkungan. Plastik ini mempengaruhi kehidupan laut mulai dari permukaan laut hingga laut yang paling dalam. Berdasarkan studi Royal Society Open Science, mikroplastik ditemukan di krustasea laut dalam yang berasal dari enam palung ekosistem laut yang berbeda. Terdapat satu hingga delapan potongan plastik tersebut dari 75 persen spesimen, yang diantaranya terdapat campuran mikrofiber, termasuk bahan sintetis seperti nilon, lyocell, dan rami.

Mikroplastik dapat ditemukan di semua samudra kita, karena arus laut siklus potongan mikroskopis plastik dari satu tempat ke tempat lain. Lebih buruk lagi, sampah mikroplastik memiliki dampak negatif yang sangat besar pada kehidupan laut. Plastik ini biasanya disalah artikan sebagai makanan oleh hewan laut, karena warnanya yang berwarna-warni dan menyerupai potongan makanan yang sebenarnya. Plastik ini dapat dicerna oleh berbagai hewan, mulai dari makhluk kecil seperti zooplankton hingga hiu dan paus.
Banyak plastik yang mengandung bahan kimia yang dapat larut dari plastik ke lingkungan. Makhluk hidup akan terpapar bahan kimia ini saat menelan plastik atau di saat larut ke dalam makanan, ataupun saat dilepaskan ke atmosfer saat dibakar. Dengan kata lain, masalah mikroplastik bukan hanya terdapat pada plastik itu sendiri, tetapi juga pada campuran kompleks bahan kimia yang dimasukkan dalam plastik.
Para ilmuwan masih tidak yakin apakah mikroplastik yang dikonsumsi berbahaya bagi kesehatan manusia atau hewan, dan bahaya spesifik yang mungkin ditimbulkannya. World Health Organization (WHO) menyatakan jika mikroplastik belum menunjukkan bukti terkait masalah kesehatan manusia. Meskipun demikian, hal ini didasarkan pada terbatasnya jumlah informasi yang ada saat ini.
Sumber mikroplastik di sekitar kita

Ada berbagai macam jenis plastik yang umumnya dapat ditemukan pada benda sehari-hari. Ketika barang-barang berbahan plastik berserakan, plastik tersebut akan terurai karena faktor alam lingkungan. Namun, sebetulnya plastik tidak benar-benar terurai. Setiap kantong plastik, kemasan plastik, dan barang sehari-hari berbahan plastik yang manusia buang akan tetap ada di lingkungan.
Mikroplastik memasuki lingkungan melalui berbagai cara. Biasanya, mikroplastik berawal dari penggunaan produk-produk berbahan plastik sehari-hari yang digunakan manusia. Beberapa sumber yang mengakibatkan mikroplastik berakhir di lingkungan yaitu antara lain degradasi potongan plastik yang berukuran lebih besar, dari penggunaan produk kosmetik dan kebersihan tubuh, dan dari pakaian sintetis yang dipakai secara umum di seluruh dunia.
Degradasi potongan plastik dapat menjadi sumber terbentuknya mikroplastik. Plastik yang tidak terurai akan terpapar panas dan abrasi laut, oleh angin, ombak, dan radiasi matahari. Seiring berjalannya waktu, potongan kecil hasil penguraian tersebut menjadi mikroskopis plastik atau mikroplastik.
Mikroplastik dapat berasal pula dari microbeads, potongan plastik kecil yang terdapat pada produk perawatan dan kebersihan tubuh seperti scrub, facial wash, sabun, pasta gigi, kosmetik, dan sebagainya. Microbeads adalah bentuk plastik yang biasanya berukuran kurang dari 2 milimeter. Penggunaan produk yang mengandung Microbeads akan masuk dan terbawa ke saluran pembuangan air. Pada akhirnya, potongan plastik ini akan dibuang kembali ke danau atau sungai, dan berakhir ke laut.
Adapun cara lain mikroplastik memasuki lingkungan adalah melalui pakaian, yakni pakaian yang berbahan sintetis. Beberapa pakaian yang berbahan sintetis di antaranya seperti bulu domba, akrilik, dan poliester. Saat mencuci pakaian yang terbuat dari bahan sintetis, partikel plastik kecil dari pakaian akan terkikis dan berakhir di sistem air limbah rumah, yang pada akhirnya sampai ke laut. Potongan kecil serat sintetis ini, yang dikenal sebagai serat mikro, juga merupakan jenis mikroplastik.
Ada di berbagai tempat tak terduga

Partikel mikroplastik merupakan menjadi bentuk polusi limbah padat yang saat ini paling melimpah di bumi. Mikroplastik ditemukan di mana-mana, dan mengkontaminasi lingkungan hingga ke tempat yang tidak pernah terbayangkan. Plastik ini telah terdeteksi pada organisme laut dari plankton hingga paus, makanan laut komersial, dan bahkan air minum. Yang mengkhawatirkan, mikroplastik di laut dapat mengikat bahan kimia berbahaya lainnya sebelum tertelan oleh organisme laut.
Keberadaan mikroplastik telah terdeteksi hingga ceruk terdalam di lautan. Menurut hasil penelitian lembaga sains nasional Australia CSIRO, diperkirakan ada 14 juta metrik ton mikroplastik mengendap di laut dalam. Jumlah itu diyakini lebih dari dua kali lipat banyaknya plastik yang mengambang di permukaan laut.
Berdasarkan jumlah rata-rata partikel dalam sampel dan ukuran lautan, para peneliti menghitung bahwa jumlah total mikroplastik global di dasar laut adalah antara 8 juta hingga 14 juta metrik ton. Namun, kemungkinan jumlah plastik tersebut di lautan seluruh dunia bisa lebih tinggi tergantung kedekatan laut dengan wilayah pesisir yang padat penduduk. Temuan dalam penelitian ini menyoroti tingkat polusi plastik, dan membuktikan bahwa tidak ada wilayah laut yang bebas dari masalah plastik.
Tak hanya mencemari dasar laut, mikroplastik juga telah terdeteksi pada titik tertinggi planet ini. Plastik ini ditemukan pada ketinggian lebih dari 8 km di atas permukaan laut, yakni pada area menuju puncak Gunung Everest. Berdasarkan studi yang termuat dalam jurnal One Earth, sampel salju Gunung Everest dipenuhi oleh serat mikroplastik tipis dan kering. Mikroplastik di Everest sebagian besar terbuat dari poliester, akrilik, nilon, dan polipropilen, merupakan bahan yang umum digunakan pada perlengkapan outdoor. Trekker dan pendaki gunung berkemungkinan besar disalahkan atas hal ini.
Kini, para ilmuwan mengungkapkan bahwa untuk pertama kalinya mikroplastik dan nanoplastik telah ditemukan pada organ dan jaringan tubuh manusia. Di luar dari akibatnya bagi kesehatan, penemuan mikroplastik dan nanoplastik di organ manusia semakin membuktikan bahwa bagaimana merambatnya bahan buatan manusia ini dalam waktu kurang dari satu abad sejak diciptakan.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh LSM lingkungan Ecoton mendapati bahwa di dalam feses (tinja) manusia mengandung mikroplastik. Mikroplastik ada di hampir semua sampel yang diteliti. Bentuknya beragam, yakni fragmen, fiber, filamen, dan granula. Hasil penelitian pada 10 gram feses di laboratorium, menunjukkan terdapat sekitar 2 sampai 15 partikel mikroplastik per milimeter. Hal ini memberi indikasi bahwa seluruh lingkungan hidup tidak ada yang terlepas dari keberadaan plastik.
Belakangan ini, mikroplastik bahkan ditemukan di udara dan debu rumah tangga. Sebagian besar dari kita cenderung menghirup mikroplastik setiap hari. Namun, belum diketahui tingkat kerusakan apa yang dapat ditimbulkan oleh paparan ini atau apa yang terjadi pada jenis mikroplastik itu dalam tubuh manusia.
Mikroplastik telah menjadi ancaman yang sulit dihindari sebab ketergantungan manusia akan plastik. Semakin meluasnya mikroplastik menjadikan banyak negara mulai melakukan tindakan pengurangan mikroplastik di lingkungan. Resolusi PBB pada tahun 2017 membahas mikroplastik dan perlunya peraturan untuk mengurangi bahaya ini terhadap lautan kita, satwa liarnya, dan kesehatan manusia.
Jika kita tidak mengubah kebiasaan menggunakan plastik, maka plastik akan semakin mencemari dan mengotori lingkungan, juga akan berakibat buruk bagi keberlangsungan makhluk hidup termasuk manusia. Pasalnya, diprediksi pada tahun 2050 akan ada lebih banyak sampah plastik di lautan daripada ikan.
Penulis: Destri Ananda
Referensi Literatur
Get-green-now.com. 15 Desember 2018. How Do Microplastics Affect The Environment?. https://get-green-now.com/how-do-microplastics-affect-the-environment/
Greenmatters.com. Microplastics Are Littering Our Planet — but Where Do They Come From?. https://www.greenmatters.com/p/where-do-microplastics-come-from
Iflscience.com. 17 Agustus 2020. Microplastics Found In Human Organs And Tissues For The First Time. https://www.iflscience.com/health-and-medicine/microplastics-found-in-human-organs-and-tissues-for-the-first-time/
Livescience.com. 9 Oktober 2020. 15 million tons of microplastics pollute the seafloor. https://www.livescience.com/14-million-tons-microplastics-ocean.html
Nationalgeographic.com. Encyclopedia: Microplastics. https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/microplastics/
Nationalgeographic.com. 20 November 2020. Microplastics found near Everest’s peak, highest ever detected in the world. https://www.nationalgeographic.com/environment/2020/11/microplastics-found-near-everests-peak-highest-ever-detected-world/
Sciencelearn.org. How harmful are microplastics? https://www.sciencelearn.org.nz/resources/2809-how-harmful-are-microplastics
Voaindonesia.com. 30 September 2019. Ditemukan Mikroplastik dalam Feses, Ancaman Nyata Plastik Bagi Manusia. https://www.voaindonesia.com/a/ditemukan-mikroplastik-dalam-feses-ancaman-nyata-plastik-bagi-manusia/5103972.html
Referensi Gambar
https://phys.org/news/2013-12-microplastics-marine-worms-sick.html
https://unsplash.com/photos/0kpPu9WPVmU
https://www.ripleyaquariums.com/canada/plastic-pollution-great-lakes/
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk melakukan kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di berbagai daerah. Mari kita sama-sama melestarikan lingkungan dan menjaganya.
Yuk bergabung bersama kami sebagai pioneer penghijauan!