Site icon Wanaswara

Babirusa : Satwa Endemik yang Unik

Babirusa

Babirusa

Babirusa ⓒ blog.nature.org

Sahabat alam tau gak kalau di Indonesia ada satu hewan endemik yang punya nama gabungan dari dua hewan sekaligus? Hewan yang dimaksud adalah Babirusa (Babyrousa). Jadi sebenarnya hewan ini babi atau rusa? Nah, jangan risau dulu karena walaupun namanya membingungkan, tapi hewan ini tetap masuk ke dalam famili Suidae atau masih satu keluarga dengan babi. Satwa ini diberi nama Babirusa karena memiliki fisik seperti babi pada umumnya, namun terdapat taring panjang yang tumbuh mencuat ke atas dari moncongnya seperti tanduk rusa. Selain itu, satwa ini juga memiliki sistem pencernaan menyerupai rusa dan hewan ruminansia lainnya, yakni memiliki ruang perut ganda. Satwa endemik ini hanya bisa ditemukan di Sulawesi dan sayangnya keberadaan satwa ini sudah langka, bahkan kemungkinan sudah punah di beberapa daerah di Sulawesi. 

Ads

Terdapat empat subspesies Babirusa  yang diakui, yakni Babyrousa celebensis, Babyrousa babyrussa, Babyrousa togeanensis dan Babyrousa bolabatuensis. Sayangnya, subspesies Babyrousa bolabatuensis sudah punah dan hanya ditemukan fosilnya saja di semenanjung selatan Sulawesi. Kenalan lebih dalam lagi, yuk, sama satwa endemik yang semakin langka ini!.

Babirusa ⓒ blog.therainforestsite.greatergood.com

Karakteristik Babirusa

Secara umum, hewan ini memiliki ukuran tubuh dari kepala hingga badan sepanjang 87-106 cm, panjang tengkorak 25-30 cm, panjang ekor 27-30 cm, panjang telapak kaki belakang 19-20 cm, tinggi badan 65-80 cm dan berat badan 90-100 kg. Hewan ini memiliki taring yang mencuat  dari moncongnya dan membengkok ke arah matanya sepanjang 30 cm yang berfungsi menjaga matanya dari duri rotan. Badan memanjang dan punggung membungkuk, kaki ramping dan kuat, ekor tipis dengan ujung berbulu sehingga menyerupai kuas. Hewan ini memiliki kulit berwarna abu-abu yang tebal, kasar dan keras serta berkerut di sekitar wajah, telinga dan leher. Bulu-bulu hanya terdapat di sepanjang tulang belakang dan ujung ekor yang tersusun berdekatan dan pendek-pendek. Cara membedakan antara jantan dan betina adalah dengan melihat ukuran taringnya. Betina memiliki taring yang lebih pendek atau bahkan taring tidak mencuat sama sekali dari moncongnya. Selain itu, jantan memiliki skrotum yang terlihat jelas.

Setiap subspesies memiliki karakteristiknya sendiri. Babyrousa babyrussa (Babirusa Emas) memiliki perawakan terkecil dibanding yang lain. Subspesies ini memiliki rambut berwarna putih, krem keemasan atau hitam yang panjang dan lebat. Gigi taring bawahnya lebih maju dibanding taring atasnya. Babyrousa togeanensis (Babirusa Togian) merupakan subspesies dengan perawakan paling besar. Bulu lebih pendek dan lebih tipis dibanding Babirusa Emas, berwarna coklat muda, coklat atau hitam dengan bagian atas berwarna lebih gelap dari bagian bawah tubuh. Gigi taring atasnya lebih pendek dan memutar ke depan. Babyrousa celebensis (Babirusa Sulawesi) adalah Babirusa yang paling banyak dikenal. Taring yang dimiliki lebih tebal dari taring Babirusa Emas dan posisi taring atas tumbuh vertikal dan lebih maju dari taring bawah. Bulu lebih tipis dan jarang serta warna kulit kelabu. Badan betina lebih kecil dibanding jantan.

Babirusa ⓒ jtp.id

Habitat dan Perilaku

Hewan ini merupakan satwa endemik Sulawesi yang berarti hanya dapat ditemukan di daerah tersebut. Habitatnya meliputi hutan hujan tropis dataran rendah yang memiliki aliran sungai atau tempat-tempat yang memungkinkan mereka untuk berkubang. Namun, hewan ini lebih senang berkubang di genangan air yang agak bersih dan mereka senang mencari sumber air panas yang banyak mineralnya. Setiap subspesies memiliki daerah sendiri di Sulawesi, seperti Babirusa Emas yang ada di Pulau Buru, Taliabu dan mungkin Kepulauan Sula, Babirusa Togian yang berasal dari Kepulauan Togian dan Babirusa Sulawesi yang berada di utara semenanjung dan timur laut daratan Sulawesi.

Ads

Hewan ini hidup berkelompok dengan dipimpin oleh seekor jantan terkuat. Walaupun hidup berkelompok, mereka sebenarnya suka menyendiri. Satwa ini tidak memiliki perilaku khas jenis babi lainnya karena mereka tidak memiliki tulang rostral di hidung dan hanya akan mencari makan di pasir yang lembut dan basah ataupun kubangan lumpur. Kegiatan hewan ini yang telah diketahui adalah berbaring di tanah, berkubang di lumpur dan air, berjalan sambil meletakkan moncongnya ke tanah untuk mencari makan dan perilaku saat masa kawin. Pada masa kawin, Babirusa betina akan berjalan mendekati panas matahari dan diikuti Babirusa jantan yang mendekatkan moncongnya ke kelamin betina sambil berdecak 3-5 kali per detik. Saat betina sedang dalam masa estrus, mereka akan lari dan bersembunyi di balik Babirusa yang lain serta banyak berbaring di tanah untuk menunda proses kawin. Jantan yang berhasil mengambil alih betina akan berada di dekat betina dan mengangkat wajahnya untuk memperingati Babirusa jantan yang lain untuk tidak mendekat. Proses kehamilan betina berlangsung selama 155-158 hari dan hanya akan melahirkan paling banyak dua anak. Sebelum melahirkan induk akan membuat sarang dari berbagai jenis daun dan ranting yang ditumpuk. Induk hewan ini akan menyusui anaknya selama 6-8 bulan dan setelahnya akan disapih agar anak siap untuk mencari makan sendiri di hutan.

Makanan Babirusa

Tidak seperti babi lainnya, hewan ini merupakan hewan omnivora. Makanan utama mereka memang buah-buahan yang jatuh ke tanah, namun terkadang mereka mencari makan dengan mengais batang pohon tumbang yang membusuk untuk mendapatkan larva. Buah Pangi diketahui sebagai salah satu buah kesukaan satwa ini. Selain itu, hewan ini juga mengkonsumsi serangga-serangga dalam jumlah yang sedikit. 

Populasi 

Babirusa merupakan satwa endemik yang masuk ke dalam kategori Vulnerable berdasarkan IUCN Red List dan memiliki tingkat populasi yang cenderung terus menurun. Hewan ini memang lambat dalam berkembangbiak. Secara umum, hewan ini memiliki masa hidup selama 24 tahun. Selama masa hidup ini, betina hanya akan melahirkan paling banyak dua anak. Hal tersebut diperparah dengan perburuan liar yang masih saja terjadi hingga sekarang. Penebangan hutan liar dan alih fungsi lahan yang dilakukan juga berperan besar dalam kelangkaan satwa ini. Selain itu, menurut salah satu jurnal ilmiah Fakultas Kedokteran Hewan Unair (2011) hewan ini rentan terkena penyakit cacing (helminthiasis) karena kebiasaan mereka yang berkubang di lumpur dan makan buah-buahan yang berada di tanah dan tanah merupakan transmitter helminthiasis.

 

Penulis : Yuliana

 

Referensi Literatur

Greeners.co. 2018. Babirusa, Fauna Endemik Sulawesi yang                                              Semakin Langka. Retrieved January 28-29, 2021, from https://www.greeners.co/flora-fauna/babirusa-fauna-endemik-sulawesi-yang-semakin-langka/.

Groves, C. P. 1980. Notes on the systematics of Babyrousa (Artiodactyla, Suidae). Zoologische Mededelingen, 55: 29-46.

Jatna Supriatna. 2008. Melestarikan alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mongabay.co.id. 2021. Mengapa Satwa Endemik Sulawesi                                                          Ini Bernama Babirusa?. Retrieved January 28-29, 2021, from https://www.mongabay.co.id/2021/01/04/mengapa-satwa-endemik-sulawesi-ini-bernama-babirusa/.

Leus, K., Bowles, D., Bell, J. dan MacDonald, A. A. 1992. Behaviour of The Babirusa (Babyrousa babirussa) with Suggestions For Husbandry. Acta Zoologica Et Pathologica Antverpiensia 82:9-27.

Referensi Gambar

https://blog.nature.org/science/2014/02/11/babirusa-conserving-the-bizarre-pig-of-the-sulawesi-forest/.

https://blog.therainforestsite.greatergood.com/babirusa-fangs/.

https://jtp.id/batusecretzoo/exhibits/149/celebes-babirusa.

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak! 

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

 

Your Beloved Author

Exit mobile version