
Perkembangan teknologi membuat cryptocurrency (mata uang kripto) memperoleh tempat sebagai salah satu fenomena menarik. Pesatnya perkembangan bitcoin dkk. telah menarik jutaan orang di berbagai belahan dunia untuk ikut serta meramaikan huru-hara uang kripto. Sayangnya sedikit sekali yang menyadari bahwa cryptocurrency mining memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan.
Cryptocurrency memanglah hanya sekadar angka-angka digital. Akan tetapi, keberadaannya selain membuat masalah untuk keuangan dunia juga berpotensi besar menjadi masalah untuk dunia secara umum. Kenapa bisa begitu? Berikut ini informasi lebih lanjutnya, silakan simak selengkapnya!
Cryptocurrency dan Cara Kerja Penambangannya
Cryptocurrency didefinisikan sebagai mata uang digital terdesentralisasi menggunakan platform blockchain sebagai buku besar kasnya dengan sistem enkripsi yang rumit untuk keamanan. Transaksi menggunakan mata uang ini tidak membutuhkan perantara sama sekali, terjadi peer-to-peer antara pengirim dan penerima pada jaringan mata uang kripto itu sendiri. Cryptocurrency semakin digemari karena fleksibilitas, faktor keamanan, dan nilainya yang menarik serta tidak terpengaruh inflasi. Jenis mata uang kripto yang terkenal antara lain seperti bitcoin, ethereum, dogecoin, ataupun cardano.
Sebagai sistem yang terdesentralisasi, proses dalam cryptocurrency tidak dilakukan oleh perseorangan atau perusahaan. Akan tetapi dilakukan oleh komputer-komputer dengan spesifikasi tertentu dan canggih untuk mengelola dan mencatat transaksi. Komputer-komputer tersebut lantas dikenal sebaga miners atau “penambang”—atau sederhananya bisa disebut dengan komputer yang memproses transaksi. Software untuk menambang uang kripto dirancang memerlukan waktu rata-rata sekitar 10 menit untuk menyelesaikan program yang kompleks dalam jaringan cryptocurrency dan memproses satu blok.
Dengan demikian, penambangan cryptocurrency bisa didefinisikan sebagai proses yang dilakukan oleh komputer-komputer canggih untuk melakukan kalkulasi kompleks yang memakan usaha computing yang sangat besar, sehingga dibutuhkan juga energi yang besar serta alat-alat khusus yang canggih. Imbalan dari mekanisme yang dilakukan komputer dalam jaringan cryptocurrency tersebut adalah blok koin baru yang akan didapatkan sebagai kompensasi dari pemrosesan yang dilakukan.
Kabar buruknya, karena proses komputasi yang dilakukan komputer di jaringan cryptocurrency sangat rumit dan berat, energi listrik yang dibutuhkan untuk menjalankannya juga cukup besar. Inilah yang menjadi alasan mengapa penambangan cryptocurrency tidak ramah lingkungan. Karena energi listrik yang dibutuhkan untuk proses ini sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil dengan carbon footprint yang cukup besar, bahkan yang terburuk seperti batu bara.
Konsumsi Energi Cryptocurrency Mining
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cambridge, penambangan bitcoin cs membutuhkan energi listrik lebih dari 120 Terawatt Hours (Twh) setiap tahunnya. Nilai ini melampaui kebutuhan listrik per tahun negara-negara seperti Malaysia, Swedia, dan Argentina. Dari penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa, apabila penambangan mata uang kripto adalah sebuah negara, maka ia masuk ke dalam tiga puluh besar negara dengan kebutuhan listrik terbesar setiap tahunnya.
Dalam penelitian lainnya juga disebutkan bahwa, jaringan bitcoin dapat mengonsumsi energi sebanyak semua pusat data global, dengan carbon footprint setara dengan carbon footprint dari kota London dan industri yang ada di dalamnya. Selain itu, dari indeks yang dirilis Digiconomist, per Juni 2021 saja kebutuhan energi maksimum untuk penambangan cryptocurrency naik drastis mendekati 130 Terawatt Hours (Twh) setiap tahunnya. Konsumsi energi ini semakin naik seiring dengan tren harga beberapa mata uang kripto seperti bitcoin dan dogecoin yang beberapa waktu lalu naik drastis dan mencapai titik tertinggi baru.

Dampaknya Bagi Lingkungan
Cryptocurrency dapat menghasilkan emisi karbon yang cukup untuk mendorong pemanasan global di atas 2 derajat celsius dalam waktu kurang dari tiga dekade. Dan satu transaksi bitcoin dan rata-rata cryptocurrency lain meninggalkan jejak karbon 360 kg, sangat jauh dibandingkan dengan 500 mg dari transaksi visa rata-rata. Apabila angka ini dikalkulasikan dengan emisi karbon dari sektor industri lainya, tentu akan sangat mengerikan bagi masa depan bumi.
Sebenarnya sudah banyak kecaman dari pemerhati lingkungan untuk mengendalikan cryptocurrency mining, tetapi hal itu tetap tidak mengurangi antusiasme para penambang untuk terus mengumpulkan blok-blok koin digital ini. Penambangan menggunakan energi alternatif terbarukan juga diharapkan bisa menjadi opsi untuk mengurangi energi fosil yang sebagian besar digunakan untuk cryptocurrency mining. Masalahnya, energi terbarukan yang ada belum cukup stabil untuk menyokong penambangan secara terus menerus. Para penambang akhirnya menggunakan kekuatan berbasis bahan bakar fosil yang umumnya merupakan sumber energi yang lebih stabil.
Meskipun begitu, Norwegia dan Islandia telah melakukan terobosan dengan mendirikan fasilitas cryptocurrency mining yang sebagian besar didukung oleh energi listrik dari sumber energi terbarukan (selain juga iklimnya yang ideal untuk menjaga server tetap dingin). Sementara itu, Mongolia sebagai negara yang bebas emisi karbon melarang untuk melakukan penambangan cryptocurrency.
Jenis mata uang kripto yang ramah lingkungan pun juga bermunculan, seperti cardano yang diklaim lebih hemat energi daripada bitcoin. Hal ini dikarenakan berkat teknologi blockchain “Proof-of-Stake” yang diterapkan pada cardano. Teknologi ini bisa memvalidasi transaksi berdasarkan berapa banyak koin yang dipegang oleh orang yang ada di jaringan cardano, bukan jumlah kekuatan pemrosesan komputasi yang mereka miliki.
Menjadi melegakan apabila tren penambangan cryptocurrency beralih dengan menggunakan energi terbarukan dan perlahan meninggalkan bahan bakar fosil. Selain biaya yang dikeluarkan bisa lebih ditekan, pemanasan global dan kelestarian lingkungan bisa terkendali. Apabila hal ini terjadi, kemungkinan besar jenis mata uang kripto seperti cardano atau ethereum—yang juga diklaim lebih hemat energi—bisa saja mengalahkan tren bitcoin dan mata uang kripto yang boros energi lainnya.
Penulis: Rizal Hidayatulloh
Dikurasi oleh: Citra Isswandari Putri
Referensi
Apa itu penambangan Bitcoin (Bitcoin mining)?. Diambil kembali dari Luno: https://www.luno.com/learn/id/article/what-is-bitcoin-mining
Bitcoin Energy Consumption Index. Diambil kembali dari Digiconomist: https://digiconomist.net/bitcoin-energy-consumption/
Camilo Mora, R. L. (2018). Bitcoin Emissions Alone Could Push Global Warming Above 2°C. Nature Climate Change, 931-933.
Frankenfield, J. (2021, Juni 01). Bitcoin Mining. Diambil kembali dari Investopedia: https://www.investopedia.com/terms/b/bitcoin-mining.asp
Hong, E. (2021, May 04). How Does Bitcoin Mining Work? Diambil kembali dari Investopedia: https://www.investopedia.com/tech/how-does-bitcoin-mining-work/
How does Bitcoin mining impact the environment? (2021, Mei 13). Diambil kembali dari Mint: https://www.livemint.com/market/cryptocurrency/how-does-bitcoin-mining-impact-the-environment-11620898893877.html
Sommerland, J. (2021, Mei 13). Why does Bitcoin mining use so much energy from fossil fuels? Diambil kembali dari Independent: https://www.independent.co.uk/climate-change/news/why-bitcoin-bad-environment-mining-b1846911.html
Team, D. (2021, April 12). Apa yang Sebenarnya Dimaksud dengan Cryptocurrency? Diambil kembali dari Dewaweb: https://www.dewaweb.com/blog/apa-itu-cryptocurrency-berikut-penjelasannya/
LindungiHutan.com adalah Platform Crowdfunding Penggalangan Dana untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung penghijauan yang ada di seluruh Indonesia. mari bersama menjaga dan melestarikan hutan seluruh Indonesia.
Yuk jadi pioneer penghijauan untuk hutan Indonesia yang lebih baik.