
Bersepeda menjadi aktivitas yang menyenangkan dan dapat dinikmati oleh semua orang mulai dari anak-anak hingga dewasa. Dari awal ditemukannya sepeda hingga sampai pada abad ke-21 ini, terbukti bahwa bersepeda memberikan beragam manfaat, baik itu untuk kesehatan tubuh hingga berpotensi mengurangi jumlah emisi karbon di lingkungan. Berita baiknya, tren bersepeda kini mulai bermunculan di masyarakat khususnya di Indonesia.
Di ruas-ruas jalan sekarang ini, kita akan mudah menemukan banyak warga yang berbondong-bondong melakukan aktivitas bersepeda utamanya di akhir pekan, meskipun sedang berada di masa pandemi. Ketika kita menilik ke masa lalu, tahukah Anda bahwa sepeda mempunyai perjalanan sejarah yang cukup panjang? Dimulai dari penemuan awal sepeda oleh Baron Karl Drais von Sauerbronn seorang pengawas hutan berkebangsaan Jerman yang membutuhkan transportasi untuk memudahkan mobilisasinya. Lebih dikenal dengan Karl Drais, ia mulai membuat sepeda dengan bentuk sederhana yaitu sepeda roda tiga tanpa pedal hingga sampai ke bentuk yang modern dengan menghadirkan segala macam variasi yang bisa kita saksikan saat ini.
Perjalanan Tren Sepeda di Indonesia
Indonesia mempunyai sejarah tersendiri mengenai sepeda. Popularitas sepeda di Indonesia dimulai dari masa kolonial Belanda. Saat itu, orang-orang Belanda membawa sepeda yang dibuat di Eropa sebagai alat transportasi mereka selama tinggal di Indonesia. Berbeda jauh dengan apa yang kita lihat sekarang, dahulu tidak semua orang bisa memakai dan menikmati alat transportasi. Hanya terbatas pada golongan penguasa dan bangsawan saja yang dapat menikmati alat transportasi. Bahkan pada masa itu, hampir semua orang awam menganggap bahwa sepeda adalah alat transportasi yang tergolong mewah.
Seiring berjalannya waktu dan perubahan teknologi serta informasi, pada tahun 1951 Indonesia secara resmi mengadakan kompetisi olahraga balap sepeda. Dan pemerintah pada akhirnya membentuk Asosiasi Olahraga Sepeda Indonesia pada 20 Mei 1956, di Semarang.
Di era 1980-an, popularitas sepeda semakin berkembang di Indonesia ditandai dengan munculnya berbagai jenis sepeda modern seperti sepeda gunung, sepeda perkotaan (sepeda komuter), dan sepeda anak-anak.
Lalu pada tahun 2004 mulai banyak diadakan acara sepeda santai yang biasa digelar dengan tujuan memperingati hari ulang tahun kota, lembaga, atau institusi pemerintah dan swasta.
Pada tahun 2010 banyak masyarakat mulai meminati sepeda gunung. Di saat itu juga muncul tren sepeda fixie yang banyak disukai oleh anak muda. Apalagi saat Car Free Day banyak anak muda yang memenuhi jalan raya dengan menaiki sepeda fixie. Bahkan masyarakat yang sebenarnya tidak hobi bersepeda ikut membelinya untuk mengikuti tren pada masa itu. Namun, tren sepeda fixie akhirnya meredup.
Tren selanjutnya adalah sepeda lipat yang menjadi populer karena faktor ukuran dan bentuk yang sederhana. Sepeda ini dapat dilipat dan dibawa ke dalam transportasi seperti kereta, bus, atau bagasi mobil sehingga dirasa sangat praktis oleh semua kalangan.
Hingga pada akhirnya di tahun 2020 ini yang berbarengan dengan masa pandemi Covid-19, tren bersepeda mulai diramaikan kembali oleh berbagai kalangan. Terlihat jelas di setiap jalan raya mereka mulai berbondong-bondong menaiki sepeda lama mereka ataupun sepeda baru dengan berbagai jenis varian yang pernah tren di masanya. Berbagai macam alasan pun muncul mengapa tren bersepeda ini sangat booming kembali, antara kesadaran untuk hidup sehat dan ramah lingkungan ataukah hanya sekedar mengikuti trend yang ada.
Bersepeda, Bantu Kurangi Emisi
Tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini, sektor transportasi masih menjadi salah satu penyumbang terbesar dari emisi gas rumah kaca (GRK) secara global. Dilansir dari Environmental Protection Agency (EPA), data sumber emisi pada sektor ekonomi global menunjukkan emisi sektor ini menjadi yang terbesar dengan 28% dari total emisi. Penyebab utamanya adalah penggunaan bahan bakar minyak bumi pada hampir semua jenis transportasi bermotor. Emisi yang dihasilkan dari bahan bakar tersebut selain dapat menyebabkan polusi juga berpotensi memicu kenaikan temperatur global sebagai akibat dari kenaikan konsentrasi GRK di atmosfer.
Meskipun tidak menawarkan berbagai kelebihan seperti transportasi modern, memilih sepeda sebagai sarana transportasi memberikan dampak positif. Dengan beralih ke sepeda, tentu akan mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bumi yang nantinya juga akan berkontribusi dalam penurunan konsentrasi GRK yang diemisikan ke atmosfer.
Berbicara tentang sepeda, maka Belanda layak mendapat sebutan sebagai negara pecinta sepeda. Data dari Statista.com, hingga 2018, diperkirakan akan ada sekitar 22,9 juta sepeda atau 27% penduduknya menggunakan sepeda. Ini merupakan yang terbesar di dunia sehingga bila kita berkunjung ke negara ini, akan menjadi pemandangan yang biasa bahwa kita dapat dengan mudah menemukan sepeda sebagai sarana transportasi. Penggunaan sepeda ini tentu berdampak baik pada ketergantungan akan transportasi bermotor.
Selama 2000 hingga 2019, Belanda berhasil menurunkan emisi dari 218 juta metrik ton CO2 menjadi 192 juta metrik ton CO2, jauh bila dibandingkan dengan Indonesia yang sudah mencapai angka di atas 400. Selain itu, sektor transportasi di negara ini menjadi penyumbang emisi keempat, berbeda dengan mayoritas negara lainnya yang menjadikan sektor ini berada di urutan teratas. Ini menjelaskan bahwa dengan bersepeda dalam kehidupan sehari-hari, selain menjadikan tubuh lebih bugar, masyarakat juga telah berkontribusi dalam pencegahan perubahan iklim yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur global sebagai dampak peningkatan GRK di atmosfer. Akan tetapi, mengubah pola hidup masyarakat utamanya terhadap kebiasaan bertransportasi secara signifikan dapat menjadi sesuatu yang kompleks dengan beragam hal yang mendasari. Pertanyaannya adalah, bagaimana sejauh ini minat masyarakat Indonesia untuk bersepeda?
Potensi Keberlanjutan Tren Bersepeda

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, belakangan ini terjadi lonjakan minat pengguna sepeda di kalangan masyarakat Indonesia. Peningkatan ini secara signifikan terjadi di beberapa kota besar di Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Sebuah riset yang dilakukan oleh Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) mencatat bahwa pengguna sepeda di Jakarta meningkat hingga 1.000 persen atau 10 kali lipat dalam perbandingan bulan Oktober 2019 hingga Juni 2020.
Bersepeda sepertinya menjadi aktivitas yang diminati oleh masyarakat terlebih selama masa pandemi Covid-19. Kesadaran untuk menjaga kesehatan dan berolahraga selama masa pandemi menjadi faktor utama dalam peningkatan bersepeda di masyarakat. Selain meningkatkan kesehatan, bersepeda juga dapat dilakukan dengan tetap menerapkan physical distancing agar terhindar dari penyebaran virus Covid-19.
Beberapa pekerja yang selama pandemi harus tetap berangkat ke kantor turut menjadikan sepeda sebagai salah satu moda transportasi utama. Pembatasan transportasi umum maupun protokol ketat terhadap kendaraan pribadi menyebabkan mereka memilih sepeda sebagai alternatif kendaraan untuk pergi ke kantor. Dengan begitu, peningkatan sepeda sebagai moda transportasi utama turut berdampak dalam pengurangan emisi karbon yang selama ini berasal dari asap kendaraan bermotor.
Tren bersepeda memberikan berbagai manfaat baik secara kesehatan maupun lingkungan. Namun, apakah tren bersepeda ini akan berlanjut ataukah hanya berlangsung selama momen pandemi Covid-19?
Etsa Amanda selaku peneliti dari ITDP mengatakan bahwa hal tersebut tergantung pada kesiapan kota dalam memfasilitasi warganya dalam bermobilitas menggunakan sepeda.
Sejauh ini Indonesia belum memiliki kebijakan yang jelas terkait keamanan bersepeda. Pembangunan infrastruktur bagi pesepeda dan pejalan kaki masih minim, berbanding terbalik dengan pembangunan jalan bagi kendaraan bermotor. Bahkan di berbagai daerah sering ditemukan para pengendara motor yang memanfaatkan trotoar dengan alih-alih menghindari macet.
Adita Irawati selaku Juru Bicara Kementerian Perhubungan mengatakan bahwa Kemenhub sedang menyiapkan regulasi untuk mendukung keselamatan pesepeda. Rencana ini dibentuk sebagai reaksi dari meningkatnya pengguna sepeda di Indonesia selama pandemi ini. Kemenhub mendorong pemerintah daerah untuk menyiapkan infrastruktur jalan dan ketentuan lain yang mengatur pesepeda di jalan. Pemerintah pusat maupun daerah diharapkan mampu membentuk kebijakan yang mendorong keberlanjutan tren bersepeda di masyarakat.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut merespon lonjakan bersepeda masyarakat Jakarta. Setelah sebelumnya membuka kembali car free day (CFD) yang kemudian ditutup kembali karena menuai banyak kritik, Anies Baswedan kemudian menetapkan 32 lokasi sebagai kawasan khusus pesepeda. Kawasan tersebut digunakan untuk mendukung tren bersepeda di Jakarta dengan tetap menerapkan kebijakan physical distancing.
Di sisi lain, pengadaan regulasi bersepeda harus diimbangi dengan kesiapan masyarakat dalam mewujudkan keberlanjutan tren bersepeda. Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk sekedar ‘ikut-ikutan saja’ menjadi pemicu dari gejala tren sesaat di masyarakat. Biasanya hal ini terjadi apabila tren di masyarakat tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup atas tren tersebut. Seperti contoh tren batu akik yang pemakainya sekedar membeli batu saja tanpa memahami nilai dari batu yang dipakai, ia cenderung meninggalkan penggunaan batu akik apabila momennya sudah berganti. Sama halnya dengan bersepeda, apabila masyarakat tidak memahami tujuan dan manfaat bersepeda, maka kemungkinan besar tren ini hanya berjalan sesaat apabila momen pandemi ini berakhir. Inilah yang dikhawatirkan terlebih dengan keterbatasan sarana publik yang ada.
Masyarakat diharapkan memiliki pengetahuan dalam bersepeda, baik manfaat maupun peraturannya, agar tercipta tujuan dan tidak sekedar ikut-ikutan saja. Selain itu, pengalaman yang kuat dalam bersepeda juga perlu ditingkatkan agar tetap menciptakan momen dan menjaga motivasi pesepeda.
Aktivitas bersepeda harus dibarengi dengan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dan terlebih kepedulian terhadap lingkungan.Dengan kesadaran yang tinggi juga terhadap lingkungan, diharapkan masyarakat lebih berminat menggunakan sepeda tidak hanya sebagai penunjang kebugaran tetapi juga sebagai transportasi jarang pendek untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor.
Penulis: Andhika Miftakhul Huda / Jefri Laksana Putra / Linda Azariani
Referensi:
Literatur
Brilio. (2018, April 13). Bersepeda, Solusi Tanpa Polusi. Retrieved from Brilio: https://www.brilio.net/stories/sepeda/
CNN Indonesia. (2020, July 1). Anies: 32 Titik Bukan CFD, tapi Kawasan Pesepeda. Retrieved from CNN Indonesia, Online: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200701193546-20-519747/anies-32-titik-bukan-cfd-tapi-kawasan-pesepeda.
CNN Indonesia. (2020, June 30). Pemerintah Atur Pesepeda, Bukan Pungut Pajak Sepeda. Retrieved from CNN Indonesia, Online: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200630072948-92-518861/pemerintah-atur-pesepeda-bukan-pungut-pajak-sepeda.
EPA (Environmental Protection Agency), 2018, Sources of Green Gas Emissions, Online: https://www.epa.gov/ghgemissions/sources-greenhouse-gas-emissions.
Krisdamarjati, Y. A. (2020, June 30). Menebak Arah “Booming” Sepeda Setelah Pandemi. Retrieved from Kompas, Online: https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/06/30/menebak-arah-booming-sepeda-setelah-pandemi/.
Rizaldi, R. (2020, April 27). Setelah Pandemi Mungkinkah Bersepeda dan Jalan Kaki Jadi New Normal. Retrieved from Opini.id: https://opini.id/sosial/read-14489/setelah-pandemi-mungkinkah-bersepeda-dan-jalan-kaki-jadi-new-normal.
Rizaldi, R. (2020, July 2). Tren Sepeda: Saatnya Kurangi Ketergantungan Kendaraan Pribadi. Retrieved from Opini.id:https://opini.id/lifestyle/read-14750/tren-sepeda-saatnya-kurangi-ketergantungan-kendaraan-pribad
Statista, 2019, Carbon Dioxide emissions in the Netherlands from 2000 to 2019, Online: https://www.statista.com/statistics/449784/co2-emissions-netherlands/.
Statista, 2019, Total number of bicycles in the Netherlands from 2005 to 2018 (in millions), Online:https://www.statista.com/statistics/819839/volume-of-bicycles-in-the-netherlands/.
Gambar:
https://unsplash.com
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!