
Bagi penikmat film anak komedi tentu tidak asing dengan tokoh Paddington yang diadaptasi dari buku cerita berjudul A Bear Called Paddington. Sosok beruang kecil yang lucu dan identik dengan topi berwarna merah. For your information, sejujurnya tokoh ini terinspirasi dari beruang di dunia nyata yang bernama beruang Andes. Beruang Andes dapat menjadi perawat ekosistem dan musuh bagi para petani.
Mengenal lebih Dekat Beruang Andes

Beruang Andes atau sering disebut sebagai beruang berkacamata menjadi salah satu fauna yang berasal dari Amerika Selatan. Seperti namanya, beruang ini memiliki ciri khas berbentuk lingkaran di sekitar matanya layaknya orang yang memakai kacamata. Selain itu, ia memiliki bulu berwarna hitam atau coklat hingga kemerahan dengan ukuran tubuh yang besar. Sehingga tidak mengherankan, jika di habitatnya hanya Tapir Baird dan Tapir Amerika Selatan yang dapat menyaingi ukuran tubuhnya. Biasanya beruang berkacamata ini dapat ditemukan di Pegunungan Andes di negara-negara Kolombia, Bolivia, Perú, Ecuador, Venezuela, dan Argentina.
Beruang Andes memang lebih menyukai untuk tinggal di hutan pegunungan yang lembab dan masih berada dalam jangkauannya. Di sisi lain, beruang ini mempunyai sifat pemalu yang cenderung menghindari manusia sehingga ia banyak beraktivitas di malam hari dan suka menghabiskan waktu untuk berada di atas pohon. Maka, jangan sekali-kali meragukannya dalam hal memanjat baik di tebing atau pohon untuk memperoleh makanan misalnya bunga, buah, atau madu. Bukan hanya tumbuhan, ia juga memakan daging walaupun dalam jumlah yang sedikit. Lalu, bagaimana dengan kondisinya saat ini terutama di alam liar?
Sungguh sangat di sayangkan memang, beruang endemik Andes ini kini jumlahnya terus menerus mengalami penurunan jumlah dan semakin sulit ditemukan di habitat aslinya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari World Wide Fund For Nature (WWF) bahwa dari tahun 1999 terdapat sekitar 4.000 sampai 5.000 individu yang tersisa di Kolombia. Jumlah ini hanya mewakili 25% dari populasi. Bahkan, Tim liputan DW bersama pakar dari Zoologischen Gesellschaft Frankfurt mengungkapkan bahwa jumlah beruang Andes ditaksir hanya sekitar 25.000 ekor di dunia sehingga menjadikan beruang ini sebagai fauna yang rentan mengalami kepunahan dan membuatnya masuk dalam kriteria vulnerable menurut IUCN Red List.
Kondisi penurunan populasi beruang ini dapat terjadi karena adanya perubahan penggunaan wilayah menjadi pertanian atau perkebunan dan perburuan liar untuk diperdagangkannya secara ilegal. Biasanya kegiatan berburu juga dilakukan sebagai pembalasan atas serangan ternak, pemanfaatan bagian tubuh mereka untuk bahan obat dan ritual keagamaan.
Si Perawat Ekosistem Lokal dan “Hama” Bagi petani
Beruang Andes menjadi perawat ekosistem dan musuh para petani. Mungkin para pembaca bertanya bagaimana itu bisa terjadi? Tentunya, setelah mengenal beruang berkacamata dan kebiasaannya kalian akan mendapat clue dari pertanyaan di atas. Jadi, sebagai satwa yang menyukai banyak makanan yang berasal dari tumbuhan seperti buah pasti akan meninggalkan biji sebagai sisa-sisa makanannya. Ketika ia bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya nantinya bisa membuat biji tanaman menyebar dimana saja. Sehingga akan tumbuh tanaman baru di tempat yang dilalui oleh beruang. Maka, tidak heran jika beruang Andes disebut sebagai tukang kebun hutan karena berperan besar dalam merawat berbagai ekosistem lokal yang ada di sana.
Akan tetapi, kebiasaan beruang ini dalam memakan tumbuhan juga membuatnya menjadi hama yang dimusuhi oleh petani. Mengapa demikian? Kemungkinan hal ini terjadi karena anggapan petani bahwa beruang Andes memiliki nafsu makan yang tak terpuaskan. Lebih lanjut, ia mengira di saat malam hari beruang akan mulai menjarah ladang yang berisi berbagai tanaman seperti jagung untuk menghindari manusia sehingga ini membuatnya menjadi salah satu sasaran perburuan yang dilakukan oleh para petani terutama di perbatasan antara Kolombia, Ekuador dan Peru supaya menghindari terjadinya kerugian saat masa panen tiba. Pada akhirnya, konflik dapat terjadi antara manusia dan beruang liar secara berulang kali serta membuat satwa ini mati sia-sia dengan cara ditembak.
Apabila dilihat dari sudut pandang yang lainnya, mungkinkah ini terjadi karena persediaan makanan bagi beruang Andes di hutan semakin sedikit dari waktu ke waktu? Jawabannya mungkin saja, karena dengan adanya penebangan untuk dialihfungsikan menjadi padang rumput dan lahan pertanian mengakibatkan mereka menderita kekurangan makanan bahkan kehilangan habitatnya.
Upaya pencegahan kepunahan hewan ini perlu menjadi perhatian. Solusinya, upaya konservasi sangat diperlukan dalam membantu menyelesaikan masalah ini agar beruang Andes yang hanya ada di Amerika Selatan tidak punah. Selain itu, perlu adanya mindset baru supaya manusia dan beruang dapat hidup berdampingan dalam jangka panjang. Dengan mulai mempelajari populasi dan pergerakan musiman beruang serta mengevaluasi dampak nyata pada tanaman di ladang, mereka diharapkan dapat menghilangkan ketakutan yang dialami oleh para petani. Terakhir, pemahaman yang baik akan dapat membantu melestarikan satwa dan hutan sebagai rumah bagi beruang Andes.
Referensi:
https://amp.dw.com/id/beruang-andes-perawat-ekosistem-yang-dimusuhi-petani/a-19448193
Penulis: Dwi Rahmawati
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk, jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!