Burung Maleo, Si Cantik Khas Sulawesi

Gambar 1. Burung Maleo
Gambar 1. Burung Maleo

Burung Maleo merupakan salah satu satwa endemik nan cantik yang keberadaannya kini kian langka. Burung ini adalah hewan endemik khas Sulawesi dan umumnya burung ini sering dijumpai di wilayah Sulawesi Tengah dan wilayah Buton, Sulawesi Tenggara. Burung ini mempunyai nama latin Macrocephalon maleo dan termasuk ke dalam golongan Aves. Meski demikian, ternyata burung ini bukanlah tergolong ke dalam burung yang suka terbang. Berbeda dengan burung-burung jenis lainnya, meskipun burung satu ini bisa terbang, burung ini lebih sering beraktivitas dengan menggunakan kakinya untuk berjalan. 

Ads

 

Taksonomi

burung maleo memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut:

 

Kingdom : Animalia

Filum :  Chordata

Kelas : Aves

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Ordo : Galliformes

Famili : Megapodiidae

Genus : Macrocephalon

Spesies : Macrocephalon maleo

 

Karakteristik Burung Maleo

Burung maleo memiliki panjang yang berkisar antara 55 sampai 60 cm dengan bulu kehitaman, kulit wajah berwarna kuning, paruh berwarna oranye kemerahan, serta memiliki semacam mahkota atau jambul yang dihiasi pelindung kepala yang menonjol, bertulang, dan gelap. Burung ini juga memiliki kaki berwarna biru keabu-abuan, memiliki empat cakar tajam yang panjang dan dipisahkan oleh jaringan membran. Burung jantan pada spesies ini memiliki jenis kelamin yang hampir identik dengan betina, hanya saja burung dengan jenis kelamin betina sedikit lebih kecil dan lebih kusam. Sebagian besar burung hitam ini yang masih muda memiliki kepala berwarna kecoklatan dan pucat, dengan jambul pendek berwarna coklat kehitaman dan bagian atasnya terlihat lebih coklat.

Burung maleo bersifat monogami yaitu anggota pasangan tetap dekat antara yang satu dengan yang lain sepanjang waktu. Burung ini umumnya memakan buah-buahan, biji-bijian, moluska, semut, rayap, kumbang, dan berbagai macam invertebrata kecil lainnya. 

Gambar 2. Maleo bird by arkinspace
Gambar 2. Maleo bird by arkinspace

Sebaran Burung Maleo

Burung maleo merupakan hewan endemik Sulawesi. Umumnya, burung ini ditemukan di wilayah-wilayah dengan ketinggian tidak melebihi 1.000 m. Burung ini sering dijumpai di wilayah perbukitan, dataran rendah, atau hutan hujan daerah Sulawesi. Burung ini biasanya bersarang di tepi sungai, tepi danau, dan daerah pesisir pulau. Uniknya, burung ini disebut hewan yang setia karena burung ini merupakan tipe hewan monogami. Ini berarti burung hitam cantik ini hanya akan hidup bersama satu pasangannya saja.

Burung maleo berkembang biak sepanjang tahun, namun memiliki puncak musim kawin yang bervariasi, tergantung lokasi di pulau tersebut. Ketika bersiap untuk bertelur, burung maleo jantan dan betina secara bersama-sama akan meninggalkan tutupan hutan Sulawesi menuju area pesisir untuk berkembang biak. Selanjutnya, burung ini bisa bertelur di mana saja dan dapat menghasilkan antara 8 hingga 12 telur selama satu tahun. Telur burung ini juga memiliki ukuran kira-kira lima kali lebih besar dari telur ayam kampung, karena di dalamnya mengandung burung hitam cantik ini yang hampir utuh. Setelah telur diletakkan, induk burung akan mengubur telur tersebut dengan aman di dalam pasir. Pada beberapa kasus, induk burung berwarna hitam ini juga menutupi pasir dengan benda-benda lainnya seperti daun kering untuk menyamarkan lubang dengan lebih baik. Setelah telur dikubur dengan aman, induknya kemudian pergi dan tidak pernah kembali. Induk burung maleo meninggalkan anak supaya dapat mengurus dirinya sendiri.

Pasir pantai yang panas di wilayah Sulawesi berperan sebagai inkubator telur-telur burung maleo yang dihangatkan dengan panas bumi atau panas matahari. Setelah menetas, anak-anak burung ini dapat benar-benar mandiri hanya dalam beberapa jam saja. Anak-anak burung hitam ini harus menggali jalannya melalui pasir segera setelah lahir dan bersembunyi di hutan. Selanjutnya, burung-burung maleo muda memiliki kemampuan untuk terbang dan makan sendiri. Mereka harus mencari makanan sendiri dan mempertahankan diri dari berbagai macam predator, seperti biawak, ular sanca, babi hutan, dan kucing.

Gambar 3. Maleo egg by Natgeo
Gambar 3. Maleo egg by Natgeo

Ancaman Kepunahan 

Sebagian besar bekas tempat bersarang burung maleo kini telah ditinggalkan akibat masifnya perburuan telur burung ini serta semakin banyaknya konversi lahan di Sulawesi untuk keperluan pertanian. Dari 142 tempat bersarang yang diketahui, hanya 4 tempat saja yang saat ini dianggap tidak terancam punah. Penyusutan dan fragmentasi habitat hutan di pulau tersebut menimbulkan ancaman serius bagi populasi burung cantik ini yang hingga kini masih bertahan. Selain itu, kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2000 dan 2004 mengurangi luas hutan, dan apa yang tumbuh sebagai akibat dari kebakaran tersebut bukanlah habitat yang cocok untuk burung maleo. Pembangunan wilayah perkotaan manusia di daerah-daerah pesisir juga berdampak bagi kelangsungan hidup burung ini. Karena itu, risiko kematian burung hitam ini terus meningkat secara drastis.

Sejak tahun 1972, burung maleo telah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi oleh pemerintah Republik Indonesia. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa burung hitam ini semakin hari semakin menyusut. Pada tahun 2005, diperkirakan pasangan burung ini berkembang biak di alam liar hanya berkisar antara 4.000 hingga 7.000 pasangan kawin, dan jumlah ini terus menurun dengan cepat seiring berjalannya waktu. Karena berbagai ancaman yang terus terjadi, jumlah populasi burung ini yang semakin menyusut, serta nilai burung cantik ini yang terbilang tinggi, maka burung maleo dievaluasi sebagai Hewan Terancam Punah (Endangered) yang tercantum dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List

Gambar 4. Upaya Pelestarian Burung Maleo
Gambar 4. Upaya Pelestarian Burung Maleo

Konservasi Burung Maleo

Pada tahun 2009, Wildlife Conservation Society (WCS) yang berbasis di Amerika Serikat bekerja sama dengan pemerintah daerah membeli 150.000 m2 properti tepi pantai Indonesia di Sulawesi, yang mana sekitar 40 sarang berada dalam upaya konservasi lebih lanjut demi menjaga populasi serta melindungi burung maleo. Selain itu, The Alliance for Tompotika Conservation bekerja sama dengan masyarakat setempat di Sulawesi memberikan pengarahan dan edukasi ke penduduk sekitar habitat burung cantik ini tentang status Endangered atau terancam punah. Edukasi ini juga dilakukan sebagai upaya pencegahan perburuan burung ini untuk dijual serta perburuan telurnya yang sering dikonsumsi penduduk setempat. Dengan demikian, populasi burung hitan dan cantik ini diharapkan akan stabil dan tidak lagi terancam punah.

Hingga saat ini, pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat terus melakukan upaya pelestarian burung maleo sebagai spesies endemik langka khas Sulawesi. Untuk melestarikan burung cantik ini di Sulawesi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah menyediakan berbagai tempat yang dilindungi untuk konservasi burung maleo. Burung ini dapat ditemukan di kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu, Suaka Margasatwa Pinjan Tanjung Matop, Suaka Margasatwa Bakiriang, dan Cagar Alam Morowali. Pemerintah mengajak semua pihak untuk senantiasa menjaga burung maleo beserta habitatnya dari segala ancaman terlebih yang ditimbulkan oleh manusia, mengingat burung ini merupakan satwa endemik khas Sulawesi dan keberadaan burung ini semakin langka. 

 

Bacaan Lainnya: Burung Kiwi, Pemilik Paruh Panjang yang Tidak Bisa Terbang

 

Penulis: Dhesta Alfianti

Dikurasi Oleh: Daning Krisdianti

 

Referensi Literatur

Baluntukang, Balobahani, dkk. (2015). “Partisipasi Masyarakat dalam Program Konservasi Maleo (Macrocephalon maleo) Di Desa Mataindo, Kecamatan Pinolosian Tengah, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan”. Jurnal Agri-Sosioekonomi (ASE), Vol. XI, No. 2A, Juli 2015. 61-76. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Ferdinand. “BurungMaleo, Satwa Endemik Sulawesi yang Berstatus Genting”. Diakses melalui artikel https://voi.id/berita/16963/burung-maleo-satwa-endemik-sulawesi-yang-berstatus-genting#:~:text=Burung%20Maleo%2C%20Satwa%20Endemik%20Sulawesi%20yang%20Berstatus%20Genting,-16%20Okt%202020&text=Balai%20Konservasi%20Sumber%20Daya%20Alam,Bakiriang%2C%20dan%20Cagar%20Alam%20Morowali. pada 5 Februari 2021.

Kevin Schaffer. “Can We Save The Maleo, The Most Curious of Sulawesi’s Endemic Birds?”. Diakses melalui artikel https://www.allaboutbirds.org/news/can-we-save-the-maleo-the-most-curious-of-sulawesis-endemic-birds/ pada 4 Februari 2021.

Nafiu, La Ode, dkk. (2015). “Karakteristik Habitat Maleo (Macrocephalon maleo SAL MULER 1846) Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW)”. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis (JITRO), Vol. 2, No. 1, Januari 2015. Kendari: Universitas Halu Oleo.

 

Referensi Gambar

  1. BurungMaleo https://www.allaboutbirds.org/news/can-we-save-the-maleo-the-most-curious-of-sulawesis-endemic-birds/
  2. Maleo bird  arkinspace https://www.arkinspace.com/2013/09/maleo-bird-that-can-fly-moment-it.html
  3. Maleo egg https://www.nationalgeographic.com/news/2017/06/bird-eggs-shapes-flight-evolution/
  4. Upaya Pelestarian BurungMaleo https://id.pinterest.com/pin/117445502763622345/

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!

 

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.