
Dunia kini sedang dilanda duka. Kehadiran virus corona sejak Desember 2019 hingga kini memakan korban jutaan jiwa. Puluhan ribu orang meninggal dunia akibat virus ini. Tercatat hingga 06 April 2020 terdapat 1,289,380 kasus corona tersebar di 183 negara, dengan korban meninggal dunia sebanyak 70.590 kasus. Tak sampai di situ, virus ini juga berdampak terhadap berbagai sektor seperti ekonomi, industri, pariwisata, pendidikan hingga sosial. Perekonomian saat ini lesu. Di sektor industri banyak pabrik melakukan PHK kepada karyawannya. Di sektor pariwisata, tempat-tempat wisata sepi bahkan banyak yang ditutup. Sekolah dan Universitas untuk sementara waktu diliburkan, siswa dan mahasiswa melakukan pembelajaran jarak jauh. Tempat-tempat ibadah ditutup, para pemuka agama menghimbau umatnya untuk beribadah di rumah masing-masing. Namun, apakah corona benar merusak kehidupan di bumi? Atau corona malah memulihkan bumi dari aktivitas manusia yang merusak lingkungan setiap harinya?
Corona memang menimbulkan kepanikan dan berdampak pada kemerosotan kesejahteraan kehidupan manusia di berbagai sektor. Namun, disisi lain ternyata corona membawa dampak positif terhadap bumi dan juga lingkungan. Bumi seakan rehat sejenak karena banyak aktivitas manusia yang terpaksa dihentikan. Bumi juga bisa bernafas lega karena udara menjadi lebih bersih.
Baca Lainnya : Gerakan Penghijauan Yang Dapat Dimulai Dari Diri Sendiri
Bila kita tengok, banyak sekali aktivitas kita yang mencederai bumi. Hutan terus menerus digunduli, lahan dikeruk tanpa henti, hewan diburu tanpa tapi, udara dicemari setiap hari (asap dari kendaraan bermotor, asap dari cerobong-cerobong hasil proses produksi industri, pembangkit listrik yang bertenaga batu bara, dan sebagainya), sungai dan laut tak henti dikotori (sampah dan limbah cair dari pabrik). Tak heran jika kemudian banyak bencana alam terjadi. Hal ini karena alam yang semakin rusak. Kondisi ini seharusnya membuat kita semakin menyadari bahwa bumi semakin rusak adalah ulah manusia. Adanya corona seakan-akan membawa angin segar bagi bumi untuk melindungi diri dari segala ulah manusia dan memulihkan dirinya.
Corona Memulihkan Bumi dari Kerusakan oleh Manusia

Berkurangnya aktivitas manusia karena pandemi corona ini membawa dampak yang cukup signifikan terhadap berkurangnya pencemaran lingkungan. Citra satelit yang dirilis oleh NASA menunjukkan antara Januari hingga Februari 2020 terjadi penurunan drastis emisi NO2 di Cina. Fei Liu, seorang peneliti kualitas udara di Goddard Space Flight NASA mengatakan “Ini adalah pertama kalinya saya melihat penurunan yang dramatis di area seluas itu. Saya tidak heran, karena kota-kota di seluruh negeri tersebut telah mengambil langkah-langkah (seperti lockdown) untuk meminimalisir penyebaran virus” Hal ini juga terjadi untuk CO2. Menurut Center for Research on Energy and Clean Air (CREA), lembaga yang bergerak di bidang penelitian polusi udara, mulai tanggal 3 Februari hingga 1 Maret 2020, emisi CO2 turun sekitar 25%. Hal ini terjadi akibat kebijakan lockdown terkait corona.
Baca Lainnya : HKAN 2020, Apa Kabar dengan Hutan Papua?

Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia, utamanya di Jakarta. Langit Jakarta menjadi lebih cerah dan biru. Berdasarkan situs IQAir, lembaga yang mengukur kadar polusi udara di seluruh dunia, per 06 April 2020, kondisi udara Jakarta berada di level baik. Air quality index (AQI) dan polusi udara PM 2.5 berada di angka 31. Ini terjadi menyusul kebijakan pemerintah terkait social distancing.
Di Italia, selain turunnya tingkat polusi udara, kanal-kanal air di kota Venesia yang sebelumnya tercemar akibat lalu lalang gondola menjadi jauh lebih jernih. Tanah dan ikan di bawah air pun terlihat jelas dari permukaan.
Hal positif lain yang terjadi yaitu menurunnya getaran di bumi. Bumi menjadi lebih sunyi akibat corona. Berkurangnya aktivitas manusia karena lockdown ataupun social distancing menyebabkan getaran di bumi menurun, lebih rendah dari biasanya. Hal ini membuat ilmuwan dapat memantau gempa bumi berskala kecil, aktivitas vulkanis, serta getaran-getaran halus lainnya yang biasanya tenggelam oleh kebisingan yang disebabkan berbagai aktivitas manusia.
Baca Lainnya : Social Distancing Sekaligus Berkontribusi untuk Lingkungan?
Di Belgia, tingkat kebisingan akibat aktivitas manusia menurun 33%. Menurunnya tingkat kebisingan ini akibat diberlakukannya lockdown. Sekolah, restoran, hingga ruang publik ditutup. Larangan bepergian juga diterapkan. Menurut Thomas Lecocq, seismolog Belgia di Royal Observatory of Belgium, seismometer di Belgia menjadi lebih sensitif dalam mengukur aktivitas seismik kecil yang biasanya tidak terdeteksi. Pengukuran gempa bumi kecil juga ombak di lautan menjadi lebih akurat. Biasanya stasiun tersebut tidak beroperasi dengan baik karena kebisingan yang terjadi akibat aktivitas manusia.
Gaya Hidup Bersahabat dengan Bumi yang Dapat Dilakukan Setelah Corona Usai
Melihat dampak corona dari dua sisi yang berbeda seharusnya menyadarkan kita bahwa selama ini kita telah sebegitu banyaknya mencederai bumi, alam tempat kita tinggal. Saatnya kita introspeksi diri. Corona hadir seperti membawa pesan dan pelajaran pada kita bahwa bumi perlu istirahat. Bumi cukup lelah dan muak dengan segala keserakahan manusia. Oleh sebab itu, setiap individu perlu mengubah gaya hidup menjadi lebih bersahabat dengan bumi.
Seperti apa sih gaya hidup yang bersahabat dengan bumi? Kita bisa memulainya dengan langkah sederhana, misalnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan transportasi umum, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang sampah yang bisa didaur ulang, menanam tanaman atau pohon di rumah, atau melakukan aksi nyata menggalakkan reboisasi hutan. Yuk mulai langkah ini dari diri kita. Semakin banyak orang yang melakukan langkah-langkah ini, membuat bumi kita terhindar dari kerusakan yang lebih parah.
Saat ini kerusakan bumi begitu nyata terlihat. Tak bisa dipungkiri perubahan iklim yang cukup drastis akibat kerusakan bumi ada di hadapan kita. Berbagai bencana menjadi lebih sering terjadi, pandemi corona mungkin salah satunya. Bencana ini menjadi salah satu cara bumi untuk melakukan pemulihan. Kita harus bersungguh-sungguh dalam menjaga keseimbangan di bumi. Menjaga kelestarian hutan dan juga laut, serta meninggalkan cara-cara eksploitatif dalam memanfaatkan sumber daya alam. (Nisyya Izzatin Naila)*
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kami juga berpartisipasi dalam membantu pencegahan COVID-19 yang saat ini sedang menjadi pandemi dunia. Dengan kampanye #lindungidiri pada link berikut https://covid19.lindungihutan.com/, bantuan donasi dan keuntungan produk akan disalurkan melalui Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!