Dhole, Anjing Hutan yang Terancam Punah

Gambar 1. Dhole
Gambar 1. Dhole

Dhole, yang juga dikenal dengan sebutan Red Dog, Asiatic Wild Dog, atau Indian Wild Dog ini mempunyai nama latin Cuon alpinus. Di Indonesia, hewan ini lebih dikenal dengan sebutan Ajag atau Ajak. Hewan ini termasuk ke dalam anggota keluarga Canidae dan kelas mamalia. Hewan ini umumnya dijumpai di wilayah Asia sebagai hewan liar dan seringkali menghuni kawasan hutan. Sayangnya, hewan ini dinyatakan terancam punah karena penurunan populasinya yang terjadi secara signifikan setiap tahunnya.

Ads

Karakteristik Dhole

Dhole memiliki panjang tubuh yang berkisar antara 76 sampai 100 cm, tidak termasuk ekornya yang memiliki panjang antara 28 sampai 48 cm, serta memiliki berat yang berkisar antara 14 sampai 21 kg. Warna tubuh hewan ini bervariasi, mulai dari berwarna kekuningan sampai coklat kemerahan, dan biasanya memiliki warna yang lebih terang di bagian bawah tubuhnya serta warna yang lebih gelap di bagian ekornya. Hewan ini juga memiliki bentuk tengkorak yang lebar, ekor yang terlihat mewah dan halus, serta moncong yang lebih pendek apabila dibandingkan dengan anjing-anjing pada umumnya.

Dhole merupakan hewan yang hidup berkelompok. Biasanya, satu kawanan anjing hutan ini mencakup antara lima sampai dua belas ekor, tergantung lingkungannya. Meski begitu, hewan ini juga mampu hidup menyendiri pada kondisi tertentu. Hewan ini juga termasuk ke dalam jenis hewan karnivora, dan umumnya anjing ini mencari makan dengan cara berburu. Hewan ini menyukai hewan-hewan herbivora seperti kelinci, kancil, kijang, babi hutan, dan rusa untuk dijadikan sebagai mangsanya.

Gambar 2. Kawanan Dhole dengan Mangsanya
Gambar 2. Kawanan Anjing Hutan dengan Mangsanya

Keunikan Dhole

Setiap hewan pasti memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing, tidak terkecuali hewan ini. Dhole memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki hewan-hewan lainnya. Hewan ini mampu berbunyi seperti bunyi semacam peluit yang menyerupai panggilan rubah merah, biasanya berbunyi kik-kik-kik. Suara yang dihasilkan oleh hewan ini dapat membantu mengkoordinasikan antara yang satu dengan kawanan yang lain di sekitarnya. 

Dhole tidak menghasilkan lolongan yang berbunyi seperti serigala, namun lolongan yang dihasilkan oleh anjing hutan ini terdengar keras dan jelas. Ketika menyerang mangsa atau sedang meminta makanan, menunjukkan geraman, atau memberi peringatan, suara yang dikeluarkan berbeda dengan ketika mereka berkoordinasi pada kawasannya. Umumnya, mereka mengeluarkan suara yang berbunyi ka-ka-kaaa

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Dhole mempunyai bahasa tubuh yang terbilang kompleks. Biasanya, mereka menyapa antara satu sama lain dengan cara meretraksi bibirnya secara horizontal dan menurunkan ekornya. Ketika hewan ini merasa takut atau terancam, ia akan menarik bibirnya ke belakang dengan ekor terselip, dan telinga mereka akan menciut dan sedikit menempel. 

Gambar 3. Cuon alpinus
Gambar 3. Cuon alpinus

Habitat Dhole

Dhole banyak ditemukan di wilayah Asia, dan lebih banyak dijumpai di negara-negara seperti India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, Bhutan, China, Mongolia, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, dan juga Indonesia. Anjing hutan ini lebih suka mendiami wilayah pegunungan, kawasan hutan yang berdataran tinggi, dan terkadang juga dijumpai di wilayah padang rumput. Persebaran spesies ini di dunia sejauh ini lebih banyak ditemukan di wilayah India, Nepal, hingga kawasan Tibet.

Gambar 4. Kawanan Ajag di Indonesia
Gambar 4. Ajag di Indonesia

Di Indonesia, terdapat dua jenis dhole, yaitu anjing hutan Jawa (Cuon alpinus javanicus) dan anjing hutan Sumatera (Cuon alpinus sumatrensis). Hewan ini di Indonesia umumnya dijumpai di wilayah pulau Sumatera dan pulau Jawa. Umumnya, Hewan ini di Indonesia menghuni wilayah-wilayah hutan belantara hingga pegunungan. Selain itu, Anjing hutan ini di Indonesia diketahui berada di Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan Taman Nasional Ujung Kulon.

Masa Kembang Biak 

Musim kawin dhole umumnya terjadi antara pertengahan bulan Oktober hingga Januari, dan beberapa juga ada yang berkembang biak pada bulan Februari. Berbeda halnya dengan kawanan serigala, dalam satu kawanan hewan ini bisa berisi lebih dari satu betina yang sedang berkembang biak. Satu dhole betina bisa menempati sarangnya dan membesarkan anak-anaknya bersama-sama dengan betina yang lainnya, dan itu berarti dalam satu sarang bisa terdapat lebih dari satu betina yang sedang membesarkan anaknya. Ketika kawin, dhole betina mengambil posisi berjongkok layaknya kucing dan dhole jantan berada di atasnya dan sedikit memiringkan tubuhnya. Selanjutnya, mereka mengambil posisi miring menghadap satu sama lain dalam formasi setengah lingkaran.

Gambar 5. Ilustrasi Dhole Berkembang Biak
Gambar 5. Ilustrasi Dhole Berkembang Biak

Masa kehamilan dhole betina umumnya berlangsung antara 60 sampai 63 hari, dan kemudian melahirkan anak rata-rata empat sampai enam anak. Pertumbuhan anak-anaknya juga umumnya berlangsung relatif cepat. Anak hewan ini menyusu hingga setidaknya 58 hari, dan selama waktu tersebut kawanan anjing hutan ini memberi makan induk di sarang. Setelah melalui masa penyapihan, induknya akan memuntahkan makanan untuk anak-anaknya hingga anaknya dinyatakan cukup besar dan bisa ikut berburu pada usia enam bulan. Pada usia tujuh sampai delapan bulan, anjing hutan muda akan ikut berburu bersama kawanan dewasa dan membantu membunuh hewan-hewan herbivora sebagai mangsanya. Seekor dhole mampu hidup hingga usia 15 hingga 16 tahun di penangkaran, dan bisa lebih lama lagi apabila ia hidup di alam bebas.

Status Kelangkaan

Saat ini, populasi dhole semakin menurun setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena hutan-hutan yang menjadi habitat asli hewan dhole mengalami kerusakan karena berbagai sebab, mulai dari degradasi hutan hingga alih fungsi lahan yang menyebabkan deforestasi hutan. Selain itu, hewan-hewan ini juga terfragmentasi oleh adanya ledakan populasi manusia, pembangunan infrastruktur dan berbagai macam proyek pembangunan yang terus berkembang, dan seringkali pembangunan-pembangunan tersebut berjalan dengan tidak memperhatikan kelestarian hutan dan lingkungan alam lainnya.

Dhole atau ajag ini tentu memiliki peran penting dalam ekosistem hutan. Hewan ini berperan mengendalikan populasi mangsanya, sama halnya dengan hewan-hewan karnivora yang menghuni kawasan hutan. Namun karena populasinya menurun signifikan setiap tahunnya, hewan ini kemudian dikategorikan dalam status “Endangered (Terancam Punah)” oleh The International Union of Conservation for Nature (IUCN) Red List. Dilansir dari WWF, bahkan populasi dhole kini berjumlah kurang dari 2.500 ekor dhole dewasa. Selain itu, dhole atau ajag juga termasuk ke dalam hewan yang dilindungi di Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. 106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Oleh karena itu, kita sebagai manusia sudah sepatutnya turut mendukung atau membantu pelestarian hutan dan lingkungan alam agar hewan-hewan yang langka dan terancam punah seperti dhole ini tidak kehilangan habitatnya dan populasinya bisa meningkat kembali.

 

Penulis: Dhesta Alfianti

 

Referensi Literatur

Ahmad Supardi. “Jangan Keliru, Wujud Anjing Ajag Sekilas Mirip Serigala”. Diakses melalui artikel https://www.mongabay.co.id/2021/02/11/jangan-keliru-wujud-anjing-ajag-sekilas-mirip-serigala/ pada 18 Februari 2021.

AZ Animals. “DholeAnimal Facts”. Diakses melalui artikel https://a-z-animals.com/animals/dhole/ pada 18 Februari 2021. 

Jeremy Hance. “Saving TheDhole: The Forgotten “Badass” Asian Dog More Endangered than Tigers”. Diakses melalui artikel https://www.theguardian.com/environment/radical-conservation/2015/jun/25/dhole-asia-endangered-tiger-ignored pada 18 Februari 2021.

Nugraha, R. Teja Suryo, dkk. (2010). “Studi Pakan Ajag (Cuon alpinus javanicus) dengan Fecal Analisis di Taman Nasional Baluran Jawa Timur”. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Sarah R. Megumi. “Ajag, Anjing Hutan Indonesia yang Langka”. Diakses melalui artikel https://www.greeners.co/flora-fauna/ajag-anjing-hutan-indonesia-yang-langka/ pada 18 Februari 2021.

WWF. “Dhole”. Diakses melalui artikel https://wwf.panda.org/discover/our_focus/wildlife_practice/profiles/mammals/dhole/? pada 18 Februari 2021.

 

Referensi Gambar

  • Dhole

https://scroll.in/article/918261/as-indias-dholes-face-decline-scientists-say-more-research-is-needed-to-frame-conservation-plans

  • Kawanan Anjing Hutan dengan Mangsanya

https://programs.wcs.org/india/Newsroom/Blog/ID/14782/DISAPPEARING-GHOSTS-The-Dhole-Story-Part-1-How-did-we-get-here 

  • Cuon alpinus

https://india.mongabay.com/2019/03/will-dhole-packs-continue-roaming-the-forests-of-the-western-ghats/ 

  • Kawanan Ajag di Indonesia

https://www.greeners.co/flora-fauna/ajag-anjing-hutan-indonesia-yang-langka/ 

  • Ilustrasi DholeBerkembang Biak

https://www.reddit.com/r/Awwducational/comments/bq3vke/the_dhole_is_a_canid_native_to_central_south_and/ 

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!

 

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.