
Ekosistem adalah suatu sistem yang ada di alam dan terbentuk oleh hubungan timbal balik yang tidak bisa dipisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga bisa dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan yang utuh dan menyeluruh antara segenap unsur yang ada di lingkungan hidup dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik adalah komponen di lingkungan berupa mahluk hidup seperti tumbuhan dan hewan. Salah satu hewan yang menjadi komponen biotik ekosistem adalah elang. Sebagai burung pemangsa, elang berperan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Akan tetapi, dewasa ini, keegoisan manusia membuat hewan ini terus diburu hingga terancam punah.
Klasifikasi dan Morfologi

Elang adalah hewan berdarah panas yang memiliki sayap, kuku, dan paruh yang kuat. Elang ada diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Burung pemangsa berukuran besar ini merupakan anggota famili Accipitridae dengan genus Aquila dan dari ordo Accipitriformes.
Elang merupakan burung yang kuat dan menakjubkan. Burung ini mampu terbang dengan ketinggian hingga ribuan meter. Elang juga dikenal cekatan dalam berburu sehingga jarang gagal menangkap hewan buruannya. Penglihatan elang sangat tajam. Mereka memiliki sepasang mata dengan sudut pandang 300 derajat serta mampu memperbesar penampakan benda 6 hingga 8 kali dari penampakan awalnya.
Dalam berkembang biak, sama seperti jenis burung lainnya, elang bertelur dan menyimpan telur-telur tersebut dalam sarang. Cangkang telur elang dikenal lebih keras dari cangkang telur burung-burung lainnya. Burung elang sendiri terdiri atas berbagai jenis. Di Indonesia sendiri terdapat bermacam-macam jenis elang, diantaranya adalah elang jawa, elang flores, elang bondol, dan lain sebagainya.
Populasi Burung Elang Semakin Menurun

Dewasa ini, di Indonesia, berbagai jenis elang yang ada menghadapi ancaman kepunahan yang serius. Data yang dilansir dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa populasi elang jawa di alam hanya sekitar 300 sampai 500 ekor saja. Untuk jenis elang flores, menurut data Badan Konservasi Dunia, populasinya saat ini diperkirakan antara 100 hingga 240 individu dewasa. Selain itu, untuk populasi elang jenis elang bondol juga sudah mulai jarang terlihat. Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mencatat saat ini hanya ada 29 elang bondol yang menghuni Pulau Kotok sebagai pusat suaka untuk hewan endemik itu.
Populasi elang yang terus menurun bukan terjadi tanpa alasan. Perburuan liar terhadap elang menjadi salah satu penyebab hewan tersebut terancam punah. Perburuan ini dilandasi oleh wujud elang begitu mirip dengan burung Garuda yang merupakan lambang negara Indonesia. Hal ini membuat banyak kolektor satwa ingin membeli burung yang memiliki bulu indah dan jambul unik ini. Di sisi lain, perkembangan populasi elang sangat lambat. Dalam waktu setahun, elang betina hanya bertelur satu hingga dua butir yang membuat perburuan elang menjadi begitu sulit.
Banyaknya permintaan serta tingginya tingkat kesulitan untuk mendapatkannya, harga elang melambung tinggi di pasaran. Harga elang brontok dijual sebesar Rp 2,5 juta sampai Rp 4 juta. Sementara elang Jawa, harganya bisa mencapai Rp 5 sampai 10 juta satu ekor. Besarnya keuntungan yang didapat dari transaksi ilegal elang tentunya memantik banyak orang nekat memburu elang di hutan-hutan dan menjualnya di pasar gelap. Dalam lima tahun terakhir, sekitar 300 ekor elang diburu untuk diperdagangkan.
Peran Elang untuk Alam

Sebagai hewan pemangsa yang menempati posisi predator tingkat atas, elang memiliki peran penting di habitatnya. Di alam, elang berperan untuk menyeimbangkan ekosistem, sehingga meledaknya populasi tertentu dapat dicegah. Hal ini dapat dikaitkan dengan posisi elang dalam rantai makanan.
Rantai makanan merupakan peristiwa yang ada di antara mahluk hidup, di mana terdapat proses makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu. Pada proses itu, terdapat makhluk hidup yang berperan sebagai konsumen, produsen, dan juga pengurai. Umunya, dalam rantai makanan, elang berperan memangsa ular di alam. Tidak hanya itu, beberapa jenis elang juga memangsa monyet. Jika elang di alam berkurang akibat perburuan liar manusia, maka jumlah populasi ular dan monyet akan bertambah. Jika bertambah, maka dapat berimbas pada perebutan makanan mereka. Tentunya, hal ini juga akan memberi dampak negatif pada manusia karena ular dan monyet yang jumlahnya tidak terkendali akan mencoba untuk mencari makanan ke pemukiman manusia.
Selain itu, keberadaan elang juga bisa menjadi indikator kualitas lingkungan yang baik. Elang dapat dijadikan bio indicator kebersihan suatu wilayah untuk mengetahui apakah wilayah tersebut sudah terkontaminasi zat kimia tau belum. Bahkan, kebersihan air bisa diukur dengan keberadaan elang di wilayah tersebut. Perburuan yang mengancam keberadaan elang akan dapat mencederai alam.
Oleh karena itu, perlindungan terhadap elang harus lebih digalakkan. Indonesia sendiri sudah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, pada lampirannya terdapat jenis hewan dan tumbuhan yang dilindungi. Semua jenis elang termasuk dalam satwa dilindungi. Meskipun peraturan ini tergolong belum berhasil menumpas tuntas perburuan liar terhadap elang, sedikit banyak peraturan ini menjadi dasar perlindungan bagi elang itu sendiri sekaligus menjadi acuan yang kuat bagi kita untuk bisa berjuang melestarikan populasi elang yang semakin menipis. Yuk, jaga dan lindungi populasi elang! Bersama-sama, kita lestarikan si hewan pemburu yang kerap diburu ini.
Penulis: Almira Afini
Referensi:
Literatur
Hewan Mitalom. Klasifikasi dan Morfologi Elang. Online: https://hewan.mitalom.com/elang-burung/
Nugraha, M. & Mawardi I. (2018). Ini Alasan Ilmiah Kenapa Elang Tidak Boleh Ditangkap dan Dijual Belikan. Online: https://jabar.tribunnews.com/amp/2018/03/29/ini-alasan-ilmiah-kenapa-elang-tidak-boleh-ditangkap-dan-dijual-belikan
Pradana, W. E. Populasi Elang Jawa yang Disebut-sebut sebagai Burung Garuda Tinggal 300-an Ekor. Online: https://m.kumparan.com/amp/pandangan-jogja/populasi-elang-jawa-yang-disebut-sebut-sebagai-burung-garuda-tinggal-300-an-ekor-1tWmFOREdEw
Sinaga, M., dkk. “Sang Pemburu” yang Terus Diburu. Online: https://interaktif.kompas.id/baca/pesona-elang-part2/
Yulistiana, F. & Fikrie M. Menengok Pusat Suaka Elang Bondol yang Terancam Punah di Pulau Kotok. Online: https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kumparansains/menengok-pusat-suaka-elang-bondol-yang-terancam-punah-di-pulau-kotok-1rfFeHd7yfs
Sumber Gambar
Gambar 1: https://unsplash.com/photos/OjQgsR1oyEw
Gambar 2: https://www.pexels.com/id-id/foto/alam-bertengger-binatang-botak-632452/
Gambar 3: https://unsplash.com/photos/WDSgXvDSpz8
Gambar 4: https://www.pexels.com/id-id/foto/burung-hewan-binatang-fauna-3124844/
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!