
Emisi karbon turun cukup drastis dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 saat awal pandemi terjadi, dunia secara kompak melakukan lockdown agar menekan angka penularan covid-19. Ternyata, lockdown yang dilakukan banyak negara di dunia berdampak terhadap lingkungan, karena seluruh orang diharuskan terus berada di dalam rumah. Semua kegiatan berhenti sejenak, mulai dari kegiatan pabrik-pabrik di hentikan sementara, sekolah tutup, pesawat dilarang terbang, mobil tidak digunakan untuk berpergian, dan seluruh dunia serempak melakukan pembatasan sosial. Hal tersebut dilakukan untuk menekan penularan virus yang berbahaya ini. Selain itu, karena berkurangnya kegiatan industri, angka polusi udara yang ada di atmosfer bumi semakin menurun. Hal tersebut menunjang berkurangnya emisi karbon.
Pada Desember lalu ramai diberitakan bahwa alam kembali pulih secara perlahan karena kegiatan manusia yang menurun. Tapi tampaknya hal tersebut tak akan berlangsung lama. Kemungkinan besar ketika pandemi sudah usai, maka keadaan lingkungan akan kembali normal. Emisi karbon akan terus meningkat seperti sebelumnya. Hal ini didukung dengan kembali normalnya kehidupan masyarakat dunia. Segala aktivitas ekonomi dan industri yang menyumbang emisi karbon yang cukup perlahan berjalan normal kembali. Tidak ada jaminan lagi untuk emisi karbon dapat turun setelah pandemi. Namun, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres dengan ambisius membuat program Net-Zero Emission mulai tahun 2021 untuk masa depan agar kenaikan suhu yang telah lama terjadi dapat ditekan dan perubahan iklim tidak mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi.
Lockdown Bukan Solusi Penurunan Emisi Karbon

Sejak diberlakukannya lockdown, emisi karbon di seluruh dunia menurun drastis hingga di angka 7% atau berkisar 2,4 miliar metrik ton, menurut penelitian tim Global Carbon Project. Tentunya penurunan emisi karbon secara drastis tersebut belum pernah terjadi sebelumnya . Penurunan yang paling tinggi pernah dialami pada saat pasca Perang Dunia II. Saat itu hanya berkisar 0,9 miliar metrik ton emisi karbon dan 0,5 miliar metrik ton emisi karbon saat krisis ekonomi pada tahun 2009 lalu. Namun, penurunan ini bisa saja tidak akan berlangsung lama jika setelah pandemi tidak ada pengendalian emisi karbon dan lonjakan emisi karbon akan sama besarnya dengan penurunan emisi karbon yang terjadi.
Penurunan emisi karbon di China tidak sebanyak negara lainnya. Karena China tidak mengalami gelombang kedua penularan covid-19. Sehingga China sudah kembali beraktivitas seperti biasa dan sudah lebih dahulu menjalankan new normal dari negara lain yang masih terdampak covid-19. Bisa dikatakan pula emisi karbon China sudah kembali normal. Karena semua kegiatan industri dan ekonomi lainnya sudah diperbolehkan untuk beroperasi kembali.
Negara yang mengalami penurunan emisi karbon cukup besar adalah Inggris dan Perancis. Diperkirakan emisi karbon menurun hingga 15%. Karena kedua negara ini menjalankan aturan lockdown yang sangat ketat. Karena aturan yang ketat, masyarakat Perancis dan Inggris di haruskan tetap berada di rumah. Aktivitas seperti biasanya tidak bisa dijalankan seperti sebelumnya. Sehingga Perancis dan Inggris dapat menurunkan emisi karbon mereka cukup besar. Terlebih lagi sektor yang menyumbang emisi karbon terbesar Perancis dan Inggris adalah transportasi. Masyarakat yang di-lockdown sudah pasti tidak diperbolehkan untuk bepergian, maka yang heran mereka dapat menurunkan emisi karbon mereka dengan mudah. Mereka juga menggunakan listrik tenaga nuklir yang notabene ramah lingkungan.
Jika Inggris dan Perancis berhasil menurunkan emisi karbon mereka, Amerika juga tak mau kalah dalam penurunan emisi karbon mereka. Gelombang kedua penyebaran virus corona yang terjadi di Amerika mengharuskan negeri Paman Sam melakukan lockdown untuk kedua kalinya. Maka seluruh kegiatan masyarakat yang melibatkan banyak orang tidak dibenarkan, bahkan dilarang keras, agar tidak ada lagi penyebaran virus corona yang terjadi. Kabar baiknya Amerika mengalami penurunan emisi karbon yang cukup besar. Sama seperti negara Eropa lainnya. Udara Amerika terasa lebih bersih dengan langit biru yang cerah, meski angka penurunan emisi karbon tidak setinggi Perancis dan Inggris.
Tentu penurunan jumlah emisi karbon menjadi kabar baik untuk seluruh dunia. Namun, tidak mungkin jika lockdown dan pembatasan kegiatan lainnya terus berlanjut. Kegiatan ekonomi dan industri harus segera berjalan normal agar ekonomi global dapat kembali pulih setelah pandemi ini berlangsung. Kebiasaan baru (new normal) yang diberlakukan oleh pemerintah di seluruh dunia menjadi solusi keluar dari krisis selama pandemi. Namun hal ini tak berjalan berdampingan dengan jumlah emisi karbon. Setelah pandemi berakhir, kemungkinan besar emisi karbon akan kembali normal.
Agar emisi karbon mengalami penurunan, tentu kita tidak bisa terus melakukan lockdown. Karena hal itu bukanlah solusi terbaik untuk penurunan emisi karbon. Selama pandemi, ekonomi masyarakat juga ikut menurun. Karena banyaknya kegiatan ekonomi yang dilarang oleh pemerintah. Tentu bukanlah hal yang bijak jika hal tersebut dilakukan terus menerus, apalagi saat pandemi ini usai. Tentu harus ada solusi yang lebih baik lagi untuk penurunan emisi karbon dunia, seperti yang sudah dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres tadi agar menuju perubahan yang lebih baik lagi. Penurunan emisi karbon ini memang harus diberi perhatian khusus agar tidak terjadi perubahan iklim drastis. Agar sampai di titik iklim yang tidak mengalami perubahan, emisi karbon harus mendekati nol. Barulah iklim akan stabil dan kehidupan menjadi lebih baik. Tetapi harus ada penerapan gaya hidup baru, seperti banyak berjalan kaki untuk mengurangi penggunaan kendaraan dan beberapa kebiasaan baru yang lebih ramah lingkungan. Agak sulit memang untuk membuat masyarakat mau menjalankan kebiasaan baru ini. Tetapi jika disosialisasikan dengan serius pasti bisa diterapkan.
Tidak Ada Efek Nyata pada Iklim

Selama pandemi, kebanyakan negara di dunia mengalami penurunan emisi karbon yang cukup banyak. Udara perkotaan yang lebih bersih dan langit yang lebih cerah. Sebelum pandemi, hal tersebut cukup langka di daerah perkotaan karena banyaknya polusi dari kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik yang meyumbang emisi karbon cukup besar. Perubahan ini tentu memberi harapan agar iklim dapat terkendali. Walaupun emisi karbon yang menurun cukup drastis dan perubahan udara yang jelas tampak dan terasa, namun nyatanya penurunan emisi karbon ini tak berdampak langsung pada iklim. Ini tentu berkebalikan dengan harapan masyarakat terhadap membaiknya lingkungan dan iklim, tetapi harapan saja tidaklah cukup. Masyarakat juga mestinya harus bisa memulai kebiasaan baru yang lebih ramah lingkungan. Agar tercapai keadaan lingkungan dan iklim lebih baik lagi, bisa dikatakan masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah agar kebijakan yang sudah dibuat oleh pemerintahan dapat terwujud.
Emisi karbon sudah menumpuk sejak lama sekali. Penurunan yang drastis ini memang sangat spektakuler, tetapi jika hanya di satu tahun saja penurunan ini terjadi dan tahun selanjutnya kenaikan malah lebih besar, maka tak ada yang lebih baik. Penurunan emisi karbon harus dilanjutkan terus tiap tahunnya agar tercapai penurunan emisi karbon global. Karena emisi karbon yang tinggi dapat juga menyebabkan pemanasan global. Bumi sudah memanas 1,2° celsius sejak era pra industri. Pemanasan bumi inilah yang dapat menyebabkan kenaikan air laut. Bukan hanya iklim yang terdampak, pemanasan global juga sangat terdampak. Dua hal itu hanya salah satu contoh dari jumlah emisi karbon yang sangat banyak dan penurunannya yang sangat kecil. Pandemi yang baru saja ada tidak bisa menekan perubahan iklim yang sudah sejak lama terjadi. Perlu penanganan lebih lanjut untuk menekan perubahan iklim. Tentu ini akan menjadi tantangan yang cukup berat untuk seluruh negara dunia. Namun, sudah banyak sekali ide yang dikemukakan oleh pemimpin negara di dunia untuk penanganan emisi karbon ini. Sehingga diharapkan nantinya emisi karbon dapat terus menurun hingga mendekati titik nol agar perubahan iklim tidak terjadi.
Terlebih lagi tahun 2021 ini emisi karbon dinyatakan naik karena diberlakukannya new normal, dimana masyarakat sudah bisa beraktivitas seperti biasa mesti harus mengikuti protokol kesehatan yang sangat ketat. Perlahan keadaan sebelum pandemi kembali lagi, tetapi kenaikan emisi karbon tak sebanyak sebelum pandemi datang. Polusi udara mulai menghiasi daerah perkotaan lagi. Momentum kenaikan emisi karbon yang tidak terlalu tinggi ini bisa dijadikan acuan untuk membuat kebiasaan baru yang ramah. Kebijakan yang dibuat juga sudah diperkuat setahun belakangan ini. Namun kurang kuat untuk menanggapi perubahan iklim yang sangat berbahaya. Tentu kebijakan harus diperkuat dengan menyesuaikan situasi yang ada di lapangan saat ini. Saat ini memang keadaan iklim tidak terpengaruh sama sekali. Karena baru saja satu tahun penurunan emisi karbon yang drastis. Butuh waktu yang lebih lama lagi untuk penurunan emisi karbon agar berpengaruh terhadap iklim dunia. Maka perlu konsisten untuk terus melakukan kegiatan yang lebih ramah lingkungan dan mengikuti kebijakan pemerintah yang menunjang penurunan emisi karbon dunia.
Penulis: Putri Handayani
Referensi literatur
Kompas. 2020. Selama pandemi covid-19 emisi karbon global turun 2,4 miliar ton.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/13/130400623/selama-pandemi-covid-19-emisi-karbon-global-turun-2-4-miliar-ton (Diakses pada Tanggal 4 Mei 2021)
BBC. 2020. Vert fut. https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-56493234.amp (Diakses pada tanggal 6 Mei 2021)
BBC. 2020. Majalah. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-55270307 (Diakses pada tanggal 4 Mei 2021)
- 2020. Emisi karbon global tahun 2020.
https://amp.dw.com/id/emisi-karbon-global-tahun-2020-turun-7-persen/a-55902041 (Diakses pada tanggal 5 Mei 2021)
Referensi gambar
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-55270307
https://amp.dw.com/id/emisi-karbon-global-tahun-2020-turun-7-persen/a-55902041
LindungiHutan.com adalah Platform Crowdfunding Penggalangan Dana untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung penghijauan yang ada di seluruh Indonesia. mari bersama menjaga dan melestarikan hutan seluruh Indonesia.
Yuk jadi pioneer penghijauan untuk hutan Indonesia yang lebih baik.