
Apakah Sahabat Alam tidak asing dengan kata “Reboisasi” dan “Restorasi”? Mungkin kalian akan dibuat kebingungan. Atau ada yang berpendapat bahwa keduanya memiliki pengertian yang sama, yaitu penanaman? Kedua istilah tersebut tak hanya diterapkan pada ekosistem flora di darat saja. Di laut, ada ekosistem mangrove yang juga menggunakan dua konsep itu. Sedikit informasi, reboisasi adalah kegiatan penanaman pada lokasi hutan yang telah rusak baik karena aktivitas manusia maupun bencana alam. Sedangkan restorasi adalah upaya untuk mengembalikan sesuatu pada saat ini menjadi seperti kondisi semula atau mirip seperti aslinya. Jika dilihat dari pengertiannya, keduanya memiliki definisi yang hampir sama. Namun kali ini kita akan mengulas lebih dalam mengenai restorasi mangrove.
Baca Lainnya : Penyimpanan Karbon, Upaya Penyelamatan Lingkungan
Mengapa Restorasi Mangrove Harus Dilakukan?
Sahabat Alam pasti sudah khatam dengan definisi hutan mangrove. Hutan mangrove adalah ekosistem di kawasan pesisir pantai yang terdiri dari tanaman toleran air laut berkadar garam tinggi. Selain fungsinya yang mampu menahan gempuran gelombang laut serta mencegah abrasi. Mangrove juga menyajikan berbagai manfaat, mulai dari alternatif sumber pangan. Dan beberapa kandungannya yang dapat dijadikan sebagai obat. Mangrove juga mampu memberikan efek peningkatan ekonomi melalui kegiatan rekreasinya. Sayangnya, keberadaannya semakin terancam.
Pertumbuhan populasi manusia yang meningkat terus menggerus keberadaan hutan mangrove. Mengalihfungsikan lahan mangrove menjadi pemukiman, industri laut juga pembuatan tambak. Di lain sisi, kesadaran akan manfaat ekosistem mangrove juga membuat beberapa stakeholders terus berupaya mengembalikan sebagaimana mestinya. Keseimbangan lingkungan akan tetap terjaga jika ekosistem mangrove dipertahankan. Sehingga opsi berupa restorasi terus digerakkan oleh banyak stakeholders. Baik dari Pemerintah yang mengatur regulasi hingga elemen masyarakat.
Konsep Restorasi Mangrove
Setelah disinggung di awal mengenai pengertian restorasi. Ada tiga kata kunci dalam menjalankan program restorasi (pemulihan) kawasan mangrove.
(1) Restorasi itu sendiri, yang berarti pengembalian keadaan seperti semula.
(2) Kreasi, adalah aktivitas untuk mengembalikan keadaan tersebut.
(3) Pengkayaan, yaitu kegiatan menambahkan atau meningkatkan sesuatu agar keadaan lebih baik dari semula.
Selain itu, ada pula istilah reforestasi atau reboisasi yang berarti penanaman mangrove pada kawasan hutan mangrove yang telah rusak atau gundul. Dan aforestasi yang juga artinya penanaman mangrove namun pada lahan baru yang sebelumnya bukan hutan mangrove.
Prosesi Restorasi Mangrove
Ekosistem mangrove mengandung nilai biodiversitas yang tinggi. Upaya pemulihan kawasan hutan mangrove tidaklah mudah tetapi bukanlah hal mustahil. Disamping memerlukan keterlibatan berbagai pihak, biaya tinggi dan tenaga yang besar. Juga memerlukan waktu yang tidak sebentar. Mulai dari observasi hingga pemeliharaan. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi keberhasilan restorasi hutan mangrove, yaitu: (1) kesesuaian zonasi dengan jenis mangrove, (2) persiapan areal tanam, (3) teknik pembibitan dan penanaman, (4) keberadaan hama dan penyakit serta (5) keaktifan dalam proses pemeliharaan.
1. Kesesuaian Zonasi

Zonasi hutan mangrove meliputi seaward zone, mid zone dan landward zone. Setiap zona memiliki spesies mangrovenya tersendiri. Pada zona yang paling dekat dengan laut (zona seaward) memiliki ciri-ciri berupa substrat agak berpasir. Akan banyak ditumbuhi Avicennia sp. dan Sonneratia sp. Pada zona tengah (mid), banyak ditemui Rhizophora sp., juga Bruguiera sp. dan Xylocarpus sp. Selanjutnya zona landward merupakan habitat dari Bruguiera sp. Dan terakhir adalah zona transisi hutan mangrove dengan daratan (terrestrial forest) akan banyak ditemukan nipah dan palem. Selain itu, kesesuaian zonasi akan berpengaruh pada daya tahan mangrove terhadap pasang surut air laut dan ombak.
2. Persiapan Areal Tanam
Setelah mengetahui zonasi yang tepat. Mempersiapkan lahan merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan. Menentukan luasan area penanaman mangrove. Pemberian pembatas dan tapak (barrier) untuk melindungi tanaman mangrove yang masih muda. Aspek fisik dan kimiawi juga perlu diperhatikan, seperti pH substrat, temperatur dan salinitas.
3. Teknik Pembibitan dan Penanaman
Kegiatan ini meliputi pemilihan buah (propagul) mangrove, penanaman buah, proses perawatan bibit hingga berumur 3-4 bulan. Penggunaan alat bantu saat eksekusi proses penanaman mangrove seperti tiang pancang mungkin diperlukan. Kedalaman lubang penanaman juga berpengaruh terhadap tingkat kelulushidupan mangrove.
4. Hama dan Penyakit
Keberadaan hama dan penyakit menjadi penentu proses penyulaman atau pergantian tanaman yang mati. Beberapa contoh jenis hama mangrove adalah (a) larva Coleoptera dan (b) ulat kantong (Acanthopsyche sp.). Tanda pohon mangrove terserang hama ialah ditemukan sarang, serbuk gerek dan serangga itu sendiri.

5. Perawatan dan Pemeliharaan
Perawatan dan pemeliharaan mangrove meliputi penyiangan, yaitu menyingkirkan tanaman pengganggu seperti paku-pakuan. Selain itu, proses pemantauan setelah restorasi dapat berupa aspek teknis. Misalnya mencatat laju pertumbuhan mangrove dan spesies lain apa saja yang hidup.
Peran Masyarakat Lokal
Upaya restorasi memang bukanlah tugas dari Pemerintah saja. Kerjasama dari segala pihak baik akademisi, peneliti hingga masyarakat perlu terjalin dengan baik. Keterlibatan masyarakat pesisir yang berinteraksi langsung dengan kawasan hutan mangrove sangat diperlukan. Kunci keberhasilan dari aktivitas restorasi adalah peran serta masyarakat lokal. Karena mereka sudah mengenal baik keadaan lingkungan sekitar hutan mangrove. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dapat dilakukan dengan cara:
- Mengubah pandangan masyarakat bahwa mereka adalah salah satu pelaku atau subjek kegiatan pemulihan lingkungan. Memberikan edukasi terkait kebermanfaatan ekosistem mangrove baik dari segi ekonomi dan juga ekologi.
- Melaksanakan sosialisasi terhadap kegiatan restorasi berbasis pemberdayaan masyarakat.
- Membangun sebuah lembaga lokal agar masyarakat merasa memiliki dan terlibat langsung.
Bagaimana Sahabat Alam, bukankah sangat kompleks proses restorasi hutan mangrove? Banyak hal yang harus dipersiapkan. Juga sangat pentingnya komitmen dari semua pihak yang terlibat. Ternyata ikut serta dalam kegiatan penanaman mangrove tidak hanya sekadar “datang ke lokasi dan menanam” saja ya. Dengan mengetahui seluk-beluk restorasi mangrove, membuat kita semakin bijak dalam kegiatan pemanfaatan mangrove kan. Salam Lestari!
Penulis : Melynda Dwi Puspita
Referensi Tulisan
Basyuni, M. 2002. Panduan restorasi hutan mangrove yang rusak (degrated). USU Digital Library. pp: 1-13.
Setyawan, D., K. Winarno dan P. C. Purnama. 2004. Review: ekosistem mangrove di Jawa: 2. restorasi. Biodiversitas. 5 (2): 105-118
LindungiHutan merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Dalam rangka mendukung kegiatan penghijauan teman-teman di Indonesia, yuk dukung Kampanye Alam daerahmu dengan berkunjung pada situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!