
Krakatau, sebuah gugusan pulau yang penuh cerita di dalamnya, terdapat Pulau Rakata, Sertung, Panjang, dan Anak Krakatau yang membentang indah di Selat Sunda. Statusnya sebagai cagar alam seluas 13.605 hektar menyimpan berbagai flora seperti tumbuhan biji, paku, lumut, serta fauna seperti biawak dan burung. Awalnya, Krakatau adalah gunung api setinggi tiga ribu meter yang berdiameter hampir sebelas kilometer. Krakatau pun lenyap saat erupsi pada 27 Agustus 1883, yang kejadiannya tidak hanya “mengguncang” Indonesia tetapi juga dunia. Namun, Krakatau bukan sekadar menceritakan tentang kehancuran, nyatanya, Krakatau juga menceritakan kehidupan kedua dan bagaimana alam memulihkan dirinya sendiri. Kemunculan Anak Krakatau di atas bekas berdirinya Gunung Krakatau “asli” yang hancur akibat letusan 137 tahun lalu tersebut diikuti oleh datangnya kehidupan. Bagaimana kehidupan baru tersebut dapat mengisi Anak Krakatau yang lahir terisolasi di tengah lautan? Pertanyaan inilah yang melahirkan apa yang disebut sebagai teori suksesi ekologi Anak Krakatau. Lantas, apa yang dimaksud dengan suksesi? Bagaimanakah proses tersebut terbentuk pada kawasan Gunung Anak Krakatau? Dan apa yang bisa kita ambil dari fenomena ini?
Mengenal Suksesi Ekologi
Baik komunitas flora maupun fauna pasti akan mengalami suatu proses perubahan dalam dinamika kehidupan. Perubahan yang terjadi dalam suatu komunitas ini dapat diamati, yang sering kali berupa pergantian suatu komunitas oleh komunitas lain. Dalam jangka waktu yang tak singkat, suatu komunitas yang baru akan lahir. Komunitas baru ini akan berbeda, baik dari komposisi maupun strukturnya, dengan komunitas pada awal pengamatan. Proses perubahan inilah yang menjadi dasar pemikiran dari suksesi ekologi.
Pengertian
Suksesi ekologi mencoba menjelaskan mengenai suatu proses perubahan yang berlangsung secara searah dengan teratur pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Suksesi juga diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang yang terjadi akibat modifikasi lingkungan fisik dalam suatu komunitas ataupun ekosistem. Akhir dari proses suksesi komunitas ditandai dengan terbentuknya komunitas klimaks, yaitu suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah), yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ini ditandai dengan tercapainya suatu homeostatis atau keseimbangan, yakni kemampuan untuk mempertahankan kestabilan komponennya, sehingga mampu bertahan dari berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Jenis
Terdapat dua jenis suksesi menurut para ahli ekologi, yakni suksesi primer dan suksesi sekunder.
-
Suksesi Primer
Suksesi ekologi primer terjadi di daerah baru yang sebelumnya tidak mampu menopang kehidupan. Ini bisa disebabkan oleh aliran lava, gletser yang menyusut, bukit pasir yang baru terbentuk, dan lain-lain. seiring berjalannya waktu, akan terjadi invasi oleh makhluk hidup perintis yang nantinya membentuk suatu vegetasi yang stabil. Contoh dari suksesi primer umumnya terjadi di area bekas letusan gunung berapi. Hal ini disebabkan oleh letusan gunung api yang umumnya berdampak sangat besar hingga mampu melenyapkan seluruh kehidupan yang ada.
Dalam proses suksesi ini, pada mulanya akan muncul tanaman perintis seperti jenis lumut kerak. Bebatuan yang mulai ditumbuhi lumut seiring berjalannya waktu akan mengalami pelapukan, sehingga terbentuklah tanah sederhana. Tumbuhan perintis yang mati ini nantinya dapat mengundang datangnya organisme pengurai. Zat yang terbentuk dari aktivitas penguraian membentuk susunan tanah yang lebih kompleks yang mengakibatkan rumput dapat tumbuh.
Adanya rerumputan yang mulai tumbuh memungkinkan burung untuk hinggap dan menyebarkan biji-biji tumbuhan lain. Semak belukar kemudian digantikan oleh perdu, yang nantinya digantikan pula oleh pohon-pohon berukuran pendek seperti pinus. Pada kondisi akhir, pohon berukuran tinggi akan tumbuh di kawasan tersebut sehingga terciptalah sebuah hutan.
-
Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi karena adanya suatu kejadian yang mengganggu ekosistem yang menghilangkan “sebagian” biota yang ada. Gangguan tersebut contohnya seperti kebakaran hutan, banjir, dan semacamnya (baik secara alami maupun karena ulah manusia). Proses suksesi sekunder jauh lebih cepat daripada suksesi primer. Hal ini karena tanah dan nutrisi sudah tersedia lantaran organisme tidak musnah sepenuhnya, sehingga sisa-sisa dari kehidupan awal masih ada. Contoh dari suksesi sekunder adalah ketika terjadi kebakaran hutan, api menghancurkan sebagian besar pohon dan tanaman lainnya. Namun, biji dan akar yang ada di dalam tanah relatif lebih aman dari keberadaan api, sehingga tanaman mulai tumbuh lagi secara bertahap dan akhirnya kembali ke keadaan ekosistem aslinya.
Gambar 2 Proses Suksesi Ekologi Kedua jenis suksesi ini dapat dijelaskan prosesnya melalui enam tahapan, yakni:
- Nudasi: mulai terbukanya substrat; tidak terdapat vegetasi; lahan gundul dan kosong.
- Migrasi: mulai munculnya biji atau alat perkecambahan lainnya yang disebarkan, baik secara biotik maupun abiotik.
- Execis: biji atau perkecambahan tersebut mulai berkecambah, tumbuh, dan bereproduksi.
- Kompetisi: mulai terjadi kompetisi antar biji atau perkecambahan tersebut, yang kuat akan menggantikan spesies yang lama, sedangkan yang lama akan mati.
- Reaksi: adanya perubahan pada lahan tersebut dengan munculnya habitat-habitat baru yang dikarenakan hadirnya spesies baru.
- Stabilitas akhir/Klimaks: terbentuknya suatu ekosistem yang kompleks.
Dari tahapan proses yang ada, perbedaan mendasar dari proses suksesi primer dan suksesi sekunder hanyalah terletak pada kondisi awal. Karena gangguan yang terjadi menghilangkan seluruh kehidupan yang ada, habitat awal pada suksesi primer terdiri atas substrat yang sama sekali baru, sehingga tumbuhan yang tumbuh pada tahap awal berasal dari biji atau benih yang berasal dari luar. Di sisi lain, substrat tidak musnah sepenuhnya pada suksesi sekunder. Biji-biji dan benih yang ada bukan saja berasal dari luar, tetapi juga berasal dari dalam habitat itu sendiri.
Riwayat dan Proses Suksesi Ekologi Krakatau
Prof. Tukirin Partomihardjo, atau yang disebut sebagai “Raja Krakatau”, adalah seorang profesor botani dari LIPI yang menjadi satu-satunya ahli suksesi ekologi Indonesia yang memiliki catatan rinci perkembangan tumbuhan di kawasan Krakatau sejak tahun 1981. Dedikasinya sepanjang hampir setengah perjalanan hidupnya untuk meneliti perkembangan suksesi di Kepulauan Krakatau (Pulau Rakata, Pulau Sertung, Pulau Panjang dan Pulau Anak Krakatau) ini lahir dari sebuah kebetulan semata. Penelitiannya ke kompleks Krakatau sejak 1980-an bermula hanya karena untuk mendampingi para peneliti dari universitas dan lembaga luar negeri yang datang silih berganti ke sana. Namun, sejak saat itu, lebih dari 50 karya tulis ilmiah tentang suksesi ekologi di Krakatau telah dibuatnya.

Bagi Prof. Tukirin, Krakatau dapat memberikannya informasi penting langsung dari alam. Informasi seperti perkembangan awal terbentuknya hutan dan bagaimana tumbuhan datang bisa ia pahami dengan jelas ketika berkunjung ke Krakatau. Di sana, ia mengamati proses beragam jenis tumbuhan yang ada di Krakatau berkembang dan menghijaukan pulau itu. Seperti pada awal pertama kali ia berkunjung pada tahun 1981, cemara laut (Casuarina) yang hidup rata-rata berukuran kecil dan hanya sebagian yang besar. Kini, cemara yang berbadan besar itu tumbang, digantikan jenis ficus atau bangsa ara (beringin).
Menurut Prof. Tukirin, dikutip dari Forest Watch Indonesia, proses suksesi pada Krakatau diawali dengan tumbuhnya jenis lumut. Kemudian, lumut-lumut ini menimbulkan kelembaban yang memungkinkan jenis paku-pakuan untuk tumbuh setelahnya. Barulah setelah itu rerumputan mulai tumbuh dan membentuk semak-semak.
Keberadaan semak-semak ini memungkinkan burung untuk hinggap dan menyebarkan biji-biji tumbuhan lain. Selain itu, air laut juga membantu dalam penyebaran biji-biji tumbuhan yang mendominasi vegetasi pantai, seperti jenis cemara laut, waru laut, ketapang, dan nyamplung. Sehingga secara perlahan, terciptalah tanah hutan muda yang berkelanjutan.
Pada periode ini, tanaman jenis ficus (beringin) memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan flora dan fauna. Ficus tumbuh seperti tanaman dan serangga di sekitarnya, yang tumbuh dan berkembang menempati dataran rendah berumput bersama dengan tanaman hutan sekunder lainnya. Menurut Prof. Tukirin, masing-masing dari 25 jenis ficus yang ada di Krakatau saling berasosiasi secara spesifik dengan jenis serangga tertentu. Hanya Pulau Rakata (Krakatau Besar), dari seluruh gugusan pulau Krakatau, yang memiliki perkembangan vegetasi paling matang tanpa banyak terganggu aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Cerita dari Suksesi Krakatau
Krakatau menjadi sebuah laboratorium alami dengan menjadi satu-satunya pulau yang terdata suksesi ekologinya sejak dari kondisi steril setelah letusan 1883. Butuh waktu 137 tahun bagi Krakatau untuk mengembalikan kondisi ekologisnya hingga seperti saat ini. Memang bukan waktu yang singkat, tapi kejadian ini bisa kita jadikan contoh untuk melihat betapa lamanya waktu yang dibutuhkan suatu lingkungan untuk mengembalikan kondisinya sendiri yang diiringi berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses suksesi tersebut.
Jika berbicara mengenai suksesi yang terjadi pada Krakatau, sebagai wilayah kepulauan tentu faktor yang paling dominan adalah laut. Hal ini dikarenakan laut memisahkan pulau-pulau kecil yang dapat berjarak hingga ratusan kilometer, Sehingga seakan terjadi isolasi pada tiap-tiap pulau tersebut. Tentunya, proses suksesi ini akan berbeda jika dibandingkan dengan pulau besar atau benua, yang lebih memungkinkan terjadinya suksesi dengan tersebarnya biji-biji tumbuhan oleh faktor angin, binatang dan juga manusia.
Krakatau memberikan kisah tentang proses kehidupan kedua, atau sebuah kehidupan yang lahir setelah bencana yang sangat menghancurkan, membuat lingkungan sekitarnya menjadi musnah dan steril dari berbagai kehidupan. Lahirnya kehidupan baru dan segala proses di dalamnya yang masih berlangsung bagai memberikan cerita bahwa hidup itu harus seimbang karena segala yang ada di alam ini memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Ketika alam mulai kehilangan keseimbangan akibat punahnya berbagai faktor yang membentuk fondasi kehidupan, bencana pun dikhawatirkan akan timbul sebagai konsekuensi.

Melalui penelitiannya di Krakatau, Prof. Tukirin juga menyampaikan pesan kepada Indonesia dan dunia bahwa kita, manusia, harus mampu menghormati apa yang sudah alam berikan dan tak merusaknya dalam waktu singkat demi kepentingan sendiri serta tidak sesuai peruntukannya. Karena bagaimanapun juga, manusia bisa hidup dengan sokongan penuh dari alam dan segala isinya. Mungkin setelah ini kita dapat merenungi cerita yang diberikan oleh fenomena suksesi Krakatau, yang mendorong kita untuk menjaga alam Indonesia dan dunia agar tetap seimbang demi kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri.
Penulis: Farijzal Arrafisena
Referensi Literatur:
Arif, Ahmad. 2015. Suksesi Krakatau.
http://lipi.go.id/lipimedia/suksesi-krakatau/11114 (Diakses pada tanggal 15 Maret 2021)
ERA. 2021. Suksesi Ekologi: Pengertian, Jenis, dan Contohnya.
https://kumparan.com/berita-hari-ini/suksesi-ekologi-pengertian-jenis-dan-contohnya-1v12mKyZOwa (Diakses pada tanggal 15 Maret 2021)
Forest Watch Indonesia. 2016. Suksesi Ekologi di Krakatau.
https://fwi.or.id/krakatau/#:~:text=Menurut%20Prof%20Tukirin%2C%20%E2%80%9CProses%20suksesi%20diawali%20dengan%20tumbuhnya%20jenis%20lumut.&text=Krakatau%20merupakan%20laboratorium%20alami%2C%20dan,ekologisnya%20hingga%20seperti%20saat%20ini. (Diakses pada tanggal 15 Maret 2021)
Rahmad, Rahmadi. 2016. Tukirin “King of Krakatoa” Partomihardjo yang Membanggakan Indonesia.
https://www.mongabay.co.id/2016/09/02/tukirin-king-of-krakatoa-partomihardjo-yang-membanggakan-indonesia/ (Diakses pada tanggal 15 Maret 2021)
Tamam, Badrut. 2016. Tahapan dan Jenis Suksesi Ekosistem.
https://generasibiologi.com/2016/12/makalah-tahapan-jenis-macam-macam-suksesi.html (Diakses pada tanggal 15 Maret 2021)
Referensi Gambar:
- https://wisato.id/wisata-alam/menjadi-saksi-sisa-letusan-dahsyat-gunung-krakatau-di-selat-sunda/
- https://apayangdimaksud.com/suksesi-sekunder/
- https://www.mongabay.co.id/2016/09/02/tukirin-king-of-krakatoa-partomihardjo-yang-membanggakan-indonesia/
- Idem.
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di berbagai daerah. Mari kita sama-sama melestarikan lingkungan dan menjaganya.
Yuk, bergabung bersama kami sebagai pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!