
Pada bulan Januari lalu, beberapa pendaki menemukan sebuah benda yang menyerupai gulali es (candy floss) terbentuk pada cabang-cabang pohon di hutan Irlandia Utara (Anderson, 2021). Namun, benda yang menyerupai gulali es ini akan meleleh dalam satu sentuhan jari atau saat terpapar sinar matahari yang terik (Specktor, 2021). Fenomena langka ini lebih dikenal sebagai es rambut atau hair ice. Hair ice atau gulali es adalah sejenis es yang terbentuk di atas kayu mati dan berbentuk rambut halus seperti sutra (Hofmann, Preuss, & Mätzler, 2015). Fenomena ini termasuk langka dan umumnya terjadi pada daerah hutan berdaun lebar yang berada di lintang 45-55° LU. Pada lintang tersebut, terdapat negara-negara seperti Kanada, Prancis, Jerman, India, Irlandia, Belanda, Skotlandia, Slovenia, Swedia, Swiss, Amerika Serikat, dan Wales (European Biologists Finally Solve Mystery of Hair Ice, 2015). Selain langka, gulali es juga sangat sulit untuk ditemukan karena biasanya terkamuflase oleh es atau salju di sekitarnya (Hogenboom, 2015). Bagaimana sebenarnya gulali es dapat terbentuk?
Baca lainnya: Cryptocurrency Mining: Dampaknya Bagi Lingkungan
Formasi Gulali Es

Penelitian atau literatur mengenai gulali es memang tidak melimpah hingga saat ini, namun penelitian tertua mengenai fenomena langka ini telah ada sejak satu abad yang lalu. Alfred Wegener, ahli meteorologi dan penemu teori pergeseran benua asal Jerman, mempublikasikan sebuah makalah yang relevan mengenai gulali es pada tahun 1918. Wegener mengamati fenomena ini pada musim dingin tahun 1916/1917 di Pegunungan Vosges dan pada Februari 1918 di Rheinsberg in der Mark. Pada beberapa cabang pohon yang ia temukan selama pengamatannya, ia dapat menumbuhkan gulali es yang baru, sehingga Wegener mengasumsikan bahwa pembentukan fenomena ini berkaitan dengan miselium yang juga ia temukan pada permukaan cabang pohon. Konsultan Wegener, Arthur Meyer, membenarkan bahwa cabang-cabang tersebut mengandung miselium jamur. Meyer mengasumsikan miselium tersebut berasal dari filum Ascomycota atau sac fungi, namun ia tidak dapat menentukan spesiesnya.
Setelah penelitian Wegener, ada beberapa penelitian lain yang dilaksanakan untuk mengetahui proses formasi gulali es secara lebih lanjut. Penelitian oleh Mühleisen dan Lämmle pada tahun 1975 menjelaskan reproduksi gulali es pada kayu busuk dari pohon berdaun lebar di sebuah ruangan dengan iklim buatan. Mereka berasumsi bahwa beberapa jenis tekanan osmotik memiliki pengaruh pada formasi dari fenomena langka ini. Pada tahun 2005, sebuah penelitian oleh Gerhart Wagner dan Christian Mätzler menduga bahwa ada keterlibatan aktivitas jamur dalam proses formasi gulali es yang tidak ditemukan oleh Wegener. Wagner dan Mätzler akhirnya menemukan keberadaan jamur, terutama miseliumnya, di dalam cabang kayu yang menjadi tempat terbentuknya gulali es. Tekanan gas yang disebabkan oleh metabolisme jamur akan mengeluarkan air melalui pori-pori kayu dan membasahi permukaan kayu, sehingga air tersebut akan membentuk gulali es pada suhu tertentu.
Penelitian lain oleh Dash et al. pada tahun 2006 menganggap gulali es sebagai fenomena embun beku yang terkait dengan pemisahan es (ice segregation). Gulali es tumbuh pada permukaan kayu sementara jaringan air yang terhubung di dalam kayu tetap dalam keadaan cair. Karena interaksi molekuler pada area spesifik yang luas antara sel kayu dan air, titik leleh di dalam kayu berkurang hingga di bawah 0°C atau tahap pre-melting. Penurunan suhu tersebut meningkat seiring berkurangnya ukuran kapiler dan pori-pori kayu. Tekanan dapat membuat air tidak membeku di dalam pori-pori, sementara air yang ada pada permukaan kayu bertumbuh menjadi es. Bagian yang membeku tetap berada di permukaan kayu selama pertumbuhan es. Melalui proses ini, es tersegregasi atau terpisah dari penyimpanan air.
Namun, penelitian tersebut belum mampu menjawab mengapa fenomena ini masih dapat bertumbuh pada kayu yang sudah mati. Pada tahun 2015, penelitian oleh Hofmann et al. menemukan bahwa formasi gulali es terkait dengan salah satu spesies jamur yang aktif saat musim dingin. Ketika aktivitas jamur dihentikan dengan fungisida atau air panas, produksi gulali es pada kayu yang sudah mati tersebut juga akan berhenti. Jamur tersebut adalah Exidiopsis effusa.
Exidiopsis effusa Penyebab Gulali Es

Exidiopsis effusa adalah salah satu spesies jamur dari famili Auriculariaceae, dan merupakan spesies dari genus Exidiopsis. Mereka adalah jenis jamur saprofit yang bekerja sebagai pendaur ulang kayu mati (Exidiopsis effusa, n.d.). Mayoritas kayu yang mereka makan atau daur ulang berasal dari pohon berdaun lebar. Ukuran dari sporanya adalah 6-12 μm, sedangkan ukuran hifanya adalah 1.5-2. Dalam kondisi dingin dan lembab yang tepat, mereka dapat menyebabkan fenomena gulali es pada kayu yang telah mati. Kayu adalah salah satu bahan kokoh dan kompak yang terbuat dari selulosa. Oleh karena itu, hanya beberapa spesies jamur dan bakteri yang dapat mencernanya. Exidiopsis effusa tumbuh dengan cara membuat jaringan hifa dan miselium pada pembuluh dan pori-pori kayu yang sudah mati. Pada bagian luar dahan dan kayu yang sudah mati, mereka dapat membentuk kerak berwarna putih sampai biru kemerahan dimana tubuh buah (fruiting bodies) akan berkembang. Beberapa penelitian mengatakan keberadaan jamur ini dapat membentuk gulali es yang baru sepanjang tahun pada kayu-kayu yang sudah mati. Berikut taksonomi dari Exidiopsis effusa.
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Auriculariales
Famili : Auriculariaceae
Genus : Exidiopsis
Spesies : Exidiopsis effusa
Saat ini, penelitian lebih lanjut mengenai gulali es masih berlangsung, namun peneliti masih belum menemukan hal-hal baru mengenai fenomena langka ini. Akibat kelangkaannya, peneliti harus mampu mencari dan menjaga gulali es atau kayu yang mengandung jamur Exidiopsis effusa dengan baik. Apabila kita ingin fenomena langka ini tetap ada, maka kita juga perlu menjaga alam dengan cara tidak menebangi atau merusak pepohonan pada hutan berdaun lebar.
Penulis: Fiona Evangeline Onggodjojo
Dikurasi oleh: Citra Isswandari Putri
Referensi Literatur
Anderson, K. (2021, January 6). What is hair ice? The mysterious weather phenomenon
appearing on trees. Independent. Retrieved February 4, 2021, 10:41 WIB from https://www.independent.co.uk/news/uk/hair-ice-trees-candyfloss-northern-ireland-b1783166.html.
European Biologists Finally Solve Mystery of Hair Ice. (2015, July 23). SciNews.
Retrieved February 4, 2021, 14:19 WIB from http://www.sci-news.com/biology/science-hair-ice-exidiopsis-effusa-03051.html.
Exidiopsis effusa. (n.d.). Artis Micropia. Retrieved February 4, 2021, 14:22 WIB from
https://www.micropia.nl/en/discover/microbiology/exidiopsis-effusa/.
Hofmann, D., Preuss, G., & Mätzler, C. (2015). Evidence for biological shaping of hair ice.
Biogeosciences, 12(1), 4261–4273.
Hogenboom, M. (2015, July 27). Mysterious “hair ice” is formed by fungus. BBC.
Retrieved February 4, 2021, 11:15 WIB from http://www.bbc.com/earth/story/20150727-mystical-hair-ice-riddle-solved.
Specktor, B. (2021, January 4). Hikers find ghostly ‘hair ice’ clinging to trees in an Irish
forest. Live Science. Retrieved February 4, 2021, 10:46 WIB from https://www.livescience.com/hair-ice-ireland-fungus.html.
Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!