
Hewan Komodo merupakan spesies kadal yang termasuk dalam hewan endemik Indonesia. Hewan ini banyak dijumpai di Pulau Komodo, Rinca, Flores, dan Gili Motang. Komodo masuk ke dalam anggota Varanidae, yang merupakan spesies kadal terbesar yang ada di Bumi. Komodo umumnya tumbuh dengan panjang hingga 3 meter dan memiliki berat hingga mencapai 100 kilogram. Komodo memiliki kepala yang panjang dan rata dengan moncong bulat, kulit bersisik, kaki membungkuk, dan ekor yang besar dan berotot. Karena ukurannya yang besar, komodo mendominasi ekosistem tempat di mana mereka hidup.
Sejarah Hewan Komodo
Komodo pertama kali ditemukan oleh orang Eropa pada tahun 1910, ketika rumor tentang “buaya darat” mengemuka pada masa itu hingga sampai pada Letnan van Steryn van Hensbroek dari pemerintahan Hindia Belanda. Rumor tersebut lalu semakin meluas setelah Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor, menerbitkan makalah tentang topik tersebut setelah menerima foto komodo dari sang letnan, disertai dengan perolehan dua spesimen komodo lainnya dari seorang kolektor. Setelah ketenarannya makin meluas, komodo menjadi faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke Pulau Komodo oleh W. Douglas Burden pada tahun 1926. Burden kemudian memberi nama “buaya darat” tersebut dengan nama “komodo”. Setelah kembali dengan membawa 12 spesimen, ekspedisi ini kemudian memberikan inspirasi untuk film King Kong tahun 1933. Pemerintah Hindia Belanda menyadari terbatasnya jumlah komodo di alam liar, oleh karena itu mereka segera melakukan pelarangan perburuan komodo dan sangat membatasi jumlah komodo yang diambil orang-orang dari berbagai kalangan untuk studi ilmiah.
Selanjutnya, pengumpulan spesimen komodo melalui ekspedisi oleh orang-orang Eropa terhenti seiring dengan berjalannya Perang Dunia II, dan tidak berlanjut sampai tahun 1960-an ketika penelitian meneliti perilaku makan, reproduksi, dan suhu tubuh komodo. Sekitar waktu tersebut, sebuah ekspedisi yang akan melakukan studi jangka panjang terhadap komodo direncanakan akan dilakukan. Ekspedisi ini kemudian dilakukan oleh Walter Auffenberg dengan asistennya yang bernama Putra Sastrawan, yang dalam perjalanannya kemudian berhasil menangkap dan menandai lebih dari 50 ekor komodo serta dapat menjelaskan lebih lanjut tentang sifat komodo. Penelitian tersebut kemudian dibantu oleh seorang ahli biologi yang bernama Claudio Ciofi, yang kemudian semakin membuka wawasan orang-orang di seluruh dunia mengenai komodo.
Perilaku dan Ekologi Komodo
Komodo biasanya menyukai tempat yang panas dan kering, dan mereka lebih senang hidup di padang rumput yang terbuka dan kering, sabana, serta hutan tropis pada ketinggian yang rendah. Komodo termasuk hewan yang aktif di siang hari, meskipun beberapa komodo juga ada yang beraktivitas pada malam hari. Komodo merupakan hewan penyendiri, mereka jarang sekali berkumpul, biasanya mereka berkumpul hanya untuk berkembang biak dan makan. Komodo mampu berlari dengan cepat dan kecepatannya bisa mencapai hingga 20 km/jam, dapat menyelam hingga kedalaman 4,5 meter atau 15 kaki, dan juga dapat memanjat pohon dengan mahir melalui penggunaan cakar yang kuat.
Untuk dapat menangkap mangsa yang sulit dijangkau, komodo berdiri dengan menggunakan kaki belakangnya serta dibantu dengan ekornya yang berotot sebagai penyangga. Ketika komodo memasuki masa dewasa, cakarnya yang tajam dapat digunakan sebagai senjata untuk menerkam mangsanya atau sebagai perlindungan ketika komodo sedang terganggu atau terancam oleh keberadaan musuh. Selain itu, komodo juga mampu menggali lubang dengan lebar 1 sampai 3 meter dengan menggunakan kaki depan dan cakarnya yang kuat. Biasanya, lubang itu digali sebagai liang untuk tempat istirahat masing-masing komodo. Karena memiliki ukuran yang besar dan mempunyai kebiasaan tidur di liang ini, komodo mampu menjaga panas tubuhnya sepanjang malam dan meminimalkan waktu berjemur di pagi hari setelahnya. Komodo biasanya berburu makanan di sore hari, dan berada di tempat yang teduh pada siang hari, ketika cuaca sedang panas-panasnya. Umumnya, komodo berteduh di punggung bukit dengan angin laut yang sejuk. Komodo yang berteduh di tempat itu dapat menyergap rusa karena lokasinya yang strategis karena sering dilalui rusa, serta nyaman untuk tempat berteduh para komodo.

Komodo merupakan hewan karnivora. meskipun mereka dianggap memakan sebagian besar bangkai hewan, Umumnya, komodo menyergap mangsanya dengan diam-diam. Ketika mangsa yang cocok telah tiba di dekat tempat penyergapan komodo, secara tiba-tiba komodo akan menyerang hewan tersebut dengan kecepatan tinggi dan menyerang bagian badan atau tenggorokan hewan yang menjadi mangsanya. Komodo tidak dengan sengaja membiarkan mangsanya melarikan diri dengan luka yang fatal, tetapi membunuhnya secara langsung dengan mengoyak mangsanya. Komodo membunuh mangsanya dengan menggunakan kelenjar racun yang bersumber dari dari gigitannya, yang dapat membuat mangsanya mati. Tercatat, komodo mampu membunuh babi hutan, kerbau, dan rusa hanya dalam hitungan detik. Selain itu, komodo juga mampu menemukan bangkai dengan menggunakan indera penciumannya yang tajam. Komodo mampu menemukan hewan yang mati atau sekarat dari jarak hingga 9,5 kilometer.
Komodo makan dengan cara merobek potongan besar daging mangsanya dan menelan utuh daging tersebut, sambil menahan mangsanya yang telah mati atau menjadi bangkai dengan menggunakan kaki depannya. Air liur yang dihasilkan komodo dapat membantu melumasi makanan, tetapi proses penelanannya masih lama. Umumnya, komodo membutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 menit untuk dapat menelan mangsanya. Terkadang, komodo mencoba untuk mempercepat proses penelanannya dengan membenturkan daging tersebut ke pohon untuk memaksa makanannya itu masuk ke tenggorokannya, dan kadang-kadang komodo menabrak pohon begitu kuat hingga pohon tersebut roboh. Setelah makan hingga 80% dari berat tubuhnya dalam sekali makan, komodo membawa dirinya ke lokasi yang cerah untuk dapat mempercepat proses pencernaan. Komodo melakukan hal itu karena apabila dibiarkan makanannya tidak tercerna di perutnya terlalu lama, makanan tersebut dapat membusuk dan meracuni komodo. Komodo memiliki waktu metabolisme yang lambat, oleh karena itu komodo besar dapat bertahan hidup dengan makan hanya 12 kali dalam setahun. Setelah mengeluarkan ekskresi, komodo menggosok-gosokkan wajahnya di tanah atau di semak-semak untuk menghilangkan lendir. Hal ini menunjukkan bahwa komodo tidak menyukai aroma ekskresinya sendiri.
Reproduksi Hewan Komodo
Umumnya, komodo melakukan perkawinan antara bulan Mei dan Agustus, dan telurnya diletakkan pada bulan Agustus hingga September. Selama periode tersebut, komodo jantan memperebutkan komodo betina dan sekaligus memperebutkan wilayah dengan cara bergulat satu sama lain menggunakan kaki belakang masing-masing komodo yang bertarung. Sebelum melakukan pertarungan, komodo umumnya muntah dan melakukan buang air besar terlebih dahulu. Komodo yang kalah akan terjepit ke tanah, dan komodo yang menang akan menjentikkan lidah panjangnya ke komodo betina untuk mendapatkan informasi tentang penerimaannya. Komodo betina umumnya bersifat antagonis selama fase awal senggama dengan komodo jantan dengan cara melawan komodo jantan dengan menggunakan cakar dan gigi mereka. Kopulasi terjadi ketika komodo jantan memasukkan salah satu hemipene ke dalam kloaka komodo betina.

Komodo betina biasanya bertelur dari bulan Agustus hingga September. Komodo betina membuat banyak sarang ketika ingin bertelur untuk mencegah komodo-komodo lain memakan telur-telurnya. Komodo betina biasanya mengeluarkan telur hingga 15 sampai 20 butir, serta membutuhkan masa inkubasi hingga 7 sampai 8 bulan. Setelah melalui masa inkubasi, komodo-komodo muda kemudian mulai menetas dan rata-rata ukurannya berkisar 46,5 cm dan memiliki berat hingga mencapai 105 gram. Komodo membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 9 tahun untuk menjadi dewasa, dan selanjutnya komodo dapat hidup di habitat aslinya hingga mencapai 30 tahun.
Konservasi Hewan Komodo
Komodo diklasifikasikan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) atau Lembaga Konservasi Dunia sebagai spesies yang rentan dan telah terdaftar dalam IUCN Red List. Kepekaan spesies komodo terhadap ancaman alam dan ancaman buatan manusia telah lama diakui oleh konservasionis, masyarakat zoologi, serta pemerintah Republik Indonesia. Sebagai tindak lanjut atas permasalahan tersebut, akhirnya pada tahun 1980 Taman Nasional Komodo didirikan di habitat asli komodo, tepatnya di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, untuk melindungi populasi komodo di pulau-pulau yang terdapat banyak komodo. Wilayah Taman Nasional Komodo meliputi pulau-pulau tempat bernaungnya komodo dengan jumlah besar, seperti pulau Komodo, pulau Rinca, dan pulau Padar. Tak lama berselang, kemudian Cagar Alam Wae Wuul dan Cagar Alam Wolo Tado juga dibuka di Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk membantu pelestarian komodo.
Taman Nasional Komodo memiliki luas sebesar 700 m2, dan memungkinkan tempat tersebut menjadi rumah bagi spesies-spesies lain selain komodo, seperti burung Scrub berkaki oranye serta rusa Timor. Selain itu, di wilayah Taman Nasional Komodo juga terdapat lingkungan laut yang mendukung hewan-hewan laut seperti paus, lumba-lumba, penyu, hiu, terumbu karang, dan masih banyak lagi, untuk dapat hidup dengan bebas di sekitar Taman Nasional Komodo.

Dunia sudah mengakui bahwa Taman Nasional Komodo menyuguhkan pemandangan yang indah, yang dapat memanjakan mata para pengunjung untuk menikmati serta memperoleh pengetahuan seputar komodo lebih dalam. Kini, Taman Nasional Komodo telah ditetapkan menjadi situs warisan dunia yang diprakarsai oleh UNESCO. Sejauh ini, Taman Nasional Komodo telah melakukan patroli untuk mencegah perburuan komodo dan hewan-hewan pendukung di sekitarnya serta bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk membangun kesadaran tentang spesies komodo dan diberi pengetahuan mengenai pentingnya melindungi komodo sebagai hewan langka yang dilindungi oleh pemerintah.
Bacaan Lainnya: Mengenal Lebih Dekat Komodo, Kadal Purba Raksasa Penghuni Pulau Komodo
Penulis: Dhesta Alfianti
Dikurasi Oleh: Daning Krisdianti
Referensi Literatur
Mustari, Abdul Haris, dkk. (2010). “Kajian Ekologi dan Status Keberadaan Komodo (Varanus Komodoensis) di Pulau Padar Taman Nasional Komodo”. Jurnal Media Konservasi Vol. 25, No. 1, April 2010, 13-20. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
National Geographic. “Komodo Dragon”. Diakses melalui artikel https://www.nationalgeographic.com/animals/reptiles/k/komodo-dragon/ pada 29 Februari 2021 pukul 11:42 WIB.
Sastrawan, I Dewa Putu Putra. (2016). “Perilaku Harian Hewan Biawak Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo Taman Nasional Komodo”. Indonesian Veterinary Journal Vol. 2, No. 4, Agustus 2016, 121-125. Denpasar: Universitas Udayana.
Walpole, Matthew J, et al. “Local Attitudes towards Conservation and Tourism around Komodo National Park, Indonesia”. Environmental Conservation Vol. 28, No. 2, June 2001. p. 160-166. Cambridge University Press. www.jstor.org/stable/44519885
Referensi Gambar
- Komodo https://tirto.id/turis-singapura-digigit-komodo-seberapa-besar-bahayanya-cn2z
- Komodo Menyergap Mangsanya https://a-z-animals.com/animals/komodo-dragon/
- Komodo Berkembang Biak https://www.anekahewan.com/2019/08/perkembangbiakan-komodo-yang.html
- Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur https://www.tripadvisor.cz/LocationPhotoDirectLink-g1777483-d8797440-i161237050-Padar_Island-Labuan_Bajo_Flores_East_Nusa_Tenggara.html
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!