Ekosistem Hutan Mangrove
Indonesia merupakan negara yang kaya keragaman flora, fauna, hingga ekosistem. Tingginya keragaman hayati, Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan megabiodiversity. Sebagai gambaran, Indonesia memiliki 13.667 pulau dengan panjang wilayah pantai mencapai 54.716 kilometer (Karimah 2017). Luasnya daerah pesisir, negara kita ini – Indonesia, memiliki ekosistem unik dengan nilai kebermanfaatan tinggi, yaitu ekosistem hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang berada di daerah pantai dengan karakteristik tanaman tumbuh pada kadar salinitas air tinggi dan adanya pasang surut air laut. Ekosistem hutan ini memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan ekosistem lain, seperti penyediaan siklus ekologi yang kompleks bagi kehidupan makhluk hidup dan laju dekomposisi bahan organik yang relatif tinggi (Imran 2016).

Interaksi antara komponen lingkungan, satwa atau makhluk hidup, dan mikroorganisme di suatu habitat hutan mangrove menunjukkan ekosistem hutan ini. Total hutan mangrove di dunia mencapai 16.530.000 hektar dengan distribusi luasan di Amerika sebesar 5.831.00 ha, Afrika 3.258.000, dan di Asia mendominasi seluas 7.441.00 ha. Indonesia juga menjadi salah satu negara yang memiliki luasan mangrove terbanyak di dunia, seluas 3.735.250 ha atau hampir 50% dari luas mangrove Asia. Hutan mangrove di Indonesia tersebar di hampir semua kepulauan, antara lain 15.46% di Sumatera, 2.35% di Maluku, dan 9.02% di Kalimantan dari total keseluruhan luasan mangrove (Onrizal 2010).
Perbedaan Hutan Mangrove dan Hutan Bakau
Tahukah kamu? di dalam suatu ekosistem hutan mangrove, terdapat hutan bakau. Masyarakat seringkali menyamakan antara hutan tersebut dengan hutan bakau. Padahal kedua ekosistem ini berbeda. Perbedaan dari hutan mangrove dan hutan bakau terletak pada jenis tanaman. Komposisi tegakan yang didominasi dari jenis tanaman bergenus Rhizophora disebut hutan bakau, sedangkan di hutan mangrove terdapat jenis tanaman lain, seperti Avicennia, Bruguiera, dan Rhizophora termasuk ke dalamnya. Oleh sebab itu, hutan mangrove mencakup jenis tanaman dari hutan bakau.
Manfaat
Hutan mangrove dan bakau memiliki manfaat bagi lingkungan dan masyarakat di daerah pesisir Jakarta. Manfaat ekologi, meliputi penyerapan karbon, mengurangi kenaikan air laut, dan habitat bagi fauna. Mari kita bahas manfaat ekologinya:
-
Sebagai penyerap karbon
Karbon dioksida (CO2) dalam konsentrasi tinggi di lingkungan akan menyebabkan pemanasan global, peningkatan timbulnya penyakit baru, hingga memusnahkan makhluk hidup dalam jangka panjang. Oleh sebab itu harus ada pengurangan karbon dioksida di udara. Selain manusia berperan dalam pengurangan zat ini, tanaman juga dapat menyerap CO2 yang digunakan sebagai bahan proses metabolismenya, yaitu fotosintesis. Melalui fotosintesis, karbon monoksida di ikat oleh vegetasi kemudian disimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Oleh sebab itu, carbon sink sangat berkaitan erat dengan biomassa tegakan.
Mari kita ambil studi kasus di Pesisir Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu. Pulau Untung dijadikan pemukiman masyarakat yang berpenduduk 1.888 jiwa dengan luas wilayah 40.10 ha (Winata dan Rusdiyanto 2014). Tingginya jumlah penduduk di pulau tersebut, akan menimbulkan CO2 melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti dibidang transportasi. Nah, disini salah satu peran hutan mangrove dalam penyerapan karbon secara lokal maupun global.
Menurut Windardi (2014), kemampuan hutan mangrove dalam menyerap dan menyimpan karbon sangat efektif dan efisien melalui proses fotosintesis dengan cara difusi melewati stomata. Sebagai contoh, hasil penelitian dari Rachmawati et al. (2014), menunjukkan bahwa jenis bakau Rhizophora mucronata berpotensi untuk menyimpan karbon sebesar 17.60 ton/ha. Hasil simpanan karbon tersebut berbanding lurus dengan tingginya nilai biomassa sebesar 34.31 ton/ha. Selain menyerap karbon yang dihasilkan manusia, hutan ini juga berperan dalam penyerapan karbon (blue carbon) yang berasal dari samudera.
-
Mengurangi gelombang air laut

Kenaikan air laut di pesisir Jakarta sangat mengancam bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak dari perubahan iklim dan global warming adalah kenaikan air laut. Kenaikan muka air laut di dunia berkisar antara 0.2 – 0.8 cm/ tahun. Dampaknya, muka permukaan tanah di pesisir Jakarta mengalami penurunan dari tahun 1925-2015 sebesar 0-4 meter (Abidin et al. 2016). Apabila kejadian ini terus terjadi tanpa ada tindakan pencegahan dan pemulihan, maka akan menenggelamkan pulau-pulau di pesisir Jakarta. Salah satu tindakan yang perlu dilakukan adalah penanaman mangrove. Tahukah kamu? bahwa tegakan tanaman bakau maupun mangrove dapat menjadi bentuk mitigasi dari perubahan iklim. Hutan mangrove dapat mengurangi laju gelombang sebagai dampak kenaikan air laut. Adanya tegakan yang membentuk pagar di pesisir dapat menjadi barrier atau penghalang apabila terjadi pasang air laut.
-
Sebagai habitat berbagai fauna

Foto diatas menunjukkan tiga ekor monyet berekor panjang yang berada di percabangan tanaman mangrove. Selain monyet, biasanya di hutan mangrove maupun bakau terdapat fauna seperti burung kuntul (Egretta alba), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), ikan glodok (Periophthalamus sp.), kerang bakau (Telescopium telescopium), siput mangrove (Cassidula aurisfelis), dan masih banyak fauna yang menjadikan hutan mangrove sebagai habitatnya. Keberadaan dan keanekaragaman fauna dapat menjadi salah satu indikator kesehatan hutan ini. Semakin tinggi keragaman fauna maka hutan mangrove semakin baik kondisinya. Hal tersebut berkaitan mengenai penyediaan sumber makanan maupun tempat tinggal bagi banyak spesies di hutan tersebut. Selain itu, tingkat keanekaragaman fauna berbanding lurus dengan tingkat daya dukung atau kelenturan ekosistem. Semakin tinggi keanekaragaman fauna maka akan meningkatkan tingkat kelenturan hutan terhadap berbagai gangguan hutan (Safe’i et al. 2018).
Wah, memang benar ternyata hutan mangrove menjadi ekosistem unik dengan penuh manfaat bagi lingkungan. Disisi lain dari manfaat-manfaat yang telah dijelaskan tersebut, hutan mangrove dan bakau menyimpan keindahan yang menakjubkan.

Hutan mangrove di pesisir Jakarta dimanfaatkan sebagai tempat wisata yang asri. Sebagai contoh hutan mangrove di Pantai Kapuk, Jakarta Utara. Pengunjung dapat menikmati udara segar di hutan ini dan diharapkan dapat menimbulkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Penulis : Deni Prihanto
Referensi:
Abidin HZ, Andreas H, Gumilar I, Sidiq TP, Adzan MD, Ali F, Brinkman JJ. 2016. Disaster Risk Redusction of Land Subsidence in Jakarta, dipresentasikan pada 2nd International Workshop on Coastal Subsidence, Venice, Itali, 30 Mei-1 Juni 2016
Imran A, Efendi I. 2016. Inventarisasi mangrove di Pesisir Pantai Cemara Lombok Barat. Jurnal Pendidikan Mandala 1(1):105-112.
Karimah 2017. Peran ekosistem hutan mangrove sebagai habitat untuk organisme laut. Jurnal Biologi Tropis 17(2):51-57.
Onrizal. 2010. Perubahan tutupan lahan mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia 6(2):163-172.
Rachmawati D, Setyobudiandi I, Hilmi E. 2014. Potensi estimasi karbon tersimpan pada vegetasi mangrove di wilayah pesisir Muara Gembong Kabupaten Bekasi. Jurnal Omni-Akuatika 8(9):85-91.
Safe’i R, Hardjanto, Supriyanto, Sundawati L. 2013. Pengembangan metode penilaian kesehatan hutan rakyat sengon. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 12(3)175-187.
Winata A, Rusdiyanto E. 2014. Pengaruh faktor ekologi dan sosial terhadap tingkat pertumbuhan pohon mangrove (kasus: Pesisir Pulau Untung Jawa Kepualauan Seribu) [penelitian lanjutan]. Tangerang (ID): Universitas Terbuka.
Windardi AC. 2014. Struktur komunitas hutan mangrove, estimasi karbon tersimpan dan perilaku masyarakat sekitar kawasan Segara Anakan Cilacap [tesis]. Purwokerto (ID): Universitas Jenderal Soedirman.
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!