
Hutanku sayang. Hutan merupakan malaikat penjaga yang tidak pernah perlu dibayar atas jasa-jasanya. Keberadaan hutan sudah bertahan sejak lama menemani bumi di berbagai era. Namun kini hutan yang tidak bersalah, juga tak luput dari menanggung konsekuensi karena perbuatan manusia. The Guardian melaporkan bila setiap detik dunia kehilangan area hutan setara dengan ukuran lapangan sepak bola. Sementara Indonesia yang dikenal memiliki hamparan hutan tropis pun turut merana. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat antara tahun 2014-2018 saja, negara ini telah kehilangan 2.658.012 hektar tutupan hutan. Laju deforestasi seperti ini bukanlah kabar baik, karena hal tersebut berkontribusi besar dalam mendukung terjadinya perubahan iklim. World Resources Institute (WRI) Indonesia mengungkapkan bila hutan primer yang menghilang sepanjang tahun 2019 berakibat pada lepasnya 1,84 gigaton emisi karbon dioksida ke atmosfer.
Baca Lainnya : Menghayati Peranan Mangrove Tuk Cegah Perubahan Iklim
Kehilangan area hutan pada akhirnya menurunkan kemampuan planet ini dalam “meminimalisir racun” karbon dioksida dan memicu terjadinya pemanasan secara menyeluruh hingga perubahan iklim tidak dapat terhindarkan. Akan tetapi, tahukah Sobat Alam? Perubahan iklim ini juga merubah peran dan fungsi hutan secara signifikan. Yaa, efeknya juga berbalik lagi dirasakan oleh hutan itu sendiri.
Rintihan Hutanku Melawan Perubahan Iklim

Dilansir dalam National Geographic, sebuah penelitian terbaru menunjukkan apabila perubahan iklim membuat pohon-pohon di hutan menghadapi kematian lebih cepat dan memiliki struktur yang lebih pendek jika dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya. Alhasil, kondisi ini juga dapat mempengaruhi kemampuan pohon dalam menyerap karbon dioksida. Hutan yang kemudian menjadi pemeran utama dalam menjaga keseimbangan siklus karbon, memberi tempat tinggal bagi berjuta flora dan fauna, serta mengatur curah hujan terancam tidak dapat melaksanakan perannya dengan maksimal.
Hal tersebut sejalan dengan penjelasan dalam buku “Menghadapi Masa Depan yang Tak Pasti: Bagaimana Hutan dan Manusia Beradaptasi terhadap Perubahan Iklim”, yang menyatakan bahwa perubahan iklim mempengaruhi sensitivitas hutan secara keseluruhan. Hal ini berkaitan dengan struktur kerapatan dan tinggi pohon, produktivitas pohon, cara merespon gangguan hama dan penyakit, serta perubahan kondisi tanah dan persebaran spesies. Misalnya apabila terkait dengan produktivitas, pohon membutuhkan karbondioksida untuk melakukan fotosintesis. Jumlah yang cukup banyak di atmosfer dapat menjadikan pohon lebih produktif dari biasanya dan merubah peta distribusi spesies pohon kedepannya. Para ilmuwan bahkan memprediksi adanya perubahan ekstrem dimana hutan hujan tropis yang kerap diidentikkan dengan Amazon akan berganti menjadi padang rumput yang luas.
Lebih lanjut, pepohonan di hutan akan sekuat tenaga bertahan ketika didera berbagai gangguan dari perubahan iklim. Namun pada kondisi terburuk, hal ini seringkali berujung pada melemahkan kekuatan pohon itu sendiri. Environmental Protection Agency (EPA) menjabarkan naiknya suhu dapat mempercepat perkembangan beberapa spesies serangga dan memperluas jangkauan mereka hingga memungkinkan munculnya wabah serangga yang cukup besar. Selain itu, temperatur yang menghangat juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan yang seketika dapat merusak vegetasi dan ekosistem di dalamnya.
Pentingnya Mendukung Adaptasi Hutan

Ketika merubah kondisi alam tidak semudah membalikkan telapak tangan, maka langkah tepat yang dapat dilakukan yakni terkait proses adaptasi. Poinnya adalah para ilmuwan dan peneliti telah memberikan gambaran apa, mengapa, dan bagaimana hutan menghadapi perubahan iklim. Maka, manusia baik sebagai individu maupun institusi terkait dapat melakukan hal-hal untuk meminimalisir dampak buruk dari fenomena ini. Langkah strategis untuk menyukseskan penyesuaian ini di antaranya:
- Mengedukasi dan mensosialisasikan tentang perubahan iklim serta keterkaitannya dengan hutan dan manusia pada khalayak hingga dapat memunculkan pemahaman dan kesadaran apabila semua orang bertanggung jawab mengelola kesehatan bumi.
- Memperkuat daya tahan hutan dengan cara melakukan monitoring dan konservasi untuk mempertahankan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada saat ini. Seseorang dapat mengawalinya melalui inisiasi kegiatan penanaman pohon, mengurangi penggunaan kertas, dan masih banyak lagi. Sedangkan pada kelompok yang lebih besar selayaknya organisasi pemerhati lingkungan, perusahan/institusi, dan pemerintah dapat mengawasi jalannya pengelolaan perkebunan hutan, membantu migrasi, memastikan terjaminnya siklus kehidupan di hutan.
- Mengembangkan upaya mitigasi terkait gangguan yang dapat dialami hutan sekaligus upaya pemulihan setelah terjadinya gangguan.
Tidak ada upaya maksimal yang dapat diperjuangkan hanya seorang diri. Kerja sama dan keterlibatkan berbagai pihak berperan penting dalam menjaga kestabilan hutan, iklim, dan bumi. Jadi, pastikan kamu tidak hanya berdiam diri. Salam lestari!
“The death of the forest is the end of your life” —Dorothy Stang
Penulis : Sintya Chalifia Azizah
Referensi Tulisan
https://19january2017snapshot.epa.gov/climate-impacts/climate-impacts-forests_.html#Growth
Locatelli, B. K., Brockhaus, M., Colfer, M., Murdiyarso, C. J. P., & D Santoso, H. (2009). Menghadapi masa depan yang tak pasti: bagaimana hutan dan manusia beradaptasi terhadap perubahan iklim. CIFOR.
https://wri-indonesia.org/id/blog/data-kehilangan-tutupan-hutan-deforestasi-global-forest-watch-2019
LindungiHutan merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Dalam rangka mendukung kegiatan penghijauan teman-teman di Indonesia, yuk dukung Kampanye Alam daerahmu dengan berkunjung pada situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!