Junai Emas, Merpati Pelangi dari India

Fauna merupakan spesies yang hidup berdampingan dengan manusia dan tumbuhan untuk menyeimbangkan ekosistem. Salah satu jenis fauna yang sering ditemukan di Indonesia adalah avifauna atau fauna jenis burung. Indonesia memiliki sebanyak 1.794 spesies jenis burung, baik endemik maupun non endemik yang tersebar di seluruh pulau. Jumlah spesies burung tersebut mengindikasikan betapa banyaknya biodiversitas yang ada di Indonesia. Terlebih lagi, burung merupakan hewan berbulu yang khas dan memiliki daya tarik tinggi untuk dijadikan peliharaan oleh masyarakat. Salah satunya adalah burung merpati unik yang berwarna emas. Yuk, simak artikel berikut untuk mengenal junai emas lebih lanjut!

Ads
Gambar 1. Burung Junai Emas
Gambar 1. Burung Junai Emas

Taksonomi

Dalam bahasa Inggris, burung ini dikenal sebagai Nicobar Dove atau Nicobar Pigeon. Di Indonesia, burung ini dikenal juga sebagai burung mas, minata, dan burung rawis. Junai emas berasal dari genus burung merpati Caloenas, berikut adalah klasifikasi ilmiah burung ini:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Ordo : Columbiformes

Famili : Columbidae

Genus : Caloenas

Spesies : Caloenas nicobarica

Morfologi

Gambar 2. Morfologi Junai Emas
Gambar 2. Morfologi Junai Emas

Junai emas termasuk jenis burung yang berukuran besar. Tubuhnya berukuran sekitar 40 cm. Tubuhnya dilapisi bulu yang sangat indah, yaitu hitam keabuan dengan hijau keemasan yang mengkilap. Namanya diambil dari kecantikan bulunya yang keemasan. Warna hijau hingga merah keemasan itu juga menyelimuti bagian leher dan sayapnya. Tekstur bulunya memanjang di daerah sayap dan leher. Bulu yang tebal ini mampu menjaga suhu tubuhnya secara konstan pada 41,7° Celcius agar tetap hangat.

Gambar 3. Kepala Junai Emas
Gambar 3. Kepala Junai Emas

Bagian kepala burung ini berwarna hitam sedikit keabuan. Iris junai emas berwarna coklat. Kemudian, bagian paruhnya juga berwarna hitam dengan sedikit benjolan di pangkalnya. Junai emas memiliki ekor yang berwarna putih. Kakinya berwarna abu-abu dan cakarnya berwarna kuning. Terkadang warna kakinya juga berwarna merah keunguan gelap. Burung yang masih muda akan memiliki warna kaki kecoklatan serta bulu yang pendek. Burung muda juga memiliki bulu yang sedikit kusam dan ekor yang berwarna hitam.

Habitat dan Sebaran

Burung berbulu keemasan ini berhabitat di hutan pantai, hutan bakau, hutan dataran rendah, dan hutan hujan tropis. Hutan tersebut hampir tersebar di seluruh Asia Tenggara, sehingga burung ini sering ditemukan di wilayah Asia Tenggara. Habitat junai emas berada di sekitar 500 meter di atas permukaan laut.

Gambar 4. Pulau Nicobar dan Andaman, Habitat Asli
Gambar 4. Pulau Nicobar dan Andaman, Habitat Asli Junai Emas

Burung ini ditemukan di pulau-pulau kecil di sekitar Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, Sulawesi, Irian, Filipina, Thailand, Palau, Kepulauan Solomon hingga pulau Nicobar dan Andaman. Pulau Andaman dan Nicobar merupakan bagian dari India. Uniknya, burung ini akan hidup dengan baik dan berkembang biak di tempat yang tidak dihuni oleh manusia. 

Perilaku dan Pola Hidup

Gambar 5. Junai Emas Sedang Makan
Gambar 5. Junai Emas Sedang Makan

Burung ini menghabiskan banyak waktunya di atas permukaan tanah sehingga junai emas tergolong spesies terestrial. Biasanya mereka akan berkeliaran untuk mencari makan. Sebagai omnivora, mereka memakan hewan kecil, buah-buahan dan aneka biji-bijian. Junai emas juga berkomunikasi dengan berkicau. Suara kicauannya parau dalam, sehingga manusia jarang sekali mendengar kicauannya.

Gambar 6. Junai Emas Mengerami Telur
Gambar 6. Mengerami Telur

Junai emas senang membuat sarang di atas pohon maupun semak semak dengan ketinggian 2 hingga 12 meter di atas permukaan tanah. Biasanya sarangnya terbuat dari ranting-ranting yang ditata secara acak atau tak beraturan. Sarangnya digunakan untuk mengerami telur yang dihasilkan selama musim berkembangbiak. Kedua induknya akan mengerami telur tersebut hingga menetas secara bergantian. Setiap sekali musim perkawinan, induk burung hanya menghasilkan satu butir telur saja yang berwarna putih kebiruan berbentuk bulat lonjong.

burung
Gambar 7. Terbang

Junai emas mampu terbang dengan sangat cepat. Meskipun dapat melesat cepat dalam terbangnya, kepakan sayapnya sangat teratur dan tajam. Junai emas memang merupakan salah satu spesies merpati, tetapi berbeda dari merpati umumnya, burung ini akan terbang dengan kelompok yang sama dan tidak terbang bersama kawanan lepas burung lainnya. Ekor putih yang dimiliki oleh junai emas dewasa merupakan alat yang membantu mereka terbang sebagai “lampu belakang”.

Status Konservasi

Junai emas memiliki daging yang enak untuk dikonsumsi. Akibatnya, burung ini sering diburu secara liar dan diperdagangkan. Selain itu, habitatnya seringkali dialihfungsikan menjadi daerah pertanian, pemukiman dan perkebunan. Terakhir, karena bulunya yang indah, hewan ini seringkali dijadikan peliharaan. Tiga faktor tersebut menjadikan populasi burung ini menurun. Burung merpati raksasa dengan bulu yang indah ini hanya bertahan di habitatnya yang tidak dihuni oleh manusia. Meskipun begitu, populasi jelasnya masih belum diketahui secara pasti. Kelangkaan dan penurunan populasi disimpulkan berdasarkan anggapan umum dan status konservasinya.

Junai emas berada dalam Red List IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) kategori spesies near threatened yaitu spesies yang hampir terancam punah. Dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) junai emas termasuk dalam kategori Appendix I yang mengindikasikan bahwa burung ini dilindungi secara internasional, dilarang memperjualbelikan burung ini maupun memburunya. Sedangkan, di Indonesia, populasi junai emas dilindungi oleh PP Nomor 7 Tahun 1999.

 

Penulis: Fitri Nurul Falah

Dikurasi oleh: Citra Isswandari Putri

 

Referensi Literatur

Auhara, L. (2013). Dampak illegal logging terhadap perlindungan hukum satwa yang dilindungi. Lex Administratum, 1(1).

BirdLife International. (2012). Caloenas nicobarica. The IUCN RED LIST of Threatened Species. Diakses pada Maret 2021 dari https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.20121.RLTS.T22690974A38288253.en 

Campbell, N A.(2005). Biologi. Edisi 5 Jilid 2.Erlangga, Jakarta

DI, T. E. T. K., KARIMUNJAWA, T. N., & HIDAYAT, T. (2017). Laporan Kerja Praktek.

Hadiprayitno, G., & Setiadi, D. (2020). Pelatihan Ekowisata Berbasis Potensi Flora Fauna pada Masyarakat di TWA Gunung Tunak. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains Indonesia, 2(1).

RAHAYUNINGSIH, M., MARDIASTUTI, A., PRASETYO, L. B., & MULYANI, Y. A. (2007). Bird community in Burung island, Karimunjawa National Park, Central Java. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 8(3).

Surapanpitak, Y., & Vanigasumbun, S. (1995). Breeding of nicobar pigeons (Caloenas nicobarica) in Captivity. Warasan Satpa Muang Thai.

 

Referensi Gambar

https://ebird.org/species/nicpig1

http://www.oiseaux-birds.com/dossiers-ornithos-photos/columbiformes-columbides/columb-nicobar-camail-pi.jpg

https://mypositiveoutlooks.com/nicobar-pigeon/

https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1522156182/port-blair1-640x360_porcnc.jpg

https://www.pinterest.com/pin/94153448429858041/

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan.

Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk melakukan kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di berbagai daerah. Mari kita sama-sama melestarikan lingkungan dan menjaganya. 

Yuk bergabung bersama kami sebagai pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.