
Burung kakatua sumba merupakan fauna endemik Pulau Sumba. Burung kakatua yang terkenal memiliki jambul berwarna jingga ini ternyata merupakan salah satu hewan yang terancam punah, loh! hal ini dikarenakan jambul khasnya memiliki pesona tersendiri hingga mereka pada masa dahulu kerap dijadikan komoditas perdagangan.
Mengenal Kakatua Sumba
Taksonomi Kakatua Sumba
- Kingdom : Animalia
- Divisi : Vertebrata
- Kelas : Aves
- Ordo : Psittaciformes
- Famili : Psittacidae
- Genus : Cacatua
- Spesies : Cacatua sulphurea citri
- Subspecies : Cacatua sulphurea citrinocristata Fraser
- Nama lokal : Kakatua Sumba, Kakatua jambul jingga
Morfologi
Hewan yang satu ini memiliki bulu berwarna putih bersih dengan pipi berwarna kuning kejingga-jinggan. Jambul depan berbentuk melengkung dan ketika jambul tersebut diluruskan akan berwarna jingga. Terdapat bulu-bulu berwarna kuning yang berada di bawah sayap. Matanya dikelilingi kulit yang berwarna kebiru-biruan yang menyerupai lingkaran. Terdapat perbedaan warna iris mata burung kakatua betina dan jantan. Pada betina, warna iris keabu-abuan pada usia 5 sampai 6 bulan dan akan berubah menjadi kecoklatan pada usia 7 bulan. berat rata-rata kakatua sumba sekitar 350 gram, panjang tubuhnya 330 mm, panjang rentang sayapnya 211-245 mm, panjang ekornya 98-115 mm, dan panjang tungkainya 21-25 mm.
Populasi dan Penyebaran Kakatua Sumba
Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) merupakan anak jenis kakatua-kecil jambul-kuning yang berasal dari Pulau Sumba. Pada masa lampau, hewan ini sangat sering dijumpai, ada yang pernah mengatakan bahwa pohon-pohon menjadi berwarna putih karena dihinggapi Kakaktua. sebuah penelitian pada tahun 1986 mengatakan bahwa jumlah hewan ini mencapai 12.000 ekor.
Pada tahun 1989, populasi burung endemik Sumba ini menurun 80 %. Pada tahun 1995, Kakatua Sumba dinyatakan sebagai salah satu hewan yang terancam punah dengan hanya ada 1.000 sampai 2.000 ekor saja yang hidup. Area tempat tinggal kakaktua sangat memengaruhi populasinya. Seperti yang diketahui, semakin sulit terjangkau oleh manusia maka semakin tinggi kemungkinan populasi Kakatua akan terus bertambah atau bertahan. Banyaknya masyarakat yang memburu dan menangkap burung kakaktua untuk kepentingan pribadi atau bisnis perdagangan hewan.
Perilaku Spesies Kakatua Sumba
Saat sepasang burung kakaktua hinggap di puncak teratas pohon, biasanya mereka menjilati bulu masing-masing, meluruskan sayap-sayap mereka, atau hanya sekedar duduk diam tanpa melakukan apapun. Biasanya mereka menjadikan pohon sebagai tempat bertengger. Ada juga yang meninggalkan pohon tetapi akan kembali dalam waktu yang singkat. Terdapat lubang-lubang di pohon yang digunakan sebagai tempat bersarang yang aman bagi kakatua sumba.
Fauna yang Terancam Punah

IUCN (International Union for Conservation of Nature) menetapkan burung kakatua sumba sebagai hewan yang terancam punah dengan status yang sangat kritis. Konvensi dunia CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mencatat kakatua sumba dalam daftar Apendiks I, yang berarti dilarang memperjual belikan hasil tangkapan di alam liar.
Perburuan dan penangkapan merupakan ancaman yang cukup besar bagi fauna yang satu ini.masyarakat setempat menganggap perburuan hewan ini dilakukan hanya untuk kesenangan semata. Namun, ada juga yang memiliki niat untuk melakukan perdagangan bisnis hewan cantik ini agar mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Salah satu alasan kuat perburuan ini masih tetap ada adalah karena keunikan dan kecantikan jambul kuningnya.Namun, beberapa masyarakat, khususnya petani setempat menganggap bahwa kakatua ini merupakan hama, karena memakan hasil panen mereka seperti jagung.
Penelitian yang dilakukan oleh Anna Reuleaux dari universitas Manchester Metropolitan mengungkapkan data mengenai kakatua ini. Hanya ada 200 ekor di Sulawesi, 18 ekor di Masalembo, 107 ekor di Sumbawa, 40 ekor di Flores, 70 ekor di Rinca, 218 ekor di Pulau Komodo, 258 ekor di Alor, dan 288 ekor di Pantar. Sejauh ini, ada sebanyak 2.000 ekor yang masih hidup di Pulau Sumba dan 200 sampai 300 ekor di daerah Timor.
Pembukaan lahan untuk pertanian yang akhirnya memangkas pohon-pohon tempat mereka hidup dan berkembang biak juga menjadi salah satu faktor penurunan drastis populasi kakatua sumba. Terdapat kelompok konservasi bernama Burung Indonesia yang memiliki kegiatan utama di Sumba untuk melindungi habitat kakatua di Sumba.
ketua konservasi mengatakan bahwa habitat bagi para kakaktua ini tersisa sangat terbatas. Walaupun penyelundupan illegal kakak tua berkurang selama 10 tahun belakang ini, tetapi area hutan yang semakin sempit juga mengurangi jangkauan aktivitas kakaktua untuk berkembang biak dalam mencari pasangan.
Untuk perlindungan hutan sendiri, Burung Indonesia sudah bekerja sama dengan komunitas lokal. Tidak hanya itu, Burung Indonesia juga bekerja sama dengan desa dan pemangku kepentingan di sekitar Taman Nasional Manupeu Tanadaru, kesepakatan telah difasilitasi dengan menggabungkan kebutuhan konservasi dan pembangunan serta berupaya untuk mempromosikan peran masyarakat lokal dalam melindungi sumber daya.
Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk kita mengganti persepsi mengenai burung yang berada di dalam sangkar. Apakah mereka terlihat menggemaskan dan lucu? Apakah begitu bahagia melihat burung terpisah dengan keluarga dan teman-temanya? Bukankah lebih indah jika kita bisa melihat burung kakaktua ini terbang dengan bebas di alam dan hinggap di atas pohon bersama dengan keluarga mereka? Yuk, mulai dari dirimu sendiri!
Penulis: Vebriani A’rofatus Sholihah
Referensi Literatur
Joyce, Tess. (June 25, 2015). Our Obsession with Birds-The Sad Words of the Yellow-crested Cockatoo. Retrieved March 12, 2021, from https://indonesiaexpat.id/outreach/conservation-other/our-obsession-with-birds-the-sad-words-of-the-yellow-crested-cockatoo/
Makur, Markus. (April 30, 2017). Indonesia’s Yellow-crested Cockatoo Populations Threatened. Retrieved March 12, 2021, from https://www.thejakartapost.com/news/2017/04/29/indonesias-yellow-crested-cockatoo-population-threatened.html
Pengenalan Jenis Satwa Endemik Pulau Sumba: Kakaktua Sumba. Wisata Cendana edisi VI No. 1 April 2012. Retrieved March 12, 2021, from http://bpplhkkupang.or.id/index.php/publikasi/download/MzU=
Referensi Gambar
https://images.app.goo.gl/VQTPytPepw9cQog17
https://images.app.goo.gl/s5prGojtqVbfKuoK7
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!