
Gunung Ungaran merupakan salah satu gunung yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Gunung Ungaran mencakup beberapa kota dan kabupaten, yaitu Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. Gunung Ungaran adalah pegunungan yang dikelilingi hutan, penuh dengan pepohonan besar, perkebunan teh dan kopi. Gunung Ungaran memiliki iklim tropis, daerah perbukitan, dan lembah dengan luas kurang lebih 5.500 hektar. Gunung Ungaran memiliki hutan yang baik dan merupakan habitat yang cocok untuk berbagai jenis satwa, namun kini fungsi lahan menjadi perkebunan teh dan kopi di berbagai kawasan (Rezky et al., 2012).
Penyebab penurunan jumlah amfibi adalah hilangnya hutan dan lahan basah. Oleh karena itu, alih fungsi lahan di Gunung Ungaran akan mempengaruhi kelangsungan hidup satwa yang ada, khususnya katak yang memiliki indikator biologis dan keseimbangan ekosistem. Amfibi sangat bergantung pada habitat tertentu untuk kawin, istirahat, mencari makan, dan terkait dengan jenis morfologi spesifik mereka, yaitu cangkang dan telurnya sangat permeabel (Dullman dan Trueb, 1986; Welsh dan Olliver, 1998; Tyler (Tyler, 1999).
Badan konservasi IUCN memiliki data tentang amfibi dan masih perlu melakukan penelitian tentang spesies katak. Ciri-ciri habitat merupakan salah satu kajian yang masih memerlukan informasi mengenai jenis katak hijau (Rhacophorus reinwardtii) yang status perlindungannya terancam punah (hampir terancam; NT). Terlihat bahwa melalui rekayasa rekayasa habitat spesies katak hijau (Rhacophorus reinwardtii), habitat katak yang paling realistis dapat dilestarikan dalam bentuk perlindungan, sehingga dapat melindungi kelangsungan hidupnya dan terhindar dari kepunahan akibat kerusakan habitat. Minimnya penelitian tentang ciri-ciri katak pohon hijau dewasa (Rhacophorus reinwardtii) di Dusun Promasan dan kawasan perbukitan Ungaran juga menjadi alasan dilakukannya penelitian ini, yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, kajian tentang karakteristik habitat katak pohon hijau dewasa (Rhacophorus reinwardtii) Dusun Promasan di kawasan lereng bukit Gunung Ungaran terletak di dekat pemukiman penduduk Oma Alas. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik habitat katak pohon hijau, dan karena masih perlu adanya informasi tindakan penelitian.
Katak pohon hijau (Rhacophorus reinwardtii) berukuran kecil, dengan warna hijau dan kuning di kedua sisi, kaki, dan lengan. Warna katak ini menarik sehingga banyak di ekspor dari Indonesia ke mancanegara sebagai hewan peliharaan. Katak pohon hijau hidup di hutan purba atau hutan sekunder pada ketinggian 250-1200 mdpl. Berdasarkan informasi ketinggian tersebut, habitat katak pohon hijau terletak di daerah pegunungan. Salah satu gunung dengan karakteristik tersebut adalah Gunung Ungaran.
Morfologi Rhacophorus reinwardtii
Ukuran katak bervariasi dan berwarna hijau dengan berwarna kuning di kedua sisi, tangan, dan kaki. Jari tangan dan kaki terikat sepenuhnya ke cakram intervertebralis dan berwarna hitam dan biru. Ada lipatan kulit di tumit dan anus, dan lipatan serupa di lengan. Kulit bagian atas, perut, dan samping tubuh licin, sedangkan ruam di kaki bagian bawah berukuran kecil dan kasar. Katak jantan berukuran sekitar 45-52 mm, dan betina sekitar 55-75 mm.
Ukuran katak pohon bervariasi, dan jari-jarinya yang berselaput berukuran sekitar dua pertiga Kecuali jari manis, semua jari kaki berselaput ke tepi. Terdapat tonjolan pada tumit dan lapisan kulit (flap) di sepanjang tepi lengan. Katak pohon biasanya sangat bergantung pada jenis kelamin. Katak jantan biasanya berukuran lebih kecil dari katak betina.

Perilaku Rhacophorus reinwardtii
Katak pohon Rhacophorus reinwardtii memiliki beberapa perilaku di antaranya: 1) Menyukai daun yang lebat. 2) Menyukai pohon yang rimbun dan rumput, ada juga yang menyukai daun yang sudah kering. 3) Saat matahari terbenam, katak akan bersuara. Jika hujan deras, telur akan berkembangbiak dan jatuh ke air atau terbawa air hujan, sehingga habitatnya akan tersebar di sekitar parit. Kebanyakan amfibi akan memakan banyak hewan yang bisa dimakan. Beberapa spesies katak pohon ada yang kanibal, terutama saat anakan melimpah. Cara mencari makanan untuk setiap katak berbeda dari spesies ke spesies. Katak gemuk dengan mulut terbuka menunggu dan menunggu untuk menemukan mangsa, biasanya menggunakan mangsa besar dalam jumlah kecil. Berbeda dengan katak bermulut ramping dan runcing, mereka biasanya aktif berburu. Katak ini berburu mangsa kecil dalam jumlah besar (Duellman & Trueb, 1994).
Katak pohon akan ada pada musim penghujan. ukuran katak jantan lebih tinggi daripada katak betina. Pada saat melakukan perkawinan posisi katak jantan mirip dengan kuda dan bagian depan tubuhnya melingkari tubuh katak betina. Lokasi pemilihan amfibi untuk bertelur sangat bervariasi (Goin et al., 1978). Beberapa telur katak berada di dekat air, sehingga ketika telur menetas, katak dapat dengan mudah mencapai air (Robert & Davies, 1997).Gambar

Peranan Katak Terhadap Lingkungan.
Parameter lingkungan untuk tempat tinggal katak adalah: kisaran suhu udara 20,2-26° C, kelembaban 69-95%, suhu tanah 19-21° C, kelembaban tanah 40-70%, serta pH tanah 6,4-7. Katak hijau berada di hutan purba atau hutan sekunder. Ketinggian habitatnya terletak pada 250-1200 mdpl (Iskandar, 1998). Katak tidak hanya dapat menyeimbangkan ekosistem, tetapi juga bermanfaat bagi alam semesta. Katak di alam juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah. Katak adalah indikator biologis dari kerusakan lingkungan. Tidak adanya katak di suatu ekosistem (air dan tanah) merupakan indikator sederhana dari kerusakan lingkungan yang mungkin disebabkan oleh pemanasan global dan kerusakan ekosistem.
Penulis : Parjiyo Yoyok
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas., 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. BAPPENAS. Jakarta. 141 p.
Duellman WE, Trueb L. 1986. Biology of Amphibians. McGraw-Hill Publishing Company & John Hopkins University Press, Baltimore.
Duellman W, Trueb L. 1994. Biology of Amphibians. London: The John Hopkins University Press Ltd.
Iskandar, Djoko Tjahjono. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Kurniati H. 2003. Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun National Park West Java, Indonesia. Cibinong: Research Center for Biology LIPI.
Kusrini MD, Endarwin W, Yazid M, Ul-Hasanah A, Sholihat N, Darmawan B. 2007. The Amphibians of Mount Gede Pangrango National Park. Dalam :Kusrini MD, editor. Frog of Gede Pangrango: a Follow-up Project for Conservation of Frogs in West Java Indonesia. Bogor.
Kusrini MD, Fitri A, Utama H, Nasir DM, Ardiansyah D, Lestari V, Rachmadi R. 2005. Ecology and Conservation of Frogs of Mount Gede Pangrango National Park. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.
Manan, S. 1976. Silvikultur. Diktat Kuliah. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mittermeier, R.,Gil, P.R.,& Mittermeier, C.G. (ed.). 1998. Megadiversity: Earth’s
Biologically Wealthiest Nations. Canada: Cemex Corp.
Robert, Davies Valerie. 1997. The Questions and Answer Manual of Reptiles and Amphibians. England: Andromeda Oxford Limited.
Spellerberg IF. 1971. The amphibian and reptile trade with particular reference to collecting in europe. Biological Conservation 10: 221-232.
Stebbins RC, Cohen NW. 1995. A Natural History of Amphibians. New Jersey: Princeton University Press.
Yazid M. 2006. Perilaku Berbiak Katak Pohon Hijau (Rhacophorus reinwardtii Kuhl & van Hasselt 1822) di Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk melakukan kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di berbagai daerah. Mari kita sama-sama melestarikan lingkungan dan menjaganya.
Yuk bergabung bersama kami sebagai pioneer penghijauan!