Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Gambar 1: Hasil Hutan Indonesia
Gambar 1: Hasil Hutan Indonesia

Luas hutan di Indonesia menduduki peringkat sepuluh besar dari seluruh dunia. Luasan tersebut terbagi menjadi berbagai macam hutan, mulai dari hutan konservasi, hutan lindung, sampai hutan produksi. Hutan-hutan tersebut dihuni oleh ribuan flora dan fauna yang melimpah. Keberadaan hutan tidak hanya bermanfaat untuk jasa lingkungan maupun jasa ekologi. Lebih dari itu, keberadaan hutan juga dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia. Flora dan fauna yang melimpah sering dimanfaatkan untuk memberikan kesejahteraan bagi umat manusia. Keberlimpahan ini juga menjadi alasan mengapa banyak hasil hutan Indonesia bisa sampai ke pasar dunia. Meskipun begitu, masih banyak tantangan  yang harus dihadapi Indonesia untuk mempertahankan hasil hutan di pasar dunia. Hasil hutan kayu maupun bukan kayu dari Indonesia tidak menjadi satu-satunya di dunia. Banyak negara lain yang juga menghasilkan kayu jati, resin, maupun getah damar seperti Indonesia. 

Ads

Artinya persaingan pasar hasil hutan Indonesia cukup ketat di kancah dunia. Diakui, kualitas hasil hutan Indonesia memang tidak kalah dengan negara-negara luar. Kondisi tanah dan iklim yang sangat mendukung membuat tidak hanya fauna dan flora yang dapat bertahan di Indonesia, tetapi juga dapat menghasilkan hasil hutan kayu dengan kualitas lebih baik daripada kayu-kayu lain yang ada di negara luar. Namun, tidak dimungkiri jika semua kelebihan itu belum cukup.

Dibutuhkan Penguasaan Teknologi dan Silvikultur

Gambar 2: Kebutuhan Penguasaan Teknologi dan Silvikultur untuk Hutan
Gambar 2: Kebutuhan Penguasaan Teknologi dan Silvikultur untuk Hutan

Untuk dapat bertahan di pasar dunia, Indonesia tidak cukup hanya dengan memiliki kualitas hasil hutan yang baik. Ketertinggalan Indonesia dalam bidang teknologi dan penguasaan silvikultur membuat persaingan pasar hasil hutan Indonesia semakin berat. Sebagai contoh, cendana yang dulunya menjadi andalan HHBK Indonesia, saat ini sudah dikembangkan di Cina. Padahal, jika penguasaan teknologi dan silvikultur di Indonesia sudah cukup baik, Indonesia bisa jauh lebih unggul dari negara-negara lain.

Selain kurangnya penguasaan teknologi dan silvikultur, permasalahan sosial dan ekonomi masih menjadi sebuah keterbatasan. Pada hasil hutan kayu, untuk dapat masuk ke pasar internasional, dibutuhkan kayu yang bersertifikat. Hal ini dimaksudkan untuk pembatasan pemakaian hasil hutan kayu dan penggunaan kayu yang bertanggung jawab.

Tujuan baik ini justru sering menjadi bumerang bagi para pegiat kayu. Untuk mendapatkan sertifikasi kayu, diperlukan biaya yang tidak murah dan usaha yang tidak mudah. Hal ini mengakibatkan efek domino terhadap penjualan hasil hutan kayu.

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Kayu bersertifikat membuat banyak penyelundupan kayu ilegal terjadi di pasaran. Hal ini diakibatkan oleh mahalnya penjualan kayu yang bersertifikat dan tuntutan pasar akan kayu yang tinggi tetapi menginginkan harga murah. Pada akhirnya, kayu bersertifikat ini juga harus bersaing dengan kayu ilegal.

Kayu ilegal ini apabila tidak dilanjuti dengan tegas maka bukan hanya merusak harga pasar, tetapi juga keberlangsungan hutan. Maraknya peredaran kayu ilegal akan membuat tuntutan pasar akan kayu menjadi sulit dikendalikan, hal ini akan berbuntut pada rusaknya hutan karena terlalu sering dimanfaatkan. Pada akhirnya banyak terjadi kesalahpahaman di masyarakat mengenai fungsi hutan itu sendiri.

Pemanfaatan Hasil Hutan Secara Keberlanjutan

Gambar 3: Tindakan Keberlanjutan Hasil Hutan
Gambar 3: Tindakan Keberlanjutan Hasil Hutan

Hutan memang boleh dimanfaatkan dan itu bukanlah anomali. Namun diperlukan adanya sustainabilitas dan kontinuitas dalam pemanfaatannya. Sebuah pepatah mengatakan bahwa alam selalu cukup untuk memberikan jasa kepada manusia, tetapi tidak untuk satu manusia yang serakah. Pepatah tersebut serupa dengan hasil hutan bukannya tidak boleh dimanfaatkan, tetapi perlu adanya keberlanjutan dalam pemanfaatan hasil hutan. Keberlanjutan ini diperlukan agar hutan tetap lestari sampai bertahun-tahun kemudian.

Banyak hal yang bisa dilakukan agar hutan tetap lestari selain dengan menertibkan sertifikasi kayu. Yaitu dengan penanaman pohon kembali pada lahan-lahan bekas tebangan. Hal ini lagi-lagi tentunya diperlukan keahlian silvikultur, karena dalam penanaman pohon diperlukan adanya ilmu dan seni.

Menanam pohon, apalagi dengan tujuan untuk dimanfaatkan, tidak semudah menyemai benih dan menunggu pohon tersebut sampai dewasa lalu bisa dimanfaatkan. Perlu adanya manipulasi lingkungan dan keterampilan agar pohon tumbuh sesuai dengan keinginan atau tujuan penanamannya. Pada pohon yang dimanfaatkan kayunya, biasanya harus diberikan perlakuan agar pohon menjadi lebih cepat tumbuh.

Proses pertumbuhan pohon dibagi menjadi dua yaitu pohon fast growing (cepat tumbuh) dan pohon slow growing (lambat tumbuh). Kedua jenis pohon ini sama-sama bisa dijadikan sebagai hasil hutan kayu, tetapi dengan kualitas berbeda. Pohon dengan pertumbuhan lambat seperti jati dan sungkai memiliki kualitas lebih baik daripada pohon cepat tumbuh seperti sengon,

Apabila sengon dapat tumbuh dalam waktu 7-8 tahun, maka jati memerlukan waktu 40 tahun untuk siap panen. Maka dari itu, banyak pengusaha kayu yang saat ini beralih ke pohon-pohon cepat tumbuh. Meskipun begitu, peminat jati tidak pernah berkurang, sehingga perlu diberlakukan teknik silvikultur yang dapat mempercepat pertumbuhan jati.

Selain itu pemerintah juga menurunkan persyaratan mengenai usia dan diameter pohon yang bisa ditebang. Apabila dahulu persyaratan pohon daratan yang boleh ditebang diameternya sekitar 40 cm, maka sekarang diturunkan menjadi 30 cm. Ditambah dengan teknik silvikultur yang ada, pohon dapat lebih cepat ditebang untuk dimanfaatkan.

Perlakuan silvikultur ini sebetulnya berdampak pada kualitas kayu yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh semakin cepat pohon tumbuh, semakin rendah kualitas dari pohon tersebut. Tidak heran mengapa sering ditemukan kualitas kayu bahkan termasuk jati menurun kualitasnya dari waktu ke waktu. 

Maka dari itu diperlukan perlakuan pengawetan kayu agar kayu dapat bertahan lama. Kayu yang dapat bertahan lama akan membuat orang-orang terlalu sering membeli kayu dan tidak meningkatkan tuntutan pasar akan kayu. Apabila satu produk kayu bisa dimanfaatkan sampai 30 atau 40 tahun, maka sama artinya dengan usia penanaman pohon.

Strategi lain dalam memanfaatkan hasil hutan kayu agar prinsip keberlanjutan tetap ada adalah dengan menggunakan kayu dengan kualitas rendah. Strategi ini dilakukan agar kayu-kayu dengan kualitas kuat dan awet yang tinggi tidak terlalu dieksploitasi keberadaannya. Pemanfaatan kayu dengan kualitas yang rendah bukan berarti ingin menurunkan kualitas produk yang berbahan baku kayu, tetapi dengan memanfaatkan teknologi, kayu dengan kualitas rendah ini nantinya akan diberikan perlakuan yang bisa meningkatkan kualitas kayu.

Dalam memenuhi kebutuhan di dunia yang populasinya terus meningkat ini manusia memang dipaksa untuk berpikir dan bergerak cepat. Meskipun semakin maju peradaban, semakin banyak pula kebutuhan, tetap seimbangkan kebutuhan alam dan manusia. Jangan sampai ketika memenuhi kebutuhan, pengorbanan yang dibayarkan justru lebih mahal daripada kebutuhan yang didapatkan. 

Penguasaan teknologi dan silvikultur sangat diperlukan dalam melanjutkan kelestarian hutan. Selain tindakan penanganan, kita sebagai manusia juga harus melakukan tindakan pencegahan dengan tidak terus menerus dieksploitasi. Benar, hutan ada dan bisa dimanfaatkan, tetapi jangan lupa kalau keberadaan hutan seharusnya terus ada.

 

Penulis: Fifi Melinda Setiawati

 

Referensi Literatur

Antarajatim. 2011. Dishutbun: pohon jati seharusnya dipanen umur 40 tahun [internet]. Indonesia (ID): Jatim.antaranews; [diunduh pada 12 Februari 2021]. Tersedia pada: https://jatim.antaranews.com/berita/73384/dishutbun-pohon-jati-seharusnya-dipanen-umur-40-tahun

IlmuGeografi. 10 hutan terluas di dunia [internet]. Indonesia (ID): IlmuGeografi.com; [diunduh pada 12 Februari 2021]. Tersedia pada: https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-terluas-di-dunia#:~:text=Dengan%20luas%20hutan%20mencapai%20884.950,berada%20di%20peringkat%20ke%2D5.

Otakjualan. 2019.  Budidaya pohon sengon, bisnis dan investasi kayu yang kini banyak diminati [internet]. Indonesia (ID):  Otakjualan.com; [diunduh pada 12 Februari 2021]. Tersedia pada: https://otakjualan.com/budidaya-sengon/.

 

Referensi Gambar

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fharianmomentum.com%2Fread%2F7518%2Fmenilik-hasil-hutan-di-pesisir-barat&psig=AOvVaw0VLpaf34eeMNpNrArO7iQB&ust=1613225456889000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwiJoNajw-TuAhVCWisKHSpyDuUQr4kDegUIARD5AQ

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Faceh.tribunnews.com%2F2018%2F02%2F17%2Fmanfaatkan-hasil-hutan-tanpa-merusknya&psig=AOvVaw0VLpaf34eeMNpNrArO7iQB&ust=1613225456889000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwiJoNajw-TuAhVCWisKHSpyDuUQr4kDegQIARBa

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fforestsnews.cifor.org%2F25607%2Fstatus-keberlanjutan-tiga-komoditi-hasil-hutan-masih-perlu-perjuangan%3Ffnl%3D&psig=AOvVaw0VLpaf34eeMNpNrArO7iQB&ust=1613225456889000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwiJoNajw-TuAhVCWisKHSpyDuUQr4kDegQIARBr

 

LindungiHutan.com adalah Platform Crwodfounding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealamuntuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dan bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak.

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

 

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.