
Pohon bakau adalah salah satu tumbuhan yang dapat hidup di air asin, tumbuhan ini biasanya sering dijumpai di sepanjang garis pantai, selain itu pohon ini juga berfungsi menjadi salah satu tumbuhan yang menjaga ekosistem di perairan dangkal. Dengan ciri akar yang tidak beraturan (pneumatofora), akar – akar pohon ini seringkali mencuat ke permukaan, yang berfungsi agar memudahkan pernafasan tumbuhan tersebut.
Hutan bakau tersebar hampir di seluruh dunia, negara dengan iklim tropis menjadi habitat alami tanaman tersebut, meskipun di sebagian negara subtropis tanaman ini masih tetap dijumpai. Dengan total sebaran seluas 16 juta hektar, Indonesia menjadi salah satu negara pemilik populasi hutan bakau terbesar di dunia dengan luas 4,5 juta hektar, atau seperempat luas hutan bakau di seluruh dunia, yang selanjutnya diikuti Brazil dengan luas hutan tersebut sekitar 1,3 juta hektar, Nigeria 1,1 juta hektar, serta australia 0,97 juta hektar.

Mangrove dan Bakau Itu Berbeda
Sebagian orang menganggap bahwa mangrove adalah padanan kata dari bakau, padahal jelas dua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Bakau adalah salah satu jenis mangrove tropis dari genus Rhizophora, sedangkan mangrove adalah varietas komunitas pantai yang berupa pepohonan atau semak – semak yang tumbuh di kawasan yang sering berdampak akibat pasang surut air laut. Artinya bakau adalah salah satu jenis yang terdapat pada satu kawasan yang disebut hutan mangrove, dan kawasan mangrove tidak hanya dihuni oleh satu jenis saja.


Jenis – jenis Pohon Mangrove
Pohon mangrove biasanya ditemui berkelompok dan menjadi hutan mangrove, dalam kawasan mangrove bakau sendiri sangat jarang sekali ditemukan tumbuhan lain selain tumbuhan mangrove, pasang surut air laut, struktur tanah hingga ombak sangat mempengaruhi adaptasi setiap pohon mangrove, sehingga dalam satu kelompok hutan mangrove memiliki berbagai macam jenis pohon mangrove yang berbeda. Diperkirakan terdapat 89 spesies mangrove di seluruh dunia, yang terdiri dari sekitar 32 genera dan 22 famili, berikut jenis – jenis pohon bakau :
- Avicenna
Jenis mangrove yang satu ini disebut sebagai tumbuhan pionir pada habitat rawa hutan mangrove. Nama jenis ini diambil dari nama seorang ilmuwan yang berkontribusi besar dalam dunia kedokteran yaitu Ibnu Sina, atau lebih sering disebut Avicenna. Menariknya jenis ini memiliki biji yang seringkali digunakan sebagai alternatif bahan pangan.
- Rhizophoraceae
Jenis ini adalah jenis yang banyak ditemui, oleh karenanya banyak orang menyebut hutan mangrove sebagai hutan bakau yang mana memang jenis tersebut dinilai paling banyak ditemui, jenis mangrove ini tumbuh di areal pesisir pantai dengan ciri ketinggian 27 cm – 30 cm, dan berdiameter kurang lebih 70 cm. Rhizophoraceae memiliki akar tunjang, jenis ini seringkali berada di bagian terluar hutan mangrove dan berhadapan langsung dengan ombak laut, sehingga jenis ini menjadi yang paling berkontribusi terhadap pencegahan abrasi.
- Meliaceae
Bakau jenis Meliaceae atau dalam bahasa Indonesia sering disebut tanaman Nyirih, Meliaceae juga terbagi lagi menjadi dua jenis, yakni Xylocarpus dan Hibiscus spp. Xylocarpus bisa kita jumpai di beberapa daerah tertentu, yaitu di daerah yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kemudian jenis Hibiscus spp dapat dijumpai di daerah yang terendam air secara musiman, karenan jenis ini akan mendominasi area tersebut.
- Sonneraticeae
Dibanding jenis yang lain, jenis ini hanya memiliki satu macam yakni Sonneratia atau yang sering masyarakat Indonesia sebut Mangrove Apple. Yang menarik dari mangrove jenis ini ialah tidak boleh terendam air terlalu sering, oleh karenanya habitat asli jenis ini bukan di daerah yang sering basah atau terendam air. Seringkali kita akan melihat akar jenis ini selalu mencuat ke atas permukaan tanah saat habitatnya tidak terendam air laut.

Fungsi Pohon Bakau dan Hutan Mangrove
Dari data yang dikemukakan WHO, dalam kurun waktu waktu 34 tahun, dunia telah kehilangan 30% hutan bakau. Yang lebih memprihatinkan lagi ialah Indonesia menjadi penyumbang terbesar kerusakan secara global, artinya dunia kehilangan 800.000 hektar ekosistem bakau hanya karena kerusakan ekosistem tersebut di satu negara.
Seperti yang kita semua ketahui, hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang terbilang produktif, yang kerap kali memberikan manfaat baik bagi lingkungan maupun kehidupan. Artinya kerusakan yang terjadi pada hutan bakau akan berimbas pada sektor kehidupan yang lain.
Menjadi garda terdepan pesisir laut, hutan bakau sangat berjasa menghindarkan bibir pantai dari gelombang laut yang mengikis, atau yang biasa disebut abrasi.
Kepala Bidang Kelautan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil DKP Jateng, Lilik Harnadi mengatakan lahan seluas 8.023 hektar tenggelam akibat abrasi, wilayah yang terkena dampak abrasi terbesar di Jawa Tengah diantaranya Kabupaten Brebes seluas 2.300 hektar, Demak 2.200 hektar, dan Kota Semarang sekitar 1.900 hektar (Kompas, 2020). Dengan menjaga serta melakukan upaya konservasi bakau bukan tidak mungkin kita bisa menekan angka abrasi.
Manfaat lain konservasi bakau ialah mencegah intrusi laut dan mengikat sedimen, dan tentunya menjaga pantai dari bahaya abrasi. Sementara itu dalam ruang lingkup ekologi hutan ini berfungsi sebagai penyerap polutan.
Menjaga ekosistem hutan bakau berarti menjaga ekosistem lain di sekitarnya, hutan tersebut menciptakan habitat baru bagi ribuan spesies, dari bakteri hingga siput kecil seakan diberikan rumah dalam kawasan hutan tersebut.
Dalam sektor ekonomi hutan bakau bukan tidak memiliki peranan, berdasarkan laporan yang dimuat di laman WWF, eksistensi hutan ini setidaknya dapat menghasilkan komoditas sebesar 186 juta dolar AS setiap tahunnya.
Yang teranyar, pohon bakau disebut – sebut dapat menghasilkan blue carbon yang ternyata dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi. Daniel Murdiyasro selaku dosen Ilmu Atmosfer Institut Pertanian Bogor (IPB), menjelaskan potensi blue carbon pada saat acara Blue Carbon Summit 2018 di Jakarta.
“Potensi ekonomi dari mangrove sangatlah besar. Ada potensi blue carbon yang bisa dihasilkan nilai ekonomi hingga USD10 miliar. Itu jumlah yang sangat besar,” tuturnya.
Begitu banyak manfaat yang ditawarkan oleh pohon bakau maupun hutan mangrove secara keseluruhan, perawatan serta konservasi menjadi hal yang wajib bilamana kita ingin menuai manfaatnya, dan tentu dapat menjadi warisan untuk generasi selanjutnya.
Penulis: Ipan Fanani
Referensi:
Apa itu Hutan Bakau, Wanaswara (https://wanaswara.com/apa-itu-hutan-bakau/)
Indonesia Kembali Serukan Blue Carbon untuk Penanganan Perubahan Iklim, Mongabay (https://www.mongabay.co.id/2019/06/25/indonesia-kembali-serukan-blue-carbon-untuk-penanganan-perubahan-iklim/
Manfaat Hutan Bakau (Mangrove) untuk Manusia & Kehidupan, Tirto.id (https://tirto.id/manfaat-hutan-bakau-mangrove-untuk-manusia-kehidupan-ekiJ).
Perubahan Iklim, Pesisir Indonesia Terancam Tenggelam: Mereka yangBertaruh Nyawa (2), Kompas.com (https://regional.kompas.com/read/2020/03/26/13030021/perubahan-iklim-pesisir-indonesia-terancam-tenggelam–mereka-yang-bertaruh?page=all).
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk, jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!