
Lautan adalah rumah bagi berbagai macam flora dan fauna. Lautan adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan hasilnya. Lautan juga dapat menjadi salah satu potensi pariwisata. Lautan menjadi akses transportasi antar kota, antar pulau bahkan antar benua. Selain itu, lautan juga menghasilkan sebagian besar oksigen di planet ini, dan mengambil sebagian besar emisi karbondioksida.
Oksigen adalah komponen yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan organisme lainnya. Oksigen sangat dibutuhkan untuk pernapasan dan proses metabolisme. Dalam perairan, oksigen berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan.
Tanpa oksigen yang diangkut di dalam darah, jaringan dan organ tubuh tidak akan bisa bekerja dengan baik. Tanpa oksigen yang cukup di dalam darah, manusia bisa saja mengalami serangan jantung dan stroke. Gangguan lainnya juga berisiko terjadi pada tubuh apabila kekurangan oksigen. Selain untuk pernapasan, oksigen juga untuk oksidasi dalam proses aerobik, seperti penguraian kompos.
Kita meyakini bahwa oksigen dihasilkan oleh tumbuhan dengan proses fotosintesis. Melalui proses fotosintesis, tumbuhan mengubah karbondioksida dan air menjadi oksigen dan karbohidrat dengan bantuan cahaya dan klorofil. Hal tersebut sudah diajarkan semenjak kita duduk di bangku sekolah dasar. Akhirnya, kita meyakini akan pentingnya pepohonan untuk keberadaan oksigen di planet ini. Keyakinan tersebut tidaklah salah.
Hutan adalah hal yang diyakini sebagai paru-paru dunia. Selain menjadi habitat berbagai flora dan fauna, hutan juga menghasilkan oksigen dalam jumlah yang besar. Tapi ternyata bukan hanya hutan dan pohon yang menjulang atau merambat saja yang menghasilkan oksigen. Lautan pun memiliki kegunaan sebagai penghasil oksigen.
Lautan sebagai Paru-paru Bumi
Oksigen juga merupakan gas penting dalam perairan laut dan berperan dalam proses biogeokimia laut. Sumber oksigen berasal dari difusi dari udara melalui proses turbulensi dan hasil fotosintesis.
Paul Falkowsk, seorang ahli kelautan dari Amerika, menyebutkan bahwa lingkungan laut itu pada hakikatnya merupakan hutan yang tak tampak atau invisible forest. Beberapa tumbuhan di laut dapat kita lihat seperti rumput laut (seaweed) atau lamun (seagrass). Namun ada tumbuhan yang sangat kecil sehingga tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang, namanya fitoplankton.
Fitoplankton adalah tumbuhan renik mikroskopis yang hidup mengambang atau melayang di dalam laut dan selalu terbawa oleh arus. Tumbuhan renik ini terdapat di mana-mana di laut, mulai dari tepi pantai sampai ke tengah samudra raya, dari perairan tropis yang hangat sampai ke perairan kutub yang dingin.
Dalam dimensi vertikal, fitoplankton ini terdapat mulai dari permukaan laut sampai kedalaman dimana cahaya surya dapat menembus laut. Artinya, fitoplankton dapat hidup di perairan yang mencapai kedalaman sampai sekitar 100-150 meter. Jenis fitoplankton pun sangat beragam, bisa terdapat ratusan spesies per liter air laut, sedangkan kepadatannya bisa mencapai ribuan hingga jutaan per liter air laut. Fitoplankton merupakan tumbuhan yang dominan di laut. Jadi, dapat dibayangkan kalau kita berenang di laut, sebetulnya kita juga berenang di belantara hutan fitoplankton.
Lautan Indonesia yang Kaya
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2. Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2 adalah Zona Ekonomi Eksklusif. Betapa luasnya lautan Indonesia.
Lautan Indonesia yang luas itu memiliki potensi yang berlimpah. Hasil laut terutama perikanan menjadi hal yang diperhatikan. Selain dalam bidang produksi, laut juga memiliki area konservasi untuk melestarikan keanekaragaman hayati.
Vegetasi laut dan pesisir Indonesia adalah kontributor signifikan terhadap pasokan oksigen global dan penyerapan karbon dioksida. Di sepanjang garis pantai Indonesia adalah hutan bakau (mangrove) terbesar di dunia, dengan luas 3,2 juta ha.

Di laut, ada namanya fenomena upwelling. Upwelling merupakan salah satu fenomena laut yang banyak terjadi di Indonesia. Selain karakteristiknya yang menyebabkan terjadinya percampuran air laut. Mekanisme terjadinya upwelling yang membawa massa air di lapisan bawah ke permukaan, menyebabkan nutrien penting air laut yang ada di dasar laut terangkat hingga permukaan. Karena nutrient ini terbawa ke permukaan, maka di tempat itulah akan berkumpul fitoplankton, yang selanjutnya akan mengundang kehadiran zooplankton dan ikan.
Indonesia juga dilalui oleh arus dari samudera Pasifik yang menuju samudera Hindia. Arus ini dikenal sebagai Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Arus yang dibawa oleh ARLINDO juga mensuplai nutrisi bagi perairan.
Sewaktu-waktu, ledakan fitoplankton memang dapat saja terjadi dan berpotensi membuat ikan-ikan di perairan itu menjadi mati karena terjadi perebutan oksigen. Namun, alam memiliki mekanisme alami terhadap fenomena alami.
Sementara itu, akan tidak mudah mengatasi fenomena yang disebabkan oleh perbuatan berlebih dari makhluk terutama manusia. Penangkapan ikan yang berlebih (overfishing) dan pencemaran air laut adalah bentuk kegiatan tidak terpuji yang dapat mengancam kehidupan biota laut, termasuk dapat memusnahkan belantara hutan fitoplankton.
Aktor-aktor yang melakukan pencemaran air laut bisa dari berbagai kalangan, entah petinggi sebuah korporasi atau rakyat biasa yang tidak punya jabatan apa-apa, namun sama-sama hidup menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida, dan barangkali juga sama-sama suka berwisata ke laut dan memakan hasil tangkapan laut.
Aksi sederhana yang dapat dilakukan untuk melindungi laut adalah tidak membuang sampah sembarangan, terutama plastik. Sebab, sampah yang dibuang sembarangan itu bisa saja dihanyutkan oleh air hujan, kemudian berpetualang melalui aliran-aliran air hingga akhirnya bermuara di laut.
Lautan Indonesia yang kaya adalah tabungan kita semua. Sudah semestinya kita menjaga aset kita, yang jika dihitung-hitung aset tersebut bukan hanya untuk Indonesia saja, namun juga untuk dunia, untuk planet bumi ini.
Penulis: Elrisa Thiwa Nadella
Referensi Tulisan:
Kuswardani, A.R.T. (2020). Keistimewaan Laut Indonesia: Kekuatan dan Tantangannya. Mongabay Indonesia, diakses melalui laman: (https://www.mongabay.co.id/2020/06/24/keistimewaan-laut-indonesia-kekuatan-dan-tantangannya/)
Pratama, O. (2020). Konservasi Perairan Sebagai Upaya menjaga Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia. Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, diakses melalui laman: (https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-perairan-sebagai-upaya-menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia)
Puslit Oseanografi LIPI. (n.d.) Fitoplankton Laut: Hutan yang Tak Tampak, diakses melalui laman: (http://oseanografi.lipi.go.id/datakolom/25%20Fitoplankton.pdf)
Salmin. (2005). Oksigen terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oceana Volume XXX, Nomor 3: 21 – 26.
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!