Letusan Gunung Api Bagi Kehidupan Hewan dan Tumbuhan

Gambar 1. Gunung Api dan Lava. © Enrique Lopez Garre
Gambar 1. Gunung Api dan Lava. © Enrique Lopez Garre

Indonesia adalah negara yang berada di Cincin Api Pasifik─jalur gempa teraktif di dunia─serta berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik (Hidup Mati di Negeri Cincin Api, 2012). Saat tiga tumbukan lempeng benua ini mendorong satu sama lain, lempeng tersebut akan memanas dan membentuk gunung api dengan magma di dalamnya (Nancy, 2020). Kondisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang memiliki 127 gunung api aktif dan rawan akan bencana letusan gunung api (Alfrendi, 2019). Bahkan, salah satu letusan gunung api terbesar yang tercatat dalam sejarah berasal dari Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada tahun 1815 (Siregar, 2017). Di era modern pun, Indonesia masih menghadapi berbagai bencana letusan gunung api, seperti letusan Gunung Merapi pada tahun 2006 dan 2010 hingga letusan Gunung Gamalama pada tahun 2018. 

Ads

Bagi masyarakat di Indonesia─terutama masyarakat pedesaan yang tinggal di kaki gunung api─fenomena letusan gunung api telah membawa berbagai dampak bagi kehidupan yang ada di sekitar gunung tersebut. Kehidupan di sini tidak hanya mengacu pada manusia, namun juga pada hewan yang mampu berkembang biak dan tumbuhan yang tumbuh dengan subur di sekitar gunung api. Apabila kita melihat pemberitaan mengenai letusan gunung berapi di media seperti koran dan televisi, dampak letusan gunung berapi bagi manusia kerap kali lebih disorot. Padahal, letusan gunung api juga memiliki dampak-dampak tersendiri bagi hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar gunung tersebut.  

Letusan Gunung Api Bagi Kehidupan Hewan

Gambar 2. Hewan Ternak Tenggelam Dalam Banjir Lumpur. © The Sun
Gambar 2. Hewan Ternak Tenggelam Dalam Banjir Lumpur. © The Sun

Kawasan gunung api di Indonesia menjadi tempat tinggal bagi berbagai fauna endemik Indonesia seperti Elang Jawa, Babi Hutan, Elang Bido, Macan Tutul, dan Monyet Ekor Panjang. Hewan-hewan ini bertempat tinggal di beberapa taman nasional di kawasan gunung api seperti Taman Nasional Merapi, Taman Nasional Merbabu, dan Taman Nasional Kelimutu (Sastha, 2020). Selain itu, beberapa penduduk di kaki gunung api bermata pencaharian sebagai peternak, sehingga mereka memelihara berbagai hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan unggas. Letusan sebuah gunung api akan memiliki dampak pada hewan-hewan tersebut. 

 

  • Dampak Positif

Ketika sebuah gunung api meletus, akan ada berbagai material vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung tersebut. Salah satu material tersebut adalah Tephra atau abu vulkanik. Abu vulkanik mengandung mineral primer yang kaya akan unsur hara (Minasny, Reid, & Fiantis, 2017). Seiring waktu bersama pelapukan kimia dan biologis, abu akan melepaskan nutrisi dan meningkatkan luas permukaan tanah yang memperoleh abu tersebut. Proses ini memungkinkan tanah dengan campuran abu vulkanik untuk menahan lebih banyak nutrisi dan air. Tanah-tanah tersebut dapat menjadi lahan subur bagi para peternak untuk menanam tumbuhan yang menjadi bahan pakan hewan-hewan ternak mereka. Selain itu, taman nasional di kawasan gunung api dapat menggunakan lahan yang meluas karena abu vulkanik sebagai tempat tinggal bagi lebih banyak fauna endemik Indonesia.

  • Dampak Negatif

Selain abu vulkanik, letusan gunung api juga mengeluarkan material vulkanik berbahaya seperti gas vulkanik, lava, lahar, dan wedus gembel atau awan panas. Selain itu, letusan gunung api dapat menyebabkan berbagai bencana lain seperti banjir lumpur dan longsor batu (Bressan, 2017). Material vulkanik berbahaya dan bencana-bencana tersebut dapat membunuh fauna endemik dan hewan-hewan ternak di kawasan gunung api tersebut. Bagi taman nasional seperti Taman Nasional Merapi, Merbabu, atau Kelimutu, kehilangan fauna endemik dalam jumlah besar dapat mendorong fauna tersebut pada kepunahan. Bagi para peternak, mereka akan kehilangan mata pencaharian untuk sementara dan perlu menunggu situasi untuk aman terlebih dahulu sebelum bisa memulai kegiatan peternakan mereka kembali. 

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

 

Letusan Gunung Api Bagi Kehidupan Tumbuhan

Gambar 3. Tumbuhan di Atas Lahar Dingin © Wikiwand
Gambar 3. Tumbuhan di Atas Lahar Dingin © Wikiwand

Kawasan gunung api di Indonesia menjadi tempat tumbuh bagi berbagai flora endemik, vegetasi, dan berperan sebagai lahan pertanian yang subur bagi para petani di sekitar gunung tersebut. Beberapa flora endemik yang berada di kawasan gunung api adalah Anggrek Vanda tricolor di Taman Nasional Gunung Merapi, Puspa (Schima wallichii) di Taman Nasional Gunung Merbabu, dan Turuwara (Rhododendron renschianum) di Taman Nasional Kelimutu (Taman Nasional Gunung Merapi, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Kelimutu, n.d.). Sedangkan, petani di kawasan gunung api kerap kali menanam tumbuhan pangan seperti talas, singkong, ubi, kentang, kacang polong, selada, kubis, tomat, dan beras padi (Neall, 2006). Letusan sebuah gunung api akan memiliki dampak pada semua tumbuhan di ekosistem kawasannya.

 

  • Dampak Positif

Material vulkanik seperti Tephra atau abu vulkanik mengandung mineral primer yang kaya akan unsur hara dan dapat menyuburkan tanah. Penimbunan vegetasi tumbuhan oleh Tephra akan memicu terjadinya proses suksesi primer dalam vegetasi (Sutomo, 2017). Proses suksesi primer terjadi ketika semai-semai pohon dari biji tumbuhan di lokasi lain yang tidak terkena material vulkanik bermunculan. Biji-bijian ini mungkin dipencarkan oleh hewan-hewan seperti serangga dan burung, atau angin. Material vulkanik lain seperti awan panas dapat membakar vegetasi dan menyebabkan proses suksesi sekunder. Suksesi sekunder adalah tumbuhan individu tersisa yang masih hidup dan bertunas sesudah gangguan seperti erupsi atau kebakaran akibat awan panas. Lahan yang gundul akibat erupsi dan tertutup oleh lahar dingin yang mengeras akan retak perlahan-lahan. Pada retakan tersebut akan muncul tumbuhan pionir seperti lumut atau paku-pakuan yang mampu memfasilitasi tumbuhan tingkat tinggi lain agar dapat tumbuh di area tersebut.

  • Dampak Negatif

Letusan gunung api memiliki dampak negatif pula bagi berbagai tumbuhan di kawasan gunung api tersebut. Material vulkanik dari letusan gunung api dapat menghilangkan beberapa atau banyak plasma nutfah, merubah biodiversitas tumbuhan, menghilangkan area tangkapan air, merusak vegetasi, menutup sumber air, menghilangkan saluran-saluran air, dan merusak lahan-lahan tumbuhan yang ada (Rahayu et al., 2014). Walaupun berbagai tumbuhan bisa ditanam kembali di atas tanah campuran abu vulkanik, para petani tetap membutuhkan waktu agar bisa kembali menanam tumbuhan pangan dengan aman. Para petani di kawasan gunung api akan kehilangan mata pencaharian mereka selama kondisi masih belum aman dan tanah-tanah tersebut tidak dapat diubah sebagai lahan pertanian. Taman nasional yang terdampak oleh letusan gunung api pun membutuhkan waktu sebelum bisa melakukan restorasi kembali.   

 

Tindakan Preventif Untuk Meminimalisir Dampak Negatif

Gambar 4. Peternak dengan Sapi © BBC News
Gambar 4. Peternak dengan Sapi © BBC News

Bencana dan dampak negatif akibat letusan gunung berapi bagi hewan dan tumbuhan di sekitar gunung tersebut memang tidak dapat dicegah, namun manusia dapat melakukan beberapa upaya preventif untuk meminimalisir dampaknya. 

 

  1. Melaksanakan proses evakuasi bagi hewan-hewan─baik fauna endemik maupun hewan-hewan ternak─serta mengamankan persediaan biji-biji tumbuhan. Peternak, petani, maupun pihak pengelola taman nasional dapat melakukan koordinasi dengan badan pemerintahan setempat untuk melakukan proses evakuasi bagi hewan-hewan dan menyelamatkan tumbuhan di kawasan gunung api ketika sudah ada peringatan mengenai gunung meletus. Sebagai contoh, ketika Gunung Kelud akan meletus pada tahun 2014, berbagai peternakan di Kediri berkoordinasi dengan badan perlindungan satwa seperti Centre for Orangutan Protection (COP) dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur untuk mengevakuasi dan menginventarisasi satwa dan ternak dalam radius 5 km (Menyelamatkan Satwa dari Amukan Gunung Kelud, 2014). Bagi tumbuhan, petani dan pengelola taman nasional dapat terlebih dahulu memiliki persediaan biji-biji tumbuhan agar ketika letusan berhenti dan situasi telah dinyatakan aman, mereka dapat menanam kembali di lahan-lahan yang subur. 
  2. Pemerintah atau perusahaan nirlaba dapat membantu para petani, peternak, dan pengelola taman nasional yang terdampak dengan menyediakan biji-biji tumbuhan pangan dan flora endemik, serta persediaan pakan untuk hewan ternak maupun dan endemik. Tidak semua petani, peternak, dan pengelola taman nasional memiliki modal yang cukup untuk memulai usaha atau kegiatan mereka kembali setelah bencana letusan gunung api terjadi. Beberapa petani, peternak, dan pengelola taman nasional mungkin menggunakan modal yang ada untuk membantu evakuasi dan pemulihan korban manusia. Oleh karena itu, pemerintah atau perusahaan nirlaba yang memiliki dana dapat memberikan bantuan bagi mereka agar pemulihan yang dilakukan tidak hanya bagi korban manusia, namun juga bagi hewan dan tumbuhan yang terdampak. 
  3. Pemerintah perlu membuat sistem atau model penanggulangan bencana letusan gunung api yang terstruktur dengan baik bagi hewan dan tumbuhan. Pemerintah memang sudah siap ketika perlu menanggulangi dampak dari bencana seperti banjir dan longsor bagi hewan dan tumbuhan, namun mereka belum siap dan belum memiliki sistem atau model yang memadai untuk menanggulangi dampak dari bencana letusan gunung api bagi hewan dan tumbuhan. Sebagai contoh, pada saat Gunung Kelud meletus di tahun 2014, Kepala Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, Kementerian Pertanian (Kementan) Gatot Ari Putranto mengakui bahwa pemerintah belum memiliki sistem atau model penanggulan bencana letusan gunung api yang memadai bagi hewan dan tumbuhan (Rahmawati, 2014). Mereka belum mempersiapkan strategi atau rencana pemulihan lahan, ganti rugi kerusakan lahan dan hewan ternak atau satwa, serta belum ada bantuan bagi kelangsungan para petani maupun peternak yang terdampak. Apabila pemerintah telah menyadari hal ini, mereka perlu dengan segera membuat strategi yang matang agar ketika bencana letusan gunung api terjadi, baik pemerintah maupun masyarakat telah siap untuk mengamankan hewan-hewan dan tumbuhan yang ada. 

 

Penulis: Fiona Evangeline Onggodjojo

 

Referensi

Alfrendi, J. (2019, September 27). Inilah 5 Letusan Gunung Berapi Terdahsyat di Indonesia, Apa 

Saja, ya? Bobo.id. Retrieved from https://bobo.grid.id/read/081809888/inilah-5-letusan-gunung-berapi-terdahsyat-di-indonesia-apa-saja-ya?page=all

Bressan, D. (2017, October 21). The Most Deadly Hazards Associated with a Volcano. Forbes

Retrieved from https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2017/10/21/the-most-deadly-hazards-associated-with-a-volcano/?sh=5926d0737665

Hidup Mati di Negeri Cincin Api. (2012, December 14). National Geographic Indonesia

Retrieved from https://nationalgeographic.grid.id/read/13283321/hidup-mati-di-negeri-cincin-api?page=all

Menyelamatkan Satwa dari Amukan Gunung Kelud. (2014, February 14). Tempo.co. Retrieved 

from https://nasional.tempo.co/read/554322/menyelamatkan-satwa-dari-amukan-gunung-kelud/full&view=ok

Minasny, B., Reid, A., & Fiantis, D. (2017, October  5). How Mount Agung’s eruption can create 

the world’s most fertile soil. The Conversation. Retrieved from https://theconversation.com/how-mount-agungs-eruption-can-create-the-worlds-most-fertile-soil-85134#:~:text=Volcanic%20ash%2C%20the%20fertilizer%20reserve&text=Tephra%20(the%20scientific%20name%20of,hold%20more%20nutrients%20and%20water.

Nancy, Y. (2020, November 30). Kenapa di Indonesia Banyak Gunung Meletus & yang Harus 

Disiapkan. Tirto.id. Retrieved from https://tirto.id/kenapa-di-indonesia-banyak-gunung-meletus-yang-harus-disiapkan-f7yT

Neall, V. E. (2006). Volcanic Soils. In Encyclopedia of Life Support System (EOLSS). Retrieved 

from Encyclopedia of Life Support System database.

Rahayu, Ariyanto, D. P., Komariah, Hartati, S., Syamsiyah, J., Dewi, W. M. (2014). Dampak 

Erupsi Merapi Terhadap Lahan dan Upaya-Upaya Pemulihannya. Caraka Tani ─ Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian, 29(1), 61–72.

Rahmawati, L. (2014, February 20). Dampak pertanian terkena gunung meletus belum disiapkan. 

Antara News. Retrieved from https://www.antaranews.com/berita/420155/dampak-pertanian-terkena-gunung-meletus-belum-disiapkan

Sastha, H. B. (2020, February 12). Mengenal 3 Gunung yang Menjadi Taman Nasional Terkecil 

di Indonesia. Kumparan. Retrieved from https://kumparan.com/harley-b-sastha/mengenal-3-gunung-yang-jadi-taman-nasional-terkecil-di-indonesia-1spJxeV4Yof

Siregar, E. (2017, September 25). 8 Letusan Gunung Berapi Terbesar, Ada yang di Indonesia. 

Liputan6. Retrieved from https://www.liputan6.com/citizen6/read/3107278/8-letusan-gunung-berapi-terbesar-ada-yang-di-indonesia

Sutomo. (2017, November 1). Dampak erupsi gunung berapi terhadap vegetasi dan ekosistem. 

The Conversation. Retrieved from https://theconversation.com/dampak-erupsi-gunung-berapi-terhadap-vegetasi-dan-ekosistem-83804

Taman Nasional Gunung Merapi ─ Pelestarian Alam Jateng & DIY. (n.d.). RimbaKita.com

Retrieved January 8, 2021 from https://rimbakita.com/taman-nasional-gunung-merapi/

Taman Nasional Gunung Merbabu ─ Sejarah, Flora Fauna, & Wisata. (n.d.). RimbaKita.com 

Retrieved January 8, 2021, from https://rimbakita.com/taman-nasional-gunung-merbabu/#:~:text=Beberapa%20jenis%20flora%20yang%20tumbuh,jenis%20perdu%2C%20dan%20tanaman%20epifit.

Taman Nasional Kelimutu dan Pesona Danau Tiga Warna. (n.d.). RimbaKita.com. Retrieved 

January 8, 2021, from https://rimbakita.com/taman-nasional-kelimutu/#:~:text=Flora%20endemik%20yang%20tumbuh%20di,uta%20onga%20(Begonia%20kelimutuensis).

 

Referensi Gambar

[1] Gunung Api dan Lava. Retrieved from https://pixabay.com/images/id-4790746/

[2] Hewan Ternak Tenggelam Dalam Banjir Lumpur. Retrieved from https://www.thesun.co.uk/news/10743101/taal-volcano-pictures-horses-cows-buried-ash-save-animals/

[3] Tumbuhan di Atas Lahar Dingin. Retrieved from https://www.wikiwand.com/en/Pioneer_species

[4] Peternak Dengan Sapi. Retrieved from https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46982631

 

 

 

 

 

 

Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak. 

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.