
Mbah Sadiman, Petani yang Sadar akan Dampak dari Kerusakan Hutan
Mbah Sadiman hanya seorang petani biasa. Beliau bekerja di perkebunan tumpang sari areal Perhutani. Sekilas memang tak ada yang istimewa dari Mbah Sadiman. Tapi dari tindakannya untuk kelangsungan seluruh masyarakat dan alam sekitarnya luar biasa sekali. Dari tindakan kecil, beliau mampu memberikan manfaat untuk masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Mbah Sadiman berasal dari Dusun Dali, Desa Geneng, Bulukerto, Wonogiri, Jateng. Beliau tumbuh dan besar di Dusun Dali. Beliau menjadi saksi hidup perubahan hutan dan lingkungan tempat ia tinggal yang awalnya sangat asri hijau ada di mana-mana. Namun saat ini untuk menahan air hujan saja tak ada. Beliau prihatin dengan keadaan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Beliau menjadi orang pertama yang menanam benih pohon di daerah Perhutani.
Sejak 25 tahun yang lalu, Mbah Sadiman sudah mulai menanam pohon. Itu semua berawal dari dirinya yang mengamati lingkungan yang semakin lama berubah. Waktu ia kecil masih banyak sumber air yang melimpah bisa beliau temukan. Tapi pada saat kebakaran besar tahun 1964, hutan diambil kayunya untuk dijadikan bahan bagunan dan dijual. Hutan dibiarkan gundul dan tandus. Sumber air yang dahulunya melimpah lama kelamaan berkurang. Banyak petani yang mengalami gagal panen karena air untuk tanaman mereka tidak ada. Air tanah yang biasa ditahan oleh akar pohon sudah tak ada. Jangankan air, pohon sudah tak sebanyak dahulu.
Ungkapan saat ini yang sedang menjadi trend di kalangan anak muda seperti relevan dengan Mbah Sadiman. Lahir di zaman yang salah. Iya, karena Mbah Sadiman sudah memikirkan dampak hutan yang gundul untuk kehidupan. Sedangkan masyarakat luas baru akhir-akhir ini menjalani gaya hidup ramah lingkungan dan giat melakukan penghijauan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan. Hutan kita semakin menipis. Paru-paru dunia semakin habis. Efek rumah kaca semakin tampak jelas dampaknya. Mendengar dan melihat berita bencana alam yang ada di sekitar kita saja sudah sangat menakutkan. Keadaan mulai genting sekali. Gerakan untuk gaya hidup ramah lingkungan dan berkelanjutan harus digaungkan secara nyata. Selama ini, pendekatan gaya hidup ramah lingkungan kurang direspons baik oleh masyarakat luas. Karena mereka tak mengerti jika bencana alam yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan hutan dan lingkungan yang parah.
Hutan yang Gundul Menjadi Perhatian Mbah Sadiman
Hutan yang dibiarkan gundul dan tak ada akar pohon yang mengikat air tanah pada saat musim hujan tak ada lagi yang menahan air tanah. Sehingga menyebabkan tanah longsor, erosi, dan banjir. Saat musim kemarau tak ada air tanah yang tersimpan, menyebabkan banyak air yang kering. Bukan hanya petani, tapi seluruh masyarakat merasakan akibatnya.
Dari keprihatinan tersebut, Mbah Sadiman mulai menanam pohon di daerah Perhutani. Awalnya beliau tak tau apakah beliau mendapat izin atau tidak. Karena beberapa hektar tanah Perhutani sudah ditanami pohon pinus. Tapi tak disangka, beliau mendapatkan izin dari penjaga Perhutani. Izin yang diberi oleh pihak Perhutani, tentu menjadi semangat untuk Mbah Sadiman menanam bibit di kawasan Perhutani.
Sejak saat itulah beliau menanami pohon beringin di kawasan Hutan Gunung Lawu tenggara. Berjarak 100 km dari kota Solo, Jawa Tengah dan daerah yang menjadi perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Telah banyak lahan yang ditanami oleh Mbah Sadiman. Semangat beliau tak pernah luntur sama sekali. Beliau terus semangat menanam bibit pohon beringin untuk kawasan Perhutani.
Awalnya beliau belum begitu terpikirkan untuk menanam pohon beringin. Karena ada upaya pemerintah untuk menanam pohon pinus. Tapi selama pohon pinus ada, tak ada perubahan berarti. Masyarakat masih kekurangan air bersih. Petani tak memiliki air untuk menyiram tumbuhan mereka. Bahkan tak ada air bersih saat kemarau datang. Akar pohon pinus tak begitu panjang, sehingga pohon pinus tak mampu menahan air tanah saat musim penghujan. Masyarakat tidak mendapatkan solusi terbaik untuk mengatasi masalah kekurangan air bersih. Aksi nyata juga kurang dilakukan oleh masyarakat. Hanya segelintir masyarakat yang peduli akan kebaikan masyarakat sendiri. Mba Sadiman salah satu penggebrak untuk melakukan kegiatan penanaman bibit beringin.
Beliau memilih pohon beringin karena memiliki daya serap yang cukup besar. Akarnya yang panjang bisa menahan air lebih banyak dari pohon lainnya. Sehingga mampu menyediakan air sepanjang musim. Masyarakat tak akan kesulitan mencari air lagi. Ketersediaan hujan masyarakat luas terbantu dengan adanya pohon beringin. Beliau melakukan semuanya sendiri. Mulai dari menanam, merawat, dan menanam kembali jika ada tanaman sebelumnya mati. Beliau menikmati pekerjaannya. Tak ada unsur paksaan dari orang sekitarnya.
Perjuangan Mbah Sadiman
Perjuangan Mbah Sadiman belum terhenti di sana. Awalnya beliau tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar. Beliau dianggap gila karena menanam pohon. Sungguh aneh tapi nyata. Seharusnya hal seperti ini yang mendapat sorotan dan dukungan nomor wahid. Sehingga selama ini Mbah Sadiman bekerja sendiri. Beliau telah menanam banyak pohon beringin di daerah Perhutani.
Tapi saat Mbah Sadiman awal menanam tak banyak media yang meliput. Sehingga pengetahuan masyarakat juga kurang. Wajarlah beliau dianggap gila. Karena bukannya mencari nafkah lebih, malah menanam bibit pohon beringin di lahan kosong kawasan Perhutani. Di kalangan masyarakat tidak banyak mendapat perhatian lebih mengenai isu lingkungan yang sudah sangat mengkhawatirkan sekali. Kesadaran akan masalah hutan ini terus harus digaungkan. Hal yang baik seperti ini harus terus lestari ke depannya agar tak berhenti begitu saja.
Rumah Mbah Sadiman memang tak besar. Beliau dan istrinya hanya tinggal di rumah sederhana dengan ukuran 9 X 6 m². Rumah tetangga Mbah Sadiman lebih besar dan lebih bagus dari Mbah Sadiman. Tapi dedikasi beliau terhadap lingkungan yang membuat beliau berbeda dari yang lain. Hidupnya sangat sederhana sekali tidak banyak yang diharapkan dari apa yang ia lakukan. Selama ini beliau melakukan penanaman bibit. Beliau melakukannya untuk mengembalikan keadaan air layaknya seperti dahulu agar sungai tak kering lagi. Mata air mudah didapatkan. Bencana alam tak akan mudah terjadi di daerahnya. Banyak sekali yang beliau lakukan untuk kebaikan dan manfaat di daerah beliau.
Berangkat dari hal tersebut, Mbah Sadiman yang menanam pohon beringin juga mendapat penolakan dari masyarakat. Karena masyarakat masih percaya bahwa pohon beringin dihuni oleh sosok makhluk halus. Mitos yang tentu masih dipercaya sampai saat ini. Tapi ada satu kepercayaan yang harus dipercaya. Tumbuhan apapun yang ditanam tak lebih menakutkan dari hutan gundul.
Pada saat awal penanam bibit pohon beringin, beliau harus menjual kambing peliharaannya untuk modal membeli bibit pohon menggunakan dana pribadinya. Bukan dari donasi masyarakat atau lembaga lainnya. Terkadang beliau juga barter untuk mendapat bibit. Beliau tidak berkeberatan untuk melakukan segala hal sendiri. Asal beliau tak diganggu saja sudah sangat berarti sekali.
Tak berhenti begitu saja, Mbah Sadiman terus menanam bibit beringin. Hingga 250 hektar yang sudah beliau tanam sendiri. Luasnya sampai Bukit Gendol dan Bukit Ampyangan. Hasilnya memang tak beliau rasakan secara langsung. Tapi beliau terus menjalankan niat awalnya untuk menjaga keberadaan air di daerah tempat tinggal beliau. Beliau bekerja sendiri selama menanam bibit.
Hasil dari Kerja Keras
Petani juga dapat merasakan hasilnya. Kini petani bisa panen dua sampai tiga kali setahun. Sebelumnya mereka hanya bisa memanen satu kali dalam setahun karena sumber air yang kurang. Untuk kebutuhan sehari-hari saja air sulit sekali ditemukan. Tapi saat akar beringin sudah mampu menopang air tanah, cadangan air masyarakat sekitar tidak kesulitan lagi.
Hingga saat ini juga Mbah Sadiman masih terus menanam pohon untuk keberlangsungan hutan. Sumber air terus ada untuk kehidupan masyarakat dan segala makhluk yang ada di dalam hutan. Agar ekosistem terus terjaga, hal kecil yang terus ia lakukan selama ini tidak ada niatan untuk berhenti. Ia terus menanam bibit di daerahnya.
Lelaki yang sudah sepuh ini ingin terus berbuat kebaikan untuk semua orang selagi beliau masih mampu. Beliau senang jika ia dibantu oleh masyarakat. Tapi ia tak pernah sekalipun pamrih. Jika tak ada yang membantu juga tak apa untuk beliau. Selagi beliau tetap dibiarkan untuk menanam bibit pohonnya, beliau sudah senang sekali.
Mbah Sadiman sosok yang patut menjadi contoh anak muda saat ini. Walaupun beliau hanya berbuat baik dengan melakukan hal kecil, tapi beliau mampu memberi manfaat yang sangat banyak untuk masyarakat. Agar aksi ini menjadi kebiasaan baik masyarakat luas, tentu harus juga di imbangi dengan tingkat kesadaran diri. Peringatan dari pihak-pihak terkait juga sangat membantu masyarakat luas menjadi lebih sadar akan keberlangsungan hutan dan lingkungan. Karena pengaruh yang diberikan dari pemerintah atau penjaga Perhutani lebih disambut baik oleh masyarakat ketimbang perorangan.
Banyak sekali langkah yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kerusakan hutan . Banyak pula bahaya yang akan terjadi jika terus melakukan kegiatan yang merusak lingkungan. Tanpa kita sadari, lingkungan kita telah rusak sekali. Hanya sedikit sekali orang yang sadar akan kerusakan lingkungan yang terjadi. Pegiat lingkungan tidak akan bekerja dengan baik tanpa ada bantuan dari masyarakat luas. Semua aspek masyarakat harus mendukung gerakan melindungi dan merawat lingkungan.
Bumi kita yang sudah tua ini telah berjasa banyak sekali untuk kehidupan kita. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari Mbah Sadiman sebagai penggiat lingkungan. Mbah Sadiman memang contoh kecil dari penggiat lingkungan yang konsisten menanam bibit untuk kemaslahatan masyarakat. Beliau tak pamrih atas apa yang telah beliau lakukan. Sebagai generasi muda, kita bisa menjadikan Mbah Sadiman sebagai panutan, agar lingkungan alami kita terjaga hingga akhir.
Agar alam terus terjaga, jangan pernah menunggu seseorang bergerak menyerukan suara alam yang berteriak. Jadikan diri sendiri sebagai suara alam yang hendak didengarkan dan dianggap. Serukan bahwa kitalah alam yang sesungguhnya. Pohon yang ada di hutan anggap saja sebagai nadi yang menghantarkan darahmu. Jika ia ditebang, maka matilah kita.
Agak sedikit menakutkan memang. Tapi begitu adanya. Kesadaran bukan hanya angan lagi. Untuk melakukan perubahan yang baik tidak terjadi begitu saja. Tidak terjadi begitu saja. Banyak sekali rintangan yang harus dilalui. Oleh sebab itu, untuk perubahan besar tentu terlebih dahulu melakukan perubahan yang paling kecil, yaitu perubahan diri sendiri.
Penulis: Putri Handayani
Dikurasi oleh: Citra Isswandari Putri
Referensi literatur
Abc. 2021. Mbah Sadiman pejuang lingkungan asal Wonogiri. https://www.abc.net.au/indonesian/2021-03-22/mbah-sudiman-pejuang-lingkungan-asal-wonogiri/13267354 (Diakses pada tanggal 27 Maret 2021)
Referensi gambar
https://live-production.wcms.abc-cdn.net.au/a9442bdaf3badd6edc4df9b82fb300ff?impolicy=wcms_crop_resize&cropH=768&cropW=1366&xPos=0&yPos=0&width=862&height=485
LindungiHutan.com adalah Platform Crowdfunding Penggalangan Dana untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung penghijauan yang ada di seluruh Indonesia. mari bersama menjaga dan melestarikan hutan seluruh Indonesia.
Yuk jadi pioneer penghijauan untuk hutan Indonesia yang lebih baik.