Kondisi Hutan Indonesia Terkini
Selama ini Indonesia banyak dikenal sebagai paru-paru dunia berdasarkan jumlah luas hutan yang dimilikinya, namun dari tahun ke tahun keadaan hutan Indonesia tidak mencerminkan hal yang sama. Di tahun 2019, luas hutan Indonesia hanya mencapai 884 ribu km persegi dan menempati urutan kesembilan dalam kategori negara dengan hutan terluas di dunia (Iqbal, 2019). Menurut organisasi pemerhati hutan Indonesia, Forest Watch Indonesia (FWI), sepanjang tahun 2000 hingga 2017 Indonesia telah kehilangan hutan alam lebih dari 23 juta hektare. Pada tentang tahun 2000 sampai 2009, angka deforestasi hutan Indonesia mencapai 1,4 juta hektar per tahun. Di periode berikutnya, yaitu 2009 hingga 2013 angka tersebut turun menjadi 1,1 juta hektar per tahun namun naik kembali menjadi 1,4 juta hektar per tahun di periode 2013 – 2017. Angka-angka ini merupakan tanda bahwa keadaan hutan Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Deforestasi hutan di Indonesia tidak hanya berlangsung di satu wilayah saja, melainkan tersebar hampir di seluruh pulau-pulau utama. Misalnya Pulau Sulawesi, sepanjang tahun 2000 – 2017 telah kehilangan 2,07 juta hektare atau setara dengan 10,89% total wilayah hutan yang dimilikinya. Papua sebagai harapan hutan Indonesia juga tidak jauh berbeda, ia telah kehilangan 6 ribu kilometer persegi wilayah hutannya dalam rentang tahun yang sama (Hariandja, 2018). Padahal hutan Papua menyumbang 35% dari keseluruhan tutupan hutan alam Indonesia. Menurut data di tahun 2017, Pulau Sumatera telah kehilangan 9 juta hektar hutannya sejak 25 tahun terakhir (Santoso, 2017). Sedangkan di Pulau Kalimantan, 6,04 juta hektar hutan juga telah dikonversi menjadi lahan-lahan produksi sepanjang tahun 2000 hingga 2017. Meski sama-sama mengalami deforestasi, penyebab hilangnya hutan di Indonesia pada tiap-tiap pulau berbeda satu sama lainnya.
Hilangnya hutan Indonesia dipengaruhi beragam faktor yang kompleks dan berlangsung secara terus menerus. Austin dalam penelitiannya di tahun 2019, menemukan faktor-faktor tersebut. Dari keseluruhan yang ada, terdapat sepuluh faktor yang paling berkontribusi dalam hilangnya hutan di Indonesia. Kesepuluh faktor tersebut di antaranya adalah:
- Pembukaan hutan untuk kegiatan industri kelapa sawit.
- Konversi hutan menjadi semak belukar karena kebakaran hutan dan lahan.
- Pertanian skala kecil.
- Industri penebangan kayu.
- Industri perkebunan skala besar
- Industri perkebunan skala kecil
- Jalur pengangkutan dan distribusi kayu hutan.
- Pertambangan
- Ekspansi perkotaan seperti pembukaan hutan untuk pemukiman dan faktor alam lain seperti longsor dan erosi.
- Pembukaan tambak ikan di kawasan hutan.
Dari kesepuluh faktor tersebut, hutan di Sumatera dan Kalimantan sebagian besar hilang karena pengaruh keberadaan industri kelapa sawit. Ditambah lagi dengan faktor alam lain seperti El Nino, hutan Sumatera dan Kalimantan juga rentan akan kebakaran hutan. Sedangkan di Papua, hutan-hutan tidak lagi hijau karena industri penebangan kayu aktivitasnya terus meningkat.
Kabar mengenai buruknya kondisi hutan Indonesia telah sampai ke telinga pihak-pihak yang berwenang. Program-program untuk mengembalikan kondisi hutan Indonesia telah dicanangkan, seperti program satu miliar pohon hingga pembuatan jalur hijau di sekitar sungai. Namun di sisi lain pemerintah juga terus menerus mengeluarkan izin pemanfaatan hutan untuk industri. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah mempercepat pemberian izin pengelolaan hutan kepada berbagai perusahaan. Upaya dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga dinilai belum maksimal. Sepanjang tahun 2015 – 2019 terdapat 4,4 juta hektar lahan yang terbakar, namun tindakan pencegahan maupun pengembalian kondisi hutan belum banyak dilakukan oleh pemerintah (Greenpeace Indonesia, 2020). Malah, definisi deforestasi kian hari kian dikaburkan sehingga pada data pemerintah deforestasi terus menurun padahal kenyataannya tidak seperti itu. Apabila hal ini terus berlanjut tanpa perbaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan kehilangan seluruh hutannya dalam beberapa puluh tahun ke depan.
Penghijauan dan Reboisasi adalah Solusi
Kehilangan hutan merupakan hal terakhir yang diinginkan oleh setiap individu yang hidup di bumi. Tanpa adanya hutan, kehidupan masyarakat akan terhambat dan kehancuran peradaban manusia akan dimulai. Ancaman bencana alam seperti banjir, longsor, hingga erosi selamanya akan menghantui hari. Ditambah lagi kemungkinan kekurangan air bersih karena tidak ada akar-akar pohon yang membantu penyerapan air ke dalam tanah. Daratan juga semakin menyempit karena terus tergerus gelombang laut tanpa ada pelindung. Saat hal-hal tersebut mulai terjadi, tidak ada tempat di muka bumi yang nyaman ditinggali oleh manusia.
Demi mencegah kemungkinan paling buruk tersebut, perlu adanya usaha lebih untuk menjaga hutan. Selain dengan memperketat regulasi-regulasi untuk korporasi, penghijauan dan reboisasi juga menjadi tindakan yang penting untuk memastikan hutan akan terus ada bagi manusia. Menurut PP No. 35 Tahun 2002, reboisasi merupakan sebuah upaya penanaman pohon pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan (Rimba Kita, n.d.). Pada peraturan yang sama juga dijelaskan bahwa penghijauan merupakan sebuah usaha pemulihan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut. Keduanya berbeda secara fungsi namun memiliki inti yang sama yaitu menanam kembali pohon di tempat-tempat yang seharusnya.

Usaha untuk melakukan reboisasi dan penghijauan telah dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari relawan pecinta alam, komunitas peduli lingkungan, lembaga non profit, hingga melalui program-program Corporate Social Responsibility (CSR). Sedikit demi sedikit, hutan dan lahan kritis yang memerlukan tindakan lanjutan dengan segera telah ditanami pepohonan. Namun usaha penanaman yang dijalankan masing-masing tidak selalu berjalan dengan efektif, perlu adanya gerakan yang masif dan terkontrol agar ada lebih banyak pohon tertanam dan terus tumbuh dengan baik.
LindungiHutan, Partner Menanam Kita Semua
Reboisasi dan penghijauan yang dilakukan secara rutin dan bersama-sama akan memberikan dampak lebih cepat bagi lingkungan. Tetapi gerakan menanam bersama di seluruh Indonesia tidak dapat terjadi tanpa koordinasi yang baik. Untuk itu diperlukan sebuah organisasi yang mampu mengakomodasi kebutuhan penanaman mulai dari pendanaan hingga perawatan bagi setiap pohon yang ditanam. LindungiHutan merupakan sebuah platform galang dana dan donasi untuk konservasi hutan dan lingkungan yang memiliki tujuan untuk menghijaukan Indonesia bersama-sama. Tidak hanya itu, dana yang terkumpul melalui platform LindungiHutan juga akan langsung dikonversi menjadi bibit-bibit pohon yang akan ditanam oleh relawan LindungiHutan di seluruh Indonesia. Lepas penanaman, pohon-pohon tersebut juga masih akan dirawat dan bisa dipantau oleh donatur secara berkala.

Hingga hari ini, LindungiHutan telah menyelenggarakan 616 Kampanye Alam untuk berbagai lahan dan bekas hutan yang kritis di Indonesia. Dengan dukungan kurang lebih 29,8K Sahabat Alam, LindungiHutan telah menanam sebanyak 141,8K pohon di berbagai lokasi di Indonesia. LindungiHutan juga terus mendorong berbagai brand dan perusahaan untuk turut berpartisipasi dalam melindungi hutan melalui kerja sama dan kampanye penanaman. Melalui platform LindungiHutan, gerakan menanam pohon menjadi lebih masif karena terus diamplifikasi kepada khalayak luas. Dengan begitu, hutan-hutan Indonesia tiap tahunnya terus menghilang dapat dikembalikan dalam tempo yang lebih cepat. Bersama LindungiHutan, masyarakat Indonesia dapat memberikan kontribusinya dalam merawat hutan dan alam dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
Melindungi dan merawat hutan yang identik dengan kata sulit dan kompleks menjadi mudah dan sederhana bila dilakukan bersama LindungiHutan. Penggalang, penggerak, dan pendukung gerakan peduli lingkungan yang selama ini bergerak secara terpisah menjadi lebih terintegrasi melalui program-program di LindungiHutan. Penggalang atau aktivis dapat mengumpulkan dana bagi program konservasi hutan dan lahan mereka melalui Kampanye Alam LindungiHutan. Individu atau kelompok yang merasa tergerak untuk membantu dapat memberikan donasi berupa dana melalui LindungiHutan dengan proses yang mudah dan cepat. Setelah dana terkumpul, penggerak atau relawan LindungiHutan dapat mulai bergerak dan menanam pohon di lokasi-lokasi kritis yang ada di seluruh Indonesia. Setelah itu, LindungiHutan juga terus memantau dan melaporkan perkembangan dari tiap kampanye secara periodik kepada para pendukung sebagai bentuk pertanggungjawaban dari donasi yang telah diberikan. Melalui LindungiHutan, setiap individu dapat memberikan kontribusi bagi alam dalam berbagai bentuk tanpa ada banyak halangan.
Tunggu apalagi? Ayo turut berpartisipasi melindungi hutan dan melakukan aksi nyata bagi alam bersama LindungiHutan! Tidak ada lagi alasan untuk tidak berkontribusi karena bersama Lindungihutan sepuluh ribumu juga sudah memiliki banyak arti.
Penulis: Auni Azizah
Referensi Literatur
Austin, K. G., Schwantes, A., Gu, Y., & Kasibhatla, P. S. (2019, Februari 01). What causes deforestation in Indonesia? Environmental Research Letters, 14(2), 1-9. https://doi.org/10.1088/1748-9326/aaf6db.
Barri, M. F. (2020, Agustus 17). Press Release Deforestasi di Indonesia 17 Agustus 2020. fwi.or.id. Retrieved Februari 10, 2021, from https://fwi.or.id/publikasi/75-tahun-merdeka-hutan-indonesia-hilang-lebih-dari-75-kali-luas-provinsi-yogyakarta/.
Greenpeace Indonesia. (2020, Oktober 22). Karhutla dalam Lima Tahun Terakhir. greenpeace.org. Retrieved Februari 10, 2020, from https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/44219/karhutla-dalam-lima-tahun-terakhir/?utm_campaign=forests&utm_source=google&utm_medium=cpc&utm_content=forestfiresreport2020&utm_term=deforestationfactors&gclid=Cj0KCQiApY6BBhCsARIsAOI_GjYRqvdQ6usQxJVVHuM.
Hariandja, R. Y. (2018, November 14). Pantau Deforestasi Tanah Papua Lewat Atlas Papua. econusa.id. Retrieved Februari 11, 2021, from https://www.econusa.id/id/ecostory/monitor-papua-s-deforestation-through-the-papua-atlas#:~:text=Dalam%20penelitian%20yang%20dilakukannya%20menggunakan,980%20dan%20850%20Kilometer%20persegi.
Iqbal, R. (2019, Januari 05). 10 Hutan Terluas di Dunia, Bisa Tebak Indonesia di Posisi Berapa? idntimes.com. Retrieved Februari 11, 2021, from https://www.idntimes.com/travel/destination/reza-iqbal/10-hutan-terluas-di-dunia-bisa-tebak-indonesia-di-posisi-berapa/10.
Rimba Kita. (n.d.). Reboisasi – Pengertian, Tujuan & Perbedaan Dengan Penghijauan. rimbakita.com. Retrieved Februari 11, 2021, from https://rimbakita.com/reboisasi/#:~:text=%E2%80%9CReboisasi%20merupakan%20upaya%20penanaman%20pohon,hutan%20untuk%20mengembalikan%20fungsi%20lahan.%E2%80%9D.
Santoso, B. (2017, Juli 22). Hutan Sumatera Hilang 9 Juta Hektare dalam 25 Tahun. liputan6.com. Retrieved Februari 11, 2021, from https://www.liputan6.com/regional/read/3031409/hutan-sumatera-hilang-9-juta-hektare-dalam-25-tahun.
Saturi, S. (2014, December 13). Duh, Hutan Indonesia Hilang 1,13 Juta Hektar per Tahun. mongabay.co.id. Retrieved Februari 11, 2021, from https://www.mongabay.co.id/2014/12/13/duh-hutan-indonesia-hilang-113-juta-hektar-per-tahun/.
Referensi Gambar
https://unsplash.com/photos/axE5o1Xh7_Q
https://unsplash.com/photos/n3uBhqbvafA
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!