Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis) merupakan hewan yang jarang terpublikasi karena sulit ditemui sehingga sangat minim penelitian terhadap hewan tersebut. Hewan ini merupakan subspesies dari mainland serow (Capricornis sumatraensis). Kambing ini memiliki beberapa nama panggilan lain seperti kambing gurun dan sumatran serow.
Gambar 1 Kambing Hutan Sumatera
Kambing ini berbeda dengan jenis kambing lainnya karena memiliki perpaduan antara kambing dan antelop. Subspesies ini merupakan satu-satunya Caprinae yang memiliki jangkauan hanya di dalam hutan hujan tropis. Yuk, kita cari tahu lebih lanjut tentang satwa ini!
Status Keberadaan Kambing Hutan Sumatera
Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), kambing hutan sumatera masuk ke dalam kategori vulnerable atau rentan punah. Selain itu, kambing hutan sumatera juga masuk ke dalam Appendix 1 CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) yang berarti melarang adanya perdagangan internasional spesies dan bagian tubuhnya. Di Indonesia sendiri belum dapat dipastikan berapa jumlah yang ada, namun hewan ini memiliki tren populasi yang menurun. Selain itu, keberadaan kambing hutan sumatera juga dilindungi di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Baca juga: Macan Tutul Jawa: Kucing Besar Terakhir di Pulau Jawa
Karakteristik Kambing Hutan Sumatera
Kambing hutan sumatera memiliki bentuk tubuh perpaduan antara kambing dan antelop serta berwarna abu-abu gelap hingga hitam. Pada umumnya, hewan ini merupakan hewan yang pemalu, soliter (lebih suka hidup sendiri), sensitif terhadap lingkungan sekitar, dan diurnal (aktif pada siang hari). Walau satwa ini merupakan hewan soliter, namun terkadang juga terdapat dalam kelompok kecil. Meskipun menghabiskan banyak waktu di daratan tetapi hewan ini merupakan perenang yang andal.
Kambing hutan sumatera dewasa memiliki panjang tubuh 1,4 m – 1,5 m, tinggi sekitar 0,8 m – 0,9 m, panjang tanduk ± 27,9 cm, dan berat sekitar 85 – 140 kg. Dalam 1 masa kehamilan (210 hari), hewan ini hanya dapat melahirkan 1 anak. Musim kawin binatang ini terjadi antara bulan Oktober dan November. Mereka dapat bertahan hidup kurang lebih selama 4,8 – 5,5 tahun di alam liar dan selama lebih dari 10 tahun di penangkaran.
Hewan ini merupakan herbivora (pemakan tumbuhan). Biasanya mereka memakan rumput-rumputan, rempah-rempah, buah-buahan, daun, dan ranting. Mereka memiliki cara unik untuk menandai daerah teritorialnya yaitu dengan menempatkan tumpukan kotoran dan menggosokkan kelenjar aroma (memposisikan kaki dan kepalanya) pada dedaunan. Induk dan anak kambing hutan sumatera dapat mengenali satu sama lain melalui suara mereka.
Baca juga: Terancam Punah! 5 Spesies Badak yang Masih Eksis di Dunia
Habitat dan Persebaran Kambing Hutan Sumatera
Habitat utama kambing hutan sumatera yaitu di daerah dengan ketinggian 200 – 3000 mdpl. Mereka dapat hidup di daerah bebatuan, semak belukar, arboreal (pepohonan), dan hutan. Hewan ini merupakan pemanjat yang tangkas, tak heran mereka juga ditemukan di daerah tebing dan pegunungan. Kondisi kemiringan yang terjal akan membuatnya semakin sulit untuk digapai sehingga mereka memanfaatkannya untuk bersembunyi dan menghindar dari predator.
Sifatnya yang pemalu dan sensitif, membuat mereka menyukai tempat yang jarang dimasuki oleh manusia seperti hutan primer atau hutan yang masih lebat. Semakin jauh jarak dari pinggir hutan, jalan, dan desa, maka semakin tinggi tingkat hunian kambing hutan sumatera. Sesuai dengan kebiasaannya, mereka menghabiskan waktunya untuk bersembunyi di balik semak-semak yang lebat dan beristirahat di dalam goa sembari mengunyah kembali makanannya. Hewan ini beristirahat di hutan yang bervegetasi lebat.
Pada umumnya, hewan ini tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia, persebaran kambing hutan sumatera sangat terbatas. Hewan tersebut hanya dapat ditemukan pada rangkaian pegunungan vulkanik Bukit Barisan terutama di dataran tinggi Aceh di utara, dataran tinggi Kerinci di tengah, dan dataran tinggi Barisan Selatan di bagian selatan.
Baca juga: Konflik Satwa dan Manusia: Mitigasi Kepunahan Satwa
Ancaman Bagi Keberadaan Kambing Hutan Sumatera
Harimau dan macan tutul merupakan predator utama dari kambing hutan sumatera. Namun, bukan mereka yang menyebabkan turunnya populasi kambing hutan sumatera, melainkan kegiatan manusia yang merusak habitatnya. Penyebab utama kerusakan habitat yaitu praktik tebang dan bakar lahan untuk kegiatan pertanian, ladang berpindah, serta pengambilan kayu secara sembarangan untuk kegiatan ekspor.
Selain itu, perburuan liar untuk menjual bagian tubuh (terutama tanduknya), memakan dagingnya, hingga dijadikan sebagai obat tradisional merupakan ancaman bagi keberadaan hewan ini. Perburuan liar dapat terjadi di dalam maupun di luar kawasan lindung. Adanya jerat atau jebakan yang dipasang oleh pemburu dan kecelakaan seperti tertabrak kendaraan, juga merupakan ancaman akan penurunan populasi dari kambing hutan sumatera.
Kambing hutan sumatera merupakan hewan yang “istimewa” karena tidak banyak orang yang dapat melihatnya secara langsung sehingga sangat minim penelitian tentang hewan ini. Namun, kini keberadaannya sudah memasuki kategori rentan punah akibat dari hilangnya habitat dan perburuan liar. Maka dari itu, ayo kita jaga kelestarian hewan ini agar keseimbangan ekosistem juga dapat tetap terjaga.
(Penulis): Almadinah Putri Brilian
(Editor): Yoel Katona Raditya
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!