
Sebagian besar spesies dunia masih belum ditemukan oleh sains (Osborn, n.d.). Ahli biologi telah mendeskripsikan dan mengklasifikasikan 1.7 juta tumbuhan dan hewan pada 2010, namun jumlah tersebut masih kurang dari seperempat total spesies yang diperkirakan ada di dunia. Para ahli memperkirakan masih ada lebih dari lima juta spesies yang menunggu untuk ditemukan. Beberapa spesies yang belum ditemukan ini hidup pada lingkungan dengan kondisi yang ekstrim, sehingga para ahli belum mampu mengungkap dan mempelajari keberadaan mereka secara lebih lanjut. Namun, dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin pesat, para ahli perlahan-lahan dapat mengungkap keberadaan berbagai spesies baru. Salah satu spesies tersebut adalah scaly-foot gastropod.
Chrysomallon squamiferum atau yang lebih dikenal sebagai scaly-foot gastropod atau sea pangolin adalah adalah spesies siput ventilasi hidrotermal laut dalam pada keluarga Peltospiridae (Chen et al., 2015). Gastropoda ini diketahui hanya berasal dari ventilasi hidrotermal laut dalam di Samudera Hindia pada kedalaman sekitar 2.400–2.900 m. Spesies ini dianggap sebagai salah satu gastropoda ventilasi hidrotermal laut dalam paling unik karena dapat menyerap besi sulfida (FeS) ke dalam tulang dan cangkangnya. Dengan menyerap besi sulfida, siput ini secara perlahan-lahan membangun cangkang kuat yang terbuat dari besi (Simon, 2015). Secara proporsional, jantungnya berukuran luar biasa besar untuk hewan apapun karena memenuhi sekitar 4% volume tubuhnya.
Deskripsi, Taksonomi, dan Morfologi Scaly-foot Gastropod

Spesies ini pertama kali ditemukan pada April 2001, dan telah disebut sebagai scaly-foot gastropod sejak saat itu (Van Dover et al., 2001). Siput ini memperoleh nama latin Chrysomallon squamiferum sejak tahun 2003, namun nama tersebut tidak dijelaskan secara resmi pengertiannya dalam Kode Internasional Nomenklatur Zoologi sampai Chen et al. menggunakan nama latin tersebut pada tahun 2015. Saat ini, beberapa jenis spesimen scaly-foot gastropod disimpan di Museum Sejarah Alam atau Natural History Museum, London.
Scaly-foot gastropod adalah satu-satunya spesies dalam genus Chrysomallon (Chen et al., 2015). Nama genus Chrysomallon berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti “berambut emas” karena senyawa pirit yang ada pada cangkangnya berwarna emas. Sedangkan, nama spesies squamiferum berasal dari bahasa Latin yang berarti “bantalan skala” atau sklerit, yaitu bagian tubuh hewan yang dapat mengeras. Siput ini merupakan spesies endemik bagi ventilasi hidrotermal laut dalam di Samudra Hindia dengan kedalaman 2.780 meter dan suhu yang mencapai 370 derajat celcius. Mereka hidup berdekatan dengan cairan ventilasi yang penuh asam dan pereduksi, pada dinding ventilasi, atau langsung pada aliran berbagai cairan yang keluar dari ventilasi tersebut. Saat pertama kali ditemukan pada tahun 2001, mereka hidup di dasar ladang ventilasi hidrotermal Kairei yang berada di sebelah utara Rodrigues Triple Point (Van Dover et al., 2001). Spesies ini kemudian juga ditemukan di ladang ventilasi hidrotermal Solitaire yang berada di Central Indian Ridge (Nakamura et al., 2012).
Spesies siput ini memiliki kaki yang unik dilapisi oleh ratusan sklerit yang termineralisasi oleh besi sulfida, greigite, dan pirit (Warén, 2003). Sklerit ini kebanyakan mengandung protein dan berguna sebagai pelindung sekaligus alat bagi scaly-foot gastropod untuk melakukan detoksifikasi agar dapat bertahan hidup pada kondisi ekstrim di dekat atau dalam ventilasi hidrotermal laut dalam. Permukaan sklerit siput ini habitat bagi berbagai epibiont seperti Epsilonproteobacteria dan Deltaproteobacteria. Bakteri ini berperan dalam proses penyerapan besi sulfida ke dalam cangkang mereka (Goffredi et al., 2004).
Cangkang dari scaly-foot gastropod tidak sepenuhnya kaku walaupun mengandung banyak besi sulfida (Simon, 2015). Cangkang mereka memiliki tiga lapisan yang berbeda dan hanya lapisan bagian atas yang mengandung besi sulfida. Dua lapisan bawah dari cangkang siput ini terbuat dari bahan organik yang tebal dan licin serta bahan kalsifikasi. Dua lapisan bawah ini membantu scaly-foot gastropod untuk menahan tubuh dari guncangan saat diserang oleh predator.
Scaly-foot gastropod berkembang biak secara hermaprodit (Chen et al., 2015). Mereka memiliki kemampuan untuk berkembang biak dalam jumlah banyak. Namun, siput ini tidak dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama apabila berada di lingkungan buatan (Extensive population of a “rare” scaly-foot gastropod discovered, 2009). Pada akuarium lingkungan buatan dengan tekanan atmosfer pun, mereka umumnya hanya bertahan hidup selama tiga minggu atau lebih.
Scaly-foot Gastropod, Terancam Oleh Penambangan Laut Dalam

Scaly-foot gastropod menjadi hewan laut dalam pertama yang dinyatakan terancam punah akibat kegiatan penambangan di laut dalam (Lambert, 2019). Pada 18 Juli 2019, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature (IUCN) menambahkan siput ini ke dalam Daftar Merah spesies yang terancam punah. Kegiatan penambangan dan eksplorasi yang terjun ke habitat siput ini dapat menghancurkan populasi mereka dengan merusak ventilasi atau membekap hewan di bawah awan sedimen.
Selama beberapa dekade, perusahaan pertambangan telah berusaha mengekstrak mineral dan logam berharga yang terbentuk di dekat ventilasi hidrotermal laut dalam. Ketika air panas yang sarat mineral dari ventilasi bercampur dengan air laut yang dingin, air panas akan mengendapkan material seperti mangan dan tembaga di dasar laut. Mengumpulkan material endapan berharga ini dianggap terlalu sulit dan mahal di masa lampau. Namun, kemajuan teknologi telah mempermudah usaha perusahaan pertambangan untuk memperoleh endapan berharga tersebut.
Awalnya IUCN memiliki keraguan untuk menetapkan spesies ini ke dalam Daftar Merah karena tidak ada indikator yang mengatur bagaimana cara IUCN dapat menentukan sebuah spesies perlu masuk daftar merah atau tidak. Namun, para ahli yakin bahwa penetapan scaly-foot gastropod ke dalam Daftar Merah akan mencegah perusahaan untuk melakukan eksploitasi yang tidak bertanggung jawab terhadap alam di laut dalam. Selain itu, spesies hewan laut dalam akan sulit berkembang biak pada habitat yang bukan merupakan habitat alami mereka. Mereka hanya dapat bertahan hidup dalam jangka waktu beberapa saat walaupun berada dalam lingkungan buatan yang menyerupai habitat alami mereka. Oleh karena itu, manusia perlu menjaga habitat alaminya agar mereka tetap dapat hidup dan menjaga keanekaragaman spesies hewan yang Bumi ini miliki.
Penulis: Fiona Evangeline Onggodjojo
Referensi Literatur
Chen, C., Linse, K., Copley, J. T., & Rogers, A. D. (2015). The ‘scaly-foot gastropod’: a new genus and species of hydrothermal vent-endemic gastropod (Neomphalina: Peltospiridae) from the Indian Ocean. Journal of Molluscan Studies, 81(3), 322-334. https://doi.org/10.1093/mollus/eyv013.
Extensive population of a “rare” scaly-foot gastropod discovered. (2009, November 30). JAMSTEC. Retrieved February 21, 2021, 19:12 WIB from http://www.jamstec.go.jp/e/about/press_release/20091130/.
Goffredi, S. K., Warén, A., Orphan, V. J., Van Dover, C. L., & Vrijenhoek, R. C. (2004). Novel Forms of Structural Integration between Microbes and a Hydrothermal Vent Gastropod from the Indian Ocean. Applied and Environmental Microbiology, 70(5), 3082–3090. doi: 10.1128/AEM.70.5.3082-3090.2004.
Lambert, J. (2019, July 19). Ocean snail is the first animal to be officially endangered by deep-sea mining. Nature. Retrieved February 21, 2021, 19:12 WIB from https://www.nature.com/articles/d41586-019-02231-1.
Nakamura, K., Watanabe, H., Miyazaki, J., Takai, K., Kawagucci, S., Noguchi, T., Nemoto, S., Watsuji, T. O., Matsuzaki, T., Shibuya, T., Okamura, K., Mochizuki, M., Orihashi, Y., Ura, T., Asada, A., Marie, D., Koonjul, M., Singh, M., Beedessee, G., Bhikajee, M., Tamaki, K. (2012). Discovery of new hydrothermal activity and chemosynthetic fauna on the Central Indian Ridge at 18°-20°. S. PloS one, 7(3). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0032965.
Osborn, L. (n.d.). Undiscovered Species ー How Many Are There Left to Find? Current Results. Retrieved February 21, 2021, 19:12 WIB from https://www.currentresults.com/Environment-Facts/Plants-Animals/number-of-undiscovered-species-living-on-earth.php#:~:text=Scientists%20figure%20there%20are%20still,species%20waiting%20to%20be%20found.
Simon, M. (2015, December 2). Absurd Creature of the Week: The Badass Snail That Has a Shell Made of Iron. Wired. Retrieved February 21, 2021, 19:12 WIB from https://www.wired.com/2015/02/absurd-creature-of-the-week-scaly-foot-snail/.
Van Dover, C. L., Humphris, S. E., Fornari, D., Cavanaugh, C. M., Collier, R., Goffredi, Shana K.; Hashimoto, J.; Lilley, M. D.; Reysenbach, A. L.; Shank, T. M.; Von Damm, K. L.; Banta, A., Gallant, R. M., Gotz, D., Green, D., Hall, J., Harmer, T. L., Hurtado, L. A., Johnson, P., McKiness, Z. P., Meredith, C., Olson, E., Pan, I. L., Turnipseed, M., Won, Y., Young, C. R. 3rd, & Vrijenhoek, R. C. (2001). Biogeography and ecological setting of Indian Ocean hydrothermal vents. Science. 294(5543), 818–23. doi: 10.1126/science.1064574.
Warén, A., Bengtson, S., Goffredi, S. K., & Van Dover, C. L. (2003). A hot-vent gastropod with iron sulfide dermal sclerites. Science, 302(5647). doi: 10.1126/science.1087696.
Referensi Gambar
Scaly-foot Gastropod. Retrieved from https://www.technologynetworks.com/genomics/news/unlocking-the-genomic-secrets-of-scaly-foot-snail-334111.
Scaly-foot Gastropod. Retrieved from https://www.wired.com/2015/02/absurd-creature-of-the-week-scaly-foot-snail/.
Scaly-foot Gastropod. Retrieved from https://news.mongabay.com/2019/07/from-over-100000-species-assessments-in-iucn-update-zero-improvements/.
Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!