Pengaruh Daging Bagi Iklim

Upaya untuk bisa menekan dampak negatif perubahan iklim tidak bisa hanya dilakukan melalui meja perundingan untuk mengurangi emisi karbon dioksida yang ada di udara. Upaya pengurangan emisi karbon dari dampak peternakan selama ini selalu dipandang sebelah mata, yang mana upaya semacam ini seharusnya lebih diperhatikan dengan menekan masyarakat dalam mengurangi daging sebagai konsumsi utama. Jika dilihat secara tidak langsung, emisi akibat peternakan hewan penghasil protein hewani ialah salah satu sumber emisi terbesar saat ini selain deforestasi yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan (Wihardandi, 2014).
Metana merupakan elemen kedua yang dominan di dalam gas rumah kaca dan sebuah laporan terbaru memperkirakan bahwasanya di Amerika Serikat, emisi gas metan dari berbagai sebab memiliki jumlah yang lebih besar dari perkiraan. Dari berbagai sumber emisi metana yang ada di sekitar manusia, hewan budidaya untuk sumber protein seperti kambing, sapi, kerbau dan domba, ekstraksi bahan bakar fosil serta pembakaran merupakan sumber emisi metana utama dengan jumlah yang terbilang besar. Salah satu cara yang cukup efektif untuk bisa menekan gas metana, menurut pakar ialah dengan menguranginya populasi hewan-hewan jenis ternak, terutama jenis ternak besar. Hewan-hewan ternak tersebut diperkirakan menjadi sumber tunggal terbesar emisi gas metana yang berkaitan dengan manusia. Analisis dari para ahli menunjukkan bahwasanya emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh hewan-hewan ternak seperti kambing dan sapi sekitar 19 hingga 48 kali lebih besar dari produksi tanaman pangan yang mengandung protein tinggi seperti gandum, kedelai, dan kacang-kacangan. Sementara hewan ternak seperti ayam atau babi, hanya menghabiskan gas metana yang tidak lebih besar seperti hewan jenis kambing dan sapi di dalam sistem pencernaan mereka. (Wihardandi, 2014)
Kendati karbon dioksida ialah elemen dominan di dalam gas rumah kaca, namun populasi dunia bisa menekan penyebab pemanasan global dengan jauh lebih cepat dan efektif jika menekan emisi gas metana melalui pengurangan jumlah hewan ternak yang menjadi sumber protein, dibandingkan jika menekan emisi karbon dioksida saja.
Kebermanfaatan Mengurangi Daging untuk Lingkungan

Salah satu artikel National Geographic Indonesia dikatakan bahwa, Food and Agriculture Organization (sebuah badan pangan dunia) merilis suatu penelitian yang menyatakan bahwasanya daging sapi adalah penghasil terbesar emisi karbon yang paling intensif (18%) yang terbilang cukup besar. Jika jumlah emisi karbon terus meningkat, hal ini dapat mempercepat terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah perubahan signifikan yang terjadi pada curah hujan, suhu, dan angin yang terjadi dalam waktu yang terbilang cukup lama, bisa dalam satu atau dua dekade, bahkan lebih. Dampak yang ditimbulkan seperti terjadinya masalah kebutuhan pangan, bencana alam (kekeringan dan banjir), rusaknya ekosistem laut, cuaca ekstrim, serta dapat mengganggu kesehatan dan berperan dalam penyebaran berbagai penyakit, seperti penyakit malaria (Utami, n.d.).
Adanya peternakan sapi menyebabkan para peternak sapi membakar atau menebang hutan (pepohonan) untuk dapat membuka lahan peternakan. Sedangkan kita sangat tahu bahwasanya pohon berperan dalam mengubah gas karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) bagi kehidupan manusia. Selain itu, mengurangi daging dan juga pengurangan hewan ternak dapat meminimalisir degradasi tanah. Degradasi tanah merupakan sebuah proses yang mengakibatkan penurunan kapasitas tanah yang disebabkan oleh adanya aktivitas manusia. Secara umum, degradasi tanah mempunyai arti sebagai penurunan kualitas tanah yang berarti menghilangnya satu ataupun lebih fungsi tanah itu sendiri. Dilansir dari (Pemanasan Global, n.d.) bahwasanya 20% dari pada rumput kesuburannya menurun dikarenakan oleh terlalu banyaknya hewan ternak, yang mana membuat tanah semakin padat dan terkikis.
Persediaan air yang berkurang juga disebabkan oleh banyaknya hewan ternak. Dilansir dari (Utomo, 2018) bahwasanya peternakan sapi membutuhkan air dalam jumlah yang sangat amat besar. Untuk menghasilkan 500 gram sapi, dibutuhkan sekitar 7000 liter air. Adapun dampak buruk untuk kesehatan tubuh. Mengonsumsi daging sapi mempunyai berbagai penyakit yang dapat menyerang pemakannya, seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes dan kanker usus besar.
Fakta yang Terjadi di Lapangan

Klaim yang fundamental yang menyatakan secara global, produksi daging menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca dibanding yang dihasilkan oleh seluruh sektor transportasi. Klaim tersebut sebenarnya tidak seluruhnya benar dan asumsi yang kurang benar ini menyebabkan asumsi yang salah mengenai keterkaitan antara daging dan perubahan iklim. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika, sumber tertinggi Emisi GRK Amerika pada tahun 2016 ialah produksi listrik (28% dari total emisi), transportasi (28%) dan industri (22%). Sektor pertanian menyumbang sekitar 9%. Dari sektor peternakan hewan menyumbang hanya sekitar 3,9% dari total emisi gas rumah kaca AS (United States Environmental Protection Agency, n.d.). Kesalahpahaman ini terjadi dikarenakan pada tahun 2006 Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa menerbitkan sebuah penelitian yang berjudul “ Bayangan Panjang Peternakan,” yang disoroti secara global. Dapat disimpulkan bahwasanya ternak berperan sekitar 18% emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Pada akhirnya, Organisasi Pangan dan Pertanian Bangsa-Bangsa atau FAO menarik sebuah kesimpulan yaitu peternakan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam kerusakan lingkungan dibandingkan dengan semua moda transportasi yang digabungkan.
Klaim terakhir yang salah telah dikoreksi oleh (Steinfeld, 2018), menyebutkan bahwa masalah dari laporan tersebut ada di bagian metodologi analisisnya. Analisis yang dilakukan oleh FAO menggunakan suatu penilaian atau siklus hidup yang cukup komprehensif untuk mempelajari dampak iklim dari hewan ternak, tetapi dengan menggunakan metode yang berbeda ketika FAO menganalisis transportasi. Dalam menganalisis ternak, mereka mempertimbangkan setiap faktor yang mempunyai kaitan dengan produksi daging. Termasuk emisi dari produksi pupuk, menanam pakan, diubahnya lahan dari hutan menjadi padang rumput, dan juga emisi langsung dari hewan. Sedangkan saat mereka menganalisis jejak karbon transportasi, mereka mengabaikan dampak pada iklim proses saat pembuatan bahan baku serta bagian-bagian dari kendaraan, perakitannya, dan pemeliharaan jalan, bandara dan jembatan. Mereka lebih fokus untuk mempertimbangkan emisi yang keluar dari knalpot truk, mobil, pesawat terbang dan kereta api. Hal ini mengakibatkan perbandingan FAO mengenai emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi dan sektor peternakan menjadi sangat terdistorsi.
Kesalahan ini sudah dipaparkan saat pidato sesama ilmuan di San Fransisco pada 22 Maret 2020. Sebagai catatan dan tindakan, FAO segera mengakui kesalahannya. Namun, klaim awal agensi itu yang memaparkan bahwa ternak bertanggung jawab atas sebagian besar dari emisi gas rumah kaca dunia telah menyebar luas ke seluruh dunia. Banyak orang masih merasa bahwa membatasi asupan daging hanya sekali seminggu akan membuat perbedaan besar bagi dunia. Meskipun orang Amerika menghilangkan semua protein hewani dari makanan mereka, menurut sebuah laporan baru-baru ini, mereka hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 2,6%. Menurut penelitian di Universitas California, Davis, jika semua orang Amerika mengikuti praktik Senin Tanpa Daging, maka hanya akan terlihat penurunan 0,5% emisi GRK (National Geographic Indonesia, 2019 ).
Menghapus peternakan dari sektor pertanian akan menurunkan sedikit gas rumah kaca, namun juga akan membuat lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi. Daging memiliki kepadatan nutrisi yang lebih daripada pilihan vegetarian. Memelihara ternak juga menawarkan penghasilan yang baik dan sangat dibutuhkan bagi petani skala mikro di negara berkembang. Di seluruh dunia, ternak menyediakan mata pencaharian untuk lebih dari 1 miliar orang.
Perubahan iklim membutuhkan perhatian segera, dan ada jejak lingkungan yang signifikan dalam industri peternakan yang mempengaruhi udara dan tanah. Hal ini, bersama dengan populasi dunia yang berkembang pesat, menginspirasi kita semua untuk terus mencari cara demi efisiensi industri peternakan yang lebih baik.
Penulis : Dhevin Mulya Rayhan
Referensi Literatur
National Geographic Indonesia. (2019 , Maret 24 ). Dampak Makan Daging Terhadap Perubahan Iklim, Tidak Seperti yang Dibayangkan? Retrieved from National Geographic Indonesia: Diakses pada 16 Februari 2021, dari https://nationalgeographic.grid.id/read/131674193/dampak-makan-daging-terhadap-perubahan-iklim-tidak-seperti-yang-dibayangkan?page=all
Pemanasan Global. (n.d.). Dampak Pola Makan Daging Terhadap Lingkungan. Retrieved from Pemanasan Global: 16 Februari 2021, dari http://pemanasanglobal.net/vegetarian/dampak_pola_makan_daging_terhadap_lingkungan.htm
Steinfeld, A. M. (2018 , September 18 ). Cars or livestock: which contribute more to climate change? Retrieved from News Trust: https://news.trust.org/item/20180918083629-d2wf0
United States Enviromental Protection Agency. (n.d.). Inventory of U.S. Greenhouse Gas Emissions and Sinks. Retrieved from United States Enviromental Protection Agency: 16 Februari 2021, dari https://www.epa.gov/ghgemissions/inventory-us-greenhouse-gas-emissions-and-sinks
Utami, S. F. (n.d.). Kenapa Mengurangi Daging Bermanfaat Untuk Lingkungan? Retrieved from Zero Waste Indonesia: 16 Februari 2021, dari https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/kenapa-mengurangi-daging-bermanfaat-untuk-lingkungan/
Utomo, H. F. (2018, Okt 12). Kurangi Makan Daging Jika Ingin Selamat Perubahan Iklim, Ini Alasannya. Retrieved from Liputan 6: 16 Februari 2021, dari https://www.liputan6.com/global/read/3665259/kurangi-makan-daging-jika-ingin-selamat-perubahan-iklim-ini-alasannya
Wihardandi, A. (2014, January 3 ). Penelitian: Mengurangi Konsumsi Daging, Signifikan Tekan Pemanasan Global. Retrieved from Mongabay: 16 Februari 2021, dari https://www.mongabay.co.id/2014/01/03/penelitian-mengurangi-konsumsi-daging-signifikan-tekan-pemanasan-global/
Referensi Gambar
https://www.pexels.com/photo/black-cattle-on-bed-of-yellow-petaled-flowers-1175048/
https://www.pexels.com/photo/herd-of-brown-calf-953966/
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!