
LindungiHutan.com, Semarang. Pada akhir tahun 2017 lalu, spesies baru dari keluarga Orang utan ditemukan. Orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dinobatkan sebagai spesies orang utan ketiga setelah Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Spesies ini menjadi tambahan spesies baru di kelompok kera raksasa dalam kurun waktu satu abad terakhir.
Orang utan Tapanuli memiliki tengkorak yang lebih kecil dibandingkan orang utan Borneo dan Sumatera, tapi memiliki taring yang lebih besar. Spesies ini diketahui hidup di kawasan hutan Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Keberadaan sekelompok orangutan di daerah ini pertama kali dilaporkan pada 1939. Namun orangutan Batang Toru belum ditemukan hingga 1997, dan kemudian dikonfirmasi pada 2003. Peneliti dari Australia National University kemudian mulai meneliti lebih lanjut untuk melihat apakah kelompok orang utan yang terisolasi ini benar-benar suatu spesies unik.
Perbedaan genetika adalah alasan pertama untuk menjadikan Orang utan jenis ini sebagai spesies tersendiri. Ternyata pemisahan genetika dari Orangutan Sumatera terjadi sekitar 3,38 juta tahun silam, sedangkan pemisahan dari Orang utan Kalimantan terjadi sekitar 670.000 tahun yang lalu.
Yuk Kenalan sama Orang Utan Tapanuli!

Adapun perbedaan fisik antara Orang utan Tapanuli dan kedua jenis yang lain:
- Tengkorak dan tulang rahang lebih halus daripada Orang utan Sumatera dan Orang utan Kalimantan;
- Bulunya lebih tebal dan keriting;
- Orang utan Tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang;
- Warna bulunya berwarna cokelat kayu manis, berbeda dengan warna bulu Orangutan Kalimantan yang berwarna cokelat gelap atau Orang utan Sumatera yang berwarna cokelat kemerahan;
- Mereka berbeda dengan fosil orang utan (berasal dari jaman Pleistosen akhir) berdasarkan ukuran gigi geraham;
- Panggilan jarak jauh (long call) jantan dewasa berbeda dengan panggilan dari kedua jenis orang utan lain;
Yuk, Adakan Penghijauan di Daerahmu!
Bersama LindungiHutan, Menghijaukan Indonesia.
- Orang utan Tapanuli memakan jenis tumbuhan yang belum pernah tercatat sebagai jenis pakan, termasuk biji Aturmangan (Casuarinaceae), buah Sampinur Tali/Bunga (Podocarpaceae) dan Agatis (Araucariaceae).
Orang utan Tapanuli sangat lambat berkembangbiak dan betinanya punya anak pertama di umur 15 tahun, dengan jarak antar melahirkan anak sekitar 8 atau 9 tahun. Mereka hidup sampai umur 50-60 tahun. Spesies ini tersisa kurang dari 800 individu, dan tergolong spesies hampir punah.
Baca Lainnya : Edelweis: Bunga Abadi yang Tak Boleh Dipetik
Habitatnya yang mulai dibuka untuk industri maupun penggunaan lain semakin mengancam keberadaan mereka. Dibutuhkan peran berbagai pihak untuk menyelamatkan spesies Orangutan Tapanuli ini.
Orang utan adalah salah satu indikator deforestasi, sehingga apabila populasi mamalia ini berkurang, artinya luasan hutan juga menyusut. Semoga dengan semakin banyaknya orang yang peduli lingkungan, hutan Indonesia akan tetap terjaga dan keberadaan satwa seperti Orangutan ini akan terus terjaga ya Sahabat. (Kika)*
Referensi: BBC Indonesia, Batang Toru, Kompas
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di daerahmu. Selain daerahmu, kamu juga bisa membantu menghijaukan daerah lainnya di Indonesia lho!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!