Padang lamun merupakan salah satu ekosistem penting di pesisir laut. Ekosistem pesisir umumnya terdiri atas 3 komponen penyusun yaitu lamun, terumbu karang serta mangrove. Ketiga ekosistem tersebut membuat wilayah pesisir menjadi daerah yang relatif sangat subur dan produktif. Padang lamun (seagrass) adalah kumpulan dari tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal.
Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang sangat kompleks. Distribusi tumbuhan lamun cakupannya sangat luas, mulai dari perairan dangkal di selandia baru, hingga perairan pesisir di benua Afrika. Dari 12 genus (jenis) yang telah diketahui, 7 jenis diantaranya berada di wilayah tropis. Keragaman jenis (diversity) tertinggi padang lamun berada pada daerah Indo-Pasifik Barat. Komoditas tumbuhan lamun di wilayah tersebut mempunyai diversitas yang kompleks dibanding daerah lainya. Padang lamun di daerah tropis merupakan ekosistem alam yang paling produktif. Data yang pernah diperoleh, produktivitasnya bisa sampai 1.300 sampai dengan 3.000 gr berat kering /m2/ tahun (Zieman, 1975). Selain produktivitasnya yang tinggi, lamun juga mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan dan kepadatan lamun sangat dipengaruhi oleh pola pasang surut, turbiditas, salinitas, suhu perairan, dan aktivitas manusia.
Ekosistem padang lamun berfungsi sebagai penyuplai energi, baik pada zona bentik maupun pelagis. Detritus daun lamun yang tua didekomposisi oleh sekumpulan jasad bentik (seperti teripang, kerang, kepiting, dan bakteri), sehingga dihasilkan bahan organik, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut dalam bentuk nutrien. Nutrien tersebut tidak hanya bermanfaat bagi tumbuhan lamun, tetapi juga bermanfaat untuk pertumbuhan fitoplankton dan selanjutnya zooplankton, dan juvenil ikan atau udang. ekosistem padang lamun bukan merupakan entitas yang terisolasi, tetapi berinteraksi dengan ekosistem lain di sekitarnya. Interaksi terpenting ekosistem padang lamun adalah dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang, dimana terdapat 5 tipe interaksi antara ketiga ekosistem tersebut: fisik, bahan organik terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna dan dampak manusia. Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, sehingga tumbuhan lamun dan beraneka ragam serta berlimpahnya organisme yang berasosiasi dengan padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai: tempat pemancingan, wisata bahari, bahan baku pakan artifisial untuk ikan dan hewan ternak, sumber pupuk hijau, areal marikultur (ikan, teripang, kerang, tiram, dan rumput laut), bahan baku kerajinan anyaman, dan sebagainya.
Biologi Lamun
Klasifikasi
lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan sejati yang tumbuh di daratan (Tomlinson, 1974). Lamun senantiasa membentuk hamparan permadani di laut yang terdiri dari satu spesies (monospecific; banyak terdapat di daerah temperate) atau lebih dari satu spesies (multi specific; banyak terdapat di daerah tropis) yang selanjutnya disebut padang lamun. Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan, serta mampu hidup secara permanen di bawah permukaan laut yang dangkal. Lamun menghasilkan buah dan menyebarkan bibit seperti tumbuhan darat pada umumnya. Khusus untuk genera di daerah tropis memiliki morfologi yang berbeda sehingga pembedaan spesies dapat dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi. Tumbuhan Lamun merupakan tumbuhan laut yang secara utuh memiliki perkembangan sistem perakaran dan rizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada sub kelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang tumbuh di laut. Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat hidup pada lingkungan laut. Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk toleransi terhadap kadar garam yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di substrat sebagai jangkar, dan juga untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam. Lamun tidak memiliki stomata. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hydrophilus yakni kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air. Taksonomi Lamun menurut den Hartog (1970) adalah sebagai berikut:
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonacea
Subfamili : Zosteroideae
Genus : Zostera, Phyllospadix, dan Heterozostera
Habitat
Lamun terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah sub-tropis. Lamun pada umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun (Thalassia) adalah substrat dasar dengan pasir kasar. Habitat lamun dapat juga dilihat sebagai suatu ekosistem, dalam hal ini hubungan hewan dan tumbuhan tadi dilihat sebagai suatu proses yang dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika, kimia.

Manfaat dan Fungsi Padang Lamun
Habitat dan Tempat Berlindung
Sejumlah spesimen dari Echinothambema ditemukan pada rhizome lamun, Biota tersebut menggunakan rhizome lamun hanya sebagai tempat berlindung. Kondisi ini juga ditemukan pada beberapa jenis biota dari Isopoda amphipoda. Spesimen Isopoda ada yang ditemukan pada bagian dalam dan luar dari rhizome Thalassia.
Tempat Mencari Makan

Amphipoda dari jenis Onesimoides sp. yang menggunakan Thalassia sebagai sumber makanan. Biasanya fauna ini ditemukan dalam potongan-potongan kayu yang di dalamnya terdapat detritus lamun. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lamun merupakan makanan dari fauna herbivorous di perairan laut dalam yang berdekatan dengan daerah padang lamun yang padat di daerah laut dangkal salah satunya adalah sapi laut (dugong)
Perangkap Sedimen
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Di samping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi.
Peranan untuk Manusia
Tumbuhan lamun digunakan sebagai komoditi dan sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk: 1. Kompos dan pupuk 2. Cerutu dan mainan anak-anak 3. Dianyam menjadi keranjang 4. Tumpukan untuk pematang 5. Mengisi kasur 6. Ada yang dimakan 7. Bahan jaring ikan Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk: 1. Penyaring limbah 2. Stabilizator pantai 3. Bahan untuk pabrik kertas 4. Makanan 5. Obat-obatan 6. Sumber bahan kimia.
Penyebab Kerusakan Padang Lamun
Secara umum, penyebab rusaknya padang lamun adalah sebagai berikut:
Aktivitas Manusia
Kegiatan manusia di wilayah pesisir seperti perikanan, pembangunan perumahan, pelabuhan dan rekreasi, baik langsung maupun tidak langsung juga dapat mempengaruhi eksistensi lamun. Fauna yang berasosiasi dengan lamun biasanya sensitif oleh adanya siltasi dan rendahnya kadar oksigen terlarut akibat tingginya BOD (keperluan oksigen bagi makhluk hidup) di daerah lamun. Oleh karena itu segala bentuk perubahan di wilayah pesisir akibat aktivitas manusia yang tidak terkontrol dapat menimbulkan gangguan fungsi sistem ekologi padang lamun. Fenomena ini akan berpengaruh terhadap hilangnya unsur lingkungan seperti daerah pemijahan, nursery ground bagi ikan maupun udang. Ancaman kerusakan ekosistem padang lamun di perairan pesisir juga berasal dari aktivitas masyarakat dalam mengeksploitasi sumberdaya ekosistem padang lamun dengan menggunakan potasium sianida, sabit dan gareng serta pembuangan limbah industri pengolahan ikan, sampah rumah tangga, dan pasar tradisional.
Ancaman Alam
Ancaman-ancaman alami terhadap ekosistem lamun berupa angin topan, siklon (terutama di Philipina), gelombang pasang, kegiatan gunung berapi bawah laut, interaksi populasi dan komunitas (pemangsa dan persaingan), pergerakan sedimen dan kemungkinan hama dan penyakit, vertebrata pemangsa lamun seperti sapi laut. Di antara hewan invertebrata, bulu babi adalah pemakan lamun yang utama. Meskipun dampak dari pemakan ini hanya setempat, tetapi jika terjadi ledakan populasi pemakan tersebut akan terjadi kerusakan berat. Gerakan pasir juga mempengaruhi sebaran lamun. Bila air menjadi keruh karena sedimen, lamun akan bergeser ke tempat yang lebih dalam yang tidak memungkinkan untuk dapat bertahan hidup.
Rehabilitasi Padang Lamun
Rehabilitasi Lunak
Rehabilitasi lunak bertujuan untuk penanggulangan akar masalah kerusakan padang lamun, dengan asumsi jika akar masalah dapat diatasi, maka lingkungan akan mempunyai kesempatan untuk merehabilitasi dirinya sendiri secara alami. Beberapa tindakan rehabilitasi lunak adalah sebagai berikut:
Kebijakan dan strategi pengelolaan. Dalam pengelolaan lingkungan diperlukan kebijakan dan strategi yang jelas untuk menjadi acuan pelaksanaan oleh para pemangku kepentingan (stakeholders). misalnya Pendidikan mengenai lingkungan termasuk pentingnya melestarikan lingkungan padang lamun. Pendidikan dapat disampaikan lewat jalur formal maupun nonformal. Kegiatan formal mencakup penyelenggaraan pengetahuan yang disampaikan melalui kurikulum sekolah atau kampus. Sedangkan, kegiatan pendidikan nonformal dilakukan dengan cara mengikuti komunitas, pelatihan, ataupun organisasi yang terkait dengan konservasi lamun.
berikutnya adalah Pengembangan riset. Riset diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akurat untuk mendasari pengambilan keputusan dalam pengelolaan lingkungan.
Rehabilitasi Keras

Rehabilitasi keras merupakan kegiatan langsung perbaikan lingkungan di lapangan. Hal Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan rehabilitasi lingkungan atau dengan transplantasi lamun di lingkungan yang perlu direhabilitasi. Penanaman lamun yang dikenal dengan sebutan transplantasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki atau mengembalikan habitat yang telah mengalami kerusakan. Macam-macam transplantasi adalah sebagai berikut.
- Metode Seedling: Biji lamun biasanya dikoleksi dari buah yang sudah matang atau diambil dari bibit yang tumbuh pada permukaan sedimen. Untuk memanennya, buah dipotong dari tangkainya dan dipecah yang menghasilkan 4 atau lima biji. Biji dan benih segera ditanam atau ditaruh di lapangan atau laboratorium dan disiram dengan air laut yang mengalir.
- Metode Spring Anchored: Metode spring yaitu pengambilan bibit tanaman dengan pisau atau parang dan ditranspinatsai tanpa substratnya. Untuk penanaman dengan metode spring dengan jangkar biasanya dilakukan pada arus dengan 1,5 knot (kira-kira 3 km per jam) atau pada daerah dengan gelombang akibat angin.
- Metode Plug: Metode plug yaitu pengambilan bibit tanaman dengan patok paralon dan tanaman dipindahkan dengan substratnya. Biasanya menggunakan paralon (PVC) dengan diameter 10 cm untuk jenis Halodule, sedangkan untuk Zostera, Thalassia dan Syringodium dengan diameter 15-20 cm. Metode plug dengan menekan ke tanaman masuk ke substratnya, kemudian ditransplantasi pada lubang yang sama pada kedalaman 15-20 cm.
Penulis: Raihan Rivai
Dikurasi Oleh: Daning Krisdianti
Referensi Literatur
Hartog, C.den.1970. Seagrass of the world. North-Holland Publ.Co. Amsterdam Jannasch, H. W., K. Eimhjellen, CO. WIRSEN and A. F. Armanfarmian, 1971.
Irawan, Andri. 2019.Mengapa padang lamun di Kawasan Perlindungan Laut Indonesia masih terancam. Ini penjelasan ahli. 2019. https://theconversation.com/mengapa-padang-lamun-di-kawasan-perlindungan-laut-indonesia-masih-terancam-ini-penjelasan-ahli-127327. Diakses 12 Januari 2021 Pukul 19.38
Phillips dan H. P. Calumpong. 1983. Sea Grass from the Philippines. Smithsonian Cont. Mar. Sci. 21. Smithsonian Inst. Press, Washington.
Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan. 3(1): 9-29
Thomlinson, P.B. 1974. Vegetative morphology and meristem dependence – the Foundation of Productivity in seagrass. Aquaculture 4: 107-130.
Zieman, J.C. 1975. “Tropical seagrass ecosystems and pollution” In Tropical Marine pollution. E.J. Ferguson wood & R.E. Johannes (ed.). Elsevier Sci. Publsher. Co. Amsterdam pp. 63-73.
Referensi Gambar
https://www.kompasiana.com/nadyaa/5afb1e68dd0fa80d5b540782/padang-lamun-dengan-segala-manfaatnya
https://www.gurugeografi.id/2017/03/ekosistem-padang-lamun-dan.html
https://maritimenews.id/2019/10/25/fakta-menarik-tentang-dugong/
http://kindiver.blogspot.com/2011/11/lamun-seagrass.html
LindungiHutan.com adalah Platform Crwodfounding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dan bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!