
Pembahasan mengenai pemanasan global (global warming) seolah tiada habisnya. Mulai diobservasi sejak era praperiode industri (antara tahun 1850 hingga 1900), fenomena ini masih terjadi dan terus diteliti hingga sekarang. Berbicara mengenai pemanasan global, pasti tak lepas kaitannya dengan fenomena mencairnya permukaan es di belahan bumi paling utara dan selatan. Ada dua tempat yang perlu mendapatkan sorotan mengenai kejadian ini, yakni Greenland dan Antartika.
Greenland dan Antartika: Dataran Dingin yang Diselimuti Es

Tidak seperti namanya yang berarti “daratan hijau”, kurang lebih sebesar 80% permukaan Greenland diselimuti oleh es. Terletak di sekitar Lingkar Arktik (Arctic Circle), Greenland beriklim tundra di bagian pesisir serta memiliki iklim tudung es (ice cap) di bagian pedalamannya. Lapisan es Greenland memiliki tebal sekitar tiga kilometer, menjadikannya cukup untuk menutupi area seluas Meksiko (Hotz, 2006). Sebagai lapisan es terbesar kedua di dunia, Greenland memiliki pengaruh besar pada iklim dunia.
Antartika terletak di belahan bumi paling selatan. Berdasarkan data dari NSIDC, lapisan es Antartika mengandung 30 juta kilometer kubik es, hampir 18 kali lebih besar daripada jumlah es yang terkandung di Greenland (1,7 juta kilometer kubik). Apabila dijumlahkan, maka lapisan es di Antartika dan Greenland menyumbang kontribusi sebesar 99% dari jumlah air bersih dunia dalam wujud es. Dengan jumlahnya yang besar, mencairnya lapisan es di Greenland dan Antartika akan membawa perubahan drastis pada rupa permukaan bumi.
Proses dan Dampak Pencairan Lapisan Es
Lapisan es terbentuk akibat adanya akumulasi presipitasi berupa salju di suatu daratan dalam waktu yang lama. Kumpulan es yang terbentuk akan mengalir dalam wujud gletser menuju lautan berkat adanya gravitasi. Begitu mencapai permukaan laut, bongkahan es (iceberg) perlahan akan terpecah menjadi bagian yang lebih kecil dan membentuk lautan es (King, dkk., 2016). Kondisi es yang lebih tipis dengan luas permukaan yang lebih besar akan mempercepat proses pencairan. Es yang telah mencair akan menguap bersama air laut dan melanjutkan siklus hidrologinya; turun kembali menjadi salju di daratan.

Apabila jumlah es yang mencair di lautan sama dengan jumlah salju yang turun ke daratan, maka ketinggian permukaan air laut akan tetap sama. Namun, bila volume es yang meleleh jauh lebih besar dibanding turunnya salju, maka permukaan air laut akan mengalami kenaikan (Smith, 2020). Sayangnya, dari tahun ke tahun, laju pencairan es di Greenland jauh lebih tinggi (dan semakin meninggi) ketimbang laju pembentukannya. Hal ini menyebabkan jumlah es di Greenland semakin berkurang tiap tahunnya, yang dibuktikan dengan grafik massa es di Greenland sebagai berikut.

Kondisi semisal juga dialami oleh lapisan es di Antartika. Sejak tahun awal dekade 2000-an, massa es di Antartika terus mengalami tren penurunan tiap tahunnya. Meskipun penurunan massanya hanya setengah dari yang dialami Greenland dalam rentang waktu yang sama, berkurangnya lapisan es di Antartika dapat membawa dampak buruk bagi dunia. Dampak yang paling terasa akibat pencairan es adalah kenaikan permukaan air laut.

Berperan sebagai penyimpan es terbesar di dunia, mencairnya seluruh lapisan es di Greenland dan Antartika hampir sama akibatnya dengan pencairan es di seluruh belahan dunia. Berdasarkan data dari USGS, mencairnya seluruh es di Antartika Timur dan Barat akan berkontribusi pada kenaikan air laut setinggi masing-masing 52 dan 3,3 meter. Apabila ditambah dengan pencairan es di Greenland yang menaikkan permukaan air laut setinggi 7 meter, maka permukaan laut akan mengalami peningkatan sebesar 62,3 meter. Di sisi lain, mencairnya seluruh es yang bukan berasal dari Greenland dan Antartika hanya akan memberi kenaikan sebesar 0,5 meter (Bump, 2013). Visualisasi dari kenaikan air laut dan tenggelamnya wilayah pesisir di belahan dunia dapat diakses di salah satu artikel milik National Geographic.
Penyebab Cepatnya Pencairan Es di Greenland dan Antartika
Pemanasan global memainkan peranan penting dalam pencairan lapisan es di Greenland. Greenland berada di wilayah Arktik, yang menghangat dua hingga empat kali lebih cepat dibanding rata-rata dunia (Screen, 2012). Pada akhir abad ke-21, rata-rata temperatur dunia diproyeksikan akan mengalami kenaikan sebesar 3 derajat Celcius. Namun, pada daerah Arktik, rata-rata temperatur tahunannya akan meningkat sebesar 6 derajat Celcius, serta mencapai 10 derajat Celcius pada musim dingin dalam periode yang sama (Meltofte, 2008).
Kabar terkini, belahan bumi bagian utara mencatatkan rekor musim panas terpanasnya pada bulan Agustus 2020 kemarin (DTE, 2020). Menghangatnya bumi belahan utara akan mempengaruhi iklim di Greenland bagian selatan. Konsekuensinya, lapisan es di Greenland akan terus mengalami pencairan es yang lebih cepat seiring menghangatnya Greenland hingga 8 derajat Celcius pada awal abad ke-22 (Gregory dkk., 2004; Huybrechts dkk., 2004).

Tak hanya Greenland, Antartika pun mengalami hal serupa. Arus lingkar Antartika (Antarctic Circumpolar Current), arus air laut terbesar di dunia, menghangat lebih cepat dibanding seluruh laut di dunia. Sebab itu, lapisan es di Antartika Barat menipis dengan signifikan. Selain itu, berlubangnya lapisan ozon turut menyebabkan angin barat (westerlies) yang hangat berhembus lebih kencang di sepanjang bagian timur Semenanjung Antartika. Fenomena ini mengakibatkan hilangnya 90% gletser di Semenanjung Antartika (Turner dkk., 2009).
Pencegahan Pencairan Lapisan Es
Meski pencairan lapisan es ini terjadi di belahan dunia yang amat jauh dari rumah kita, dampak dari peningkatan permukaan air laut ini akan mempengaruhi kehidupan yang ada di sekitar kita, lho. Oleh karena itu, kita perlu berkontribusi pada pencegahan atau pengurangan efek pemanasan global. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi emisi karbon lewat metode carbon offset. Dengan meningkatkan kepedulian mulai dari diri masing-masing, kita turut berkontribusi untuk menjadikan bumi yang lebih baik.
Penulis: Salman Albir Rijal
Referensi Literatur
Bump, P. (2013). This Map of Sea Level Rise Is Probably Wrong. It’s Too Optimistic. Retrieved 11 February 2021, from https://www.theatlantic.com/politics/archive/2013/11/map-sea-level-rise-probably-wrong-its-too-optimistic/354766/.
Gregory, J. M., Huybrechts, P. & Raper, S. C. B. 2004 Threatened loss of the Greenland ice-sheet.Nature428, 616. (doi:10.1038/428616a).
Hofer, S., Lang, C., Amory, C. et al. Greater Greenland Ice Sheet contribution to global sea level rise in CMIP6. Nat Commun 11, 6289 (2020). https://doi.org/10.1038/s41467-020-20011-8.
Hotz, R. (2006). Greenland’s Ice Sheet Is Slip-Sliding Away. Retrieved 9 February 2021, from https://www.latimes.com/archives/la-xpm-2006-jun-25-sci-greenland25-story.html.
Huybrechts, P., Gregory, J., Janssens, I. & Wild, M. 2004 Modelling Antarctic and Greenland Volume changes during the 20th and 21st centuries forced by GCM time slice integrations.Global Planet. Change 42, 83–105. (doi:10.1016/j.gloplacha.2003.11.011).
King, M., Galton-Fenzi, B., & Hobbs, W. (2016). Cold and calculating: what the two different types of ice do to sea levels. Retrieved 10 February 2021, from https://theconversation.com/cold-and-calculating-what-the-two-different-types-of-ice-do-to-sea-levels-59996.
Meltofte, H. (2008). High-Arctic Ecosystem Dynamics in a Changing Climate (1st ed.). Academic Press.
National Snow and Ice Data Center. (n.d.). Quick Facts on Ice Sheets. Retrieved from https://nsidc.org/cryosphere/quickfacts/icesheets.html.
Screen, J. A., Deser, C., and Simmonds, I. (2012), Local and remote controls on observed Arctic warming, Geophys. Res. Lett., 39, L10709, doi:10.1029/2012GL051598.
Smith, B., Fricker, H., Gardner, A., Medley, B., Nilsson, J., & Paolo, F. et al. (2020). Pervasive ice sheet mass loss reflects competing ocean and atmosphere processes. Science, 368(6496), 1239-1242. doi: 10.1126/science.aaz5845.
Stendel, M., Christensen, J. H., & Petersen, D. (2008). Arctic Climate and Climate Change with a Focus on Greenland. Advances in Ecological Research, 13–43. doi:10.1016/s0065-2504(07)00002-5
Turner, J. (2009). Antarctic climate change and the environment. Cambridge, U.K.: Scientific Committee on Antarctic Research.
Referensi Gambar
- https://www.businessinsider.com/r-worlds-largest-marine-park-created-in-antarctic-ocean-2016-10?r=US&IR=T
- https://nsidc.org/cryosphere/quickfacts/icesheets.html
- https://theconversation.com/cold-and-calculating-what-the-two-different-types-of-ice-do-to-sea-levels-59996
- https://climate.nasa.gov/vital-signs/ice-sheets/
- https://climate.nasa.gov/vital-signs/ice-sheets/
- https://openparachute.wordpress.com/tag/antarctic-circumpolar-current/
Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!