Hampir tiga perempat permukaan bumi tertutup oleh air. Sayangnya, hanya sekitar 2,5% di antaranya yang merupakan air tawar, yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan air tawar terbukti menjadi daya tarik utama bagi manusia untuk mempertimbangkan tempat bermukim (Bertuzzo, 2007). Dengan meningkatnya intensitas kegiatan manusia di sekitar sungai, berbagai dampak ekologis pun terjadi. Salah satunya adalah makin masifnya sedimentasi yang terjadi di sungai.
Sekilas Mengenai Sedimentasi

Secara umum, istilah sedimentasi berarti pengendapan. Pengendapan terjadi ketika partikel-partikel padat dalam suatu suspensi memisahkan diri dari mediumnya yang berupa cairan. Hal ini disebabkan oleh pergerakan partikel sebagai respons terhadap suatu gaya yang beraksi pada partikel tersebut. Gaya tersebut bisa berupa elektromagnetik, gravitasi, atau percepatan sentrifugal.
Namun, pada lingkup geografi serta geologi, istilah ini mengacu pada peristiwa yang berlawanan dengan erosi. Erosi adalah suatu peristiwa perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu fluida. Sedimentasi terjadi ketika material yang mengalami perpindahan memisahkan diri dari aliran fluida sebab melambatnya aliran tersebut (Department of Water and Environmental Regulation, 2015). Hasil dari sedimentasi adalah pembentukan daratan hasil pengendapan (depositional landform), salah satu contohnya adalah pantai.
Penyebab dan Proses Terjadinya Sedimentasi di Sungai
Faktor Alam

Proses sedimentasi diawali dengan pelapukan batuan di pegunungan atau dataran tinggi, atau yang biasa dikenal dengan istilah weathering. Batuan yang telah lapuk atau tergerus berkat aliran air akan terbawa oleh aliran air yang cukup deras di sungai-sungai yang terletak di pegunungan. Pecahan batuan tersebut, yang disebut sebagai sedimen, akan terbawa ke daratan yang lebih rendah dan juga landai. Proses transportasi sedimen ini disebut sebagai erosi.
Pada mulanya, sedimen yang merupakan bebatuan berukuran besar yang telah lapuk atau tergerus air akan mengalir ke daratan yang lebih rendah. Dalam proses ini, sedimen yang masih berukuran cukup besar akan saling bertabrakan dan ukurannya menjadi lebih kecil. Kemudian, di daratan yang lebih landai, contohnya pesisir, air mengalir lebih lambat dan perlahan akan kehilangan kapasitasnya untuk membawa sedimen. Alhasil, sedimen pun jatuh dan terjadilah proses sedimentasi.
Faktor Buatan/Manusia

Meski proses perpindahan sedimen adalah kejadian yang terjadi secara alami, kegiatan manusia di sekitar sungai dapat mempengaruhi intensitas sedimentasi yang ada. Riset mengenai pengaruh perubahan iklim dan berbagai kegiatan manusia terhadap sedimentasi di sungai telah dilakukan oleh banyak ahli di berbagai belahan dunia (contohnya: Schumm, 1977; Goudie, 2000; Knighton, 1998; Molman, 1967; Mead, 1982).
Penelitian dari D.E. Walling pada tahun 2006 berkesimpulan bahwa peningkatan jumlah sedimen di muara disebabkan oleh pembukaan lahan untuk agrikultur serta kegiatan yang merusak tanah seperti pertambangan atau penebangan hutan. Tanah yang digunakan untuk agrikultur cenderung lebih rentan mengalami erosi karena lahannya bersifat terbuka dan sering dilewati air. Tingginya laju urbanisasi juga turut meningkatkan intensitas erosi yang terjadi di sungai. Penggunaan dan pencemaran air yang masif dalam produksi di bidang pertanian dan industri (berkaitan dengan konsep virtual water) juga dapat menambah sedimen yang beracun.
Selain berdampak pada penambahan jumlah sedimen, kegiatan manusia juga dapat berpengaruh pada berkurangnya sedimentasi. Pengurangan sedimentasi di hilir terlihat baik karena seolah merefleksikan adanya konservasi lahan ataupun kontrol sedimen yang baik di hulu. Namun, pada kenyataannya, berkurangnya sedimentasi di hilir ini biasanya disebabkan oleh adanya sedimentasi di waduk buatan. Adanya sedimentasi membuat waduk tidak dapat dimanfaatkan secara optimal (Wang, 2004).
Dampak Terjadinya Sedimentasi

Masalah yang berkaitan dengan sedimentasi bisa terjadi di hulu maupun hilir sungai. Dampak utama dari sedimentasi adalah berkurangnya kapasitas sungai atau waduk dalam menampung air, yang akan memiliki efek serius berupa tereduksinya suplai air, produksi listrik tenaga air, irigasi, hingga keefektifan penanggulangan banjir. Deposit sedimen yang berlebihan di hulu juga dapat meningkatkan peluang banjir di daratan yang lebih landai (Wang, 2005). Di lain sisi, berkurangnya jumlah sedimen dari hulu juga dapat mengancam keberlangsungan dataran delta yang tergerus oleh ombak dari lautan (Syvitski dkk., 2009).
Di area hilir, sedimentasi telah teridentifikasi sebagai stresor utama dari keberadaan dan pemulihan spesies terumbu karang serta habitatnya. Sedimen yang terdeposit akan melembutkan permukaan terumbu karang dan mengganggu kemampuan spesies tersebut untuk makan, tumbuh, hingga bereproduksi. Selain itu, sedimentasi juga berpengaruh pada mortalitas ikan dewasa, pengurangan keberagaman spesies invertebrata, hingga produktivitas plankton dan alga (Griffiths, 1978).
Pengontrolan Sedimentasi di Sungai

Terdapat pendekatan yang berbeda dalam mengontrol jumlah sedimen yang ada di air sungai. Untuk aliran sungai yang dibendung menjadi waduk, bentuk pengontrolan yang digunakan adalah dengan menahan air yang bersih lalu melepas air dengan kekeruhan tinggi (yang membawa banyak sedimen). Selain itu, pengerukan dasar waduk juga dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sedimen yang mengendap (Wang, 2009). Strategi pembangunan check dam yang berfungsi untuk memperlambat laju aliran air serta memerangkap sedimen juga biasa dilakukan dalam mengurangi jumlah sedimen yang terbawa air.
Selain itu, terasering juga merupakan strategi yang efektif dalam mengurangi terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan oleh struktur terasering yang tahan terhadap erosi. Terasering menjadi salah satu faktor berkurangnya sedimentasi yang terjadi di Yellow River, Cina (UNESCO dan IRTCES, 2011). Tak hanya di negara Cina, penelitian mengenai keberhasilan terasering dalam memerangkap sedimen juga dibuktikan di Desa Keji, Kab. Semarang (Sukristiyonubowo dkk., 2018).
Penulis: Salman Albir Rijal
Dikurasi oleh: Citra Isswandari Putri
Referensi:
Bertuzzo, E., Maritan, A., Gatto, M., Rodriguez-Iturbe, I. and Rinaldo, A., 2007. River networks and ecological corridors: Reactive transport on fractals, migration fronts, hydrochory. Water Resources Research, 43(4).
Griffiths, W., & Walton, B. (1978). The effects of sedimentation on the aquatic biota. https://doi.org/10.7939/R3930NZ3J
Sukristiyonubowo, S., Gabriels, D., & Verlooc, M. (2013). SEDIMENT TRAPPING BY TERRACED PADDY FIELD ON SLOPPING AGRICULTURAL LAND. Indonesian Journal Of Agricultural Science, 11(2), 57. https://doi.org/10.21082/ijas.v11n2.2010.p57-64
Sun, X., Li, C., Kuiper, K., Zhang, Z., Gao, J., & Wijbrans, J. (2016). Human impact on erosion patterns and sediment transport in the Yangtze River. Global And Planetary Change, 143, 88-99. https://doi.org/10.1016/j.gloplacha.2016.06.004
Syvitski, James P. M. (2008-04-01). “Deltas at risk”. Sustainability Science. 3 (1): 23–32. doi:10.1007/s11625-008-0043-3. ISSN 1862-4057.
Syvitski, James P. M.; Kettner, Albert J.; Overeem, Irina; Hutton, Eric W. H.; Hannon, Mark T.; Brakenridge, G. Robert; Day, John; Vörösmarty, Charles; Saito, Yoshiki; Giosan, Liviu; Nicholls, Robert J. (2009-10-01). “Sinking deltas due to human activities”. Nature Geoscience. 2 (10): 681–686. doi:10.1038/ngeo629. hdl:1912/3207. ISSN 1752-0908.
WA.gov.au. 2021. Erosion and Sedimentation. [online] Available at: <https://www.water.wa.gov.au/water-topics/waterways/threats-to-our-waterways/erosion-and-sedimentation#:~:text=Sedimentation%20occurs%20when%20eroded%20material,by%20the%20flow%20of%20water.> [Accessed 20 February 2021].
Walling, D. (2006). Human impact on land–ocean sediment transfer by the world’s rivers. Geomorphology, 79(3-4), 192-216. https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2006.06.019
Wang, G., B. Wu, and Z.-Y. Wang (2005), Sedimentation problems and management strategies of Sanmenxia Reservoir,Yellow River, China, Water Resour. Res., 41, W09417, doi:10.1029/2004WR003919.
Wang, Z., & Hu, C. (2009). Strategies for managing reservoir sedimentation. International Journal Of Sediment Research, 24(4), 369-384. https://doi.org/10.1016/s1001-6279(10)60011-x
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk melakukan kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di daerahmu. Mari kita sama-sama melestarikan lingkungan dan menjaganya.