Peran Lumut Kerak sebagai Bioindikator Kualitas Udara

[1] Lichen (Photo credit: earthlife.net)
[1] Lichen (Photo credit: earthlife.net)

Sekilas tentang Lumut Kerak

Lumut Kerak atau Lichen bukan hanya sekedar tumbuhan lumut biasa. Lumut ini termasuk dalam tumbuhan perintis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Lumut Kerak yang biasa tumbuh dengan menempel di batu mampu melapukkan batu yang ditempelinya. Batu yang sudah hancur akan menjadi tanah, yang akhirnya menjadi media tanam bagi tumbuhan yang bisa tumbuh di daerah tersebut. Jadi bisa dibilang tumbuhan ini ikut berperan dalam pembentukan tanah.

Ads

Lumut Kerak tidak hidup sebagai organisme tunggal. Sebenarnya mereka adalah gabungan dari dua jenis organisme yang hidup bersimbiosis, yaitu jamur (mycobionts) dan alga atau ganggang (photobionts) yang berupa alga hijau (Chlorophyta) atau cyanobacterium. Kedua organisme tersebut hidup berasosiasi satu dengan yang lainnya. Secara morfologi dan fisiologi, Lumut Kerak tetap dianggap sebagai satu kesatuan. Jamur dan alga pada lumut hadir dengan saling melengkapi meski memiliki tugas yang berbeda. Jamur pada Lichen berfungsi sebagai penopang tubuh dan penghisap air serta zat makanan. Alga pada Lichen bertugas melakukan fotosintesis. Jamur dan alga bersatu dalam hubungan asosiasi yang stabil dan membentuk Lumut Kerak.

Spesies Lumut Kerak salah satu organisme yang peka terhadap polutan di udara. Surprisingly, fungsi Lumut Kerak sebagai bioindikator kualitas udara telah diketahui sejak tahun 1866 (Loopi & Ivanov, 2002). Lichen tidak punya lapisan kutikula, stomata, dan organ absortif. Hal ini mendukung kemampuan lumut untuk hidup pada kondisi yang tidak ideal, seperti kondisi lingkungan yang ekstrim dengan kualitas udara yang buruk. 

Habitat dan Morfologi Lumut Kerak

Habitat utama lumut ini adalah pepohonan. Lichen tidak perlu tempat dan kondisi spesifik untuk dapat tumbuh karena jenis ini mampu bertahan hidup tanpa air dalam waktu yang lama. Daerah tumbuh Lumut Kerak tersebar secara luas dari dataran rendah hingga ke dataran tinggi, dari kutub utara hingga ke daerah yang lebih hangat. Selain itu, lumut ini bisa tumbuh di berbagai permukaan tanah, batu, kulit kayu, pohon, di pinggir sungai ataupun di tepi pantai.

Kombinasi dari ciri khas dua organisme yang membentuknya membuat Lichen memiliki bentuk yang unik. Bagian tubuh Lumut Kerak disebut talus. Secara vegetatif, penampakan talus mirip dengan alga dan jamur. Talus biasanya berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Bila Lichen disayat tipis lalu diamati di bawah mikroskop, kita bisa melihat jalinan hifa jamur yang teratur. Jalinan ini dilapisi kelompok alga bersel satu yang bisa terlihat di sela-sela jalinan hifa jamur. Bentuk talus bisa bermacam-macam, ada yang tegak lurus, tergantung, terjumbai, atau rapat pada substrat. 

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Berdasarkan morfologi talusnya, Lichen dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

  1. Talus Crustose, bentuk talus seperti kerak (berkulit keras) dengan ukuran kecil, datar, dan tipis. Talus jenis ini melekat pada substratnya. Contoh Lichen bertalus crustose adalah Physcia, Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium Lichenes Crustos.
  2. Talus Foliose, talusnya berbentuk seperti daun yang datar dan lebar dengan banyak kerutan melingkar yang berbeda pada permukaan atas dan bawahnya. Jenis ini juga jenis yang melekat pada substratnya dan punya ‘ranting’ untuk menyerap makanan. Contoh Lichen jenis ini adalah Xanthoria, Physicia, Peltigera, Parmelia.
  3. Talus Fruticose, bentuk talusnya tegak seperti jumbai atau pita yang menggantung pada substrat. Contohnya Usnea, Ramalina, dan Cladonia.
  4. Talus Squamulose, talusnya memiliki lobus seperti sisik yang disebut squamulose. Lobus-lobus ini berukuran kecil dan saling bertindihan.

[2] Parmelia lichen (Photo credit: @brewbooks via flickr)
[2] Parmelia lichen (Photo credit: @brewbooks via flickr)
Pertumbuhan Lumut Kerak dipengaruhi beberapa faktor, yaitu suhu kelembaban udara, pH dan kualitas udara. Lichen akan tumbuh dengan baik pada suhu yang sangat rendah atau sangat tinggi. Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan lingkungan yang buruk, dan akan menyesuaikan diri bila keadaan lingkungannya kembali normal. Kelembaban udara menjadi faktor yang penting bagi penyebaran Lichen. Kondisi talus yang basah akan lebih responsif dalam penyerapan polutan. Tingkat kelembaban udara akan menentukan variasi spesies yang muncul dalam populasi Lichen. Faktor lain yang juga menentukan keragaman varietas Lumut Kerak adalah ph substrat. Semakin tinggi kadar pH pada substrat (>7), variasi Lichen di suatu tempat akan tinggi juga. Sebaliknya, substrat dengan pH rendah (<7) akan menunjukkan keragaman spesies yang rendah pula. Peran Lichen sebagai bioindikator dapat membantu kita mengetahui dampak perubahan kondisi lingkungan. Kematian Lichen di suatu tempat akibat tingginya pencemaran udara akan memicu pertumbuhan spesies yang lebih tahan polutan. Menarik, kan?

Lumut Kerak sebagai Bioindikator

Pencemaran udara adalah salah satu permasalahan lingkungan yang masih perlu diselesaikan bersama-sama. Dampak pencemaran udara tidak hanya dirasakan oleh manusia, tapi juga pada tumbuhan. Kualitas udara yang menurun akan mempengaruhi kondisi fisiologis tumbuhan. Tumbuhan dipengaruhi oleh sifat responsifnya yang bereaksi terhadap perubahan lingkungan sehingga tumbuhan bisa menjadi bioindikator kualitas udara. Bioindikator adalah proses biologi, spesies, atau komunitas yang dimanfaatkan untuk menilai dan mengetahui kualitas serta perubahan lingkungan yang terjadi dari waktu ke waktu (Holt & Miller, 2010). Contoh respon bioindikator misalnya yang terjadi pada tumbuhan lumut dapat dilihat dari perbedaan karakteristiknya secara makroskopik dan mikroskopik.

Lichen sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya. Tumbuhan ini dijadikan indikator udara, hujan asam, logam berat, kebocoran radioaktif, radiasi sinar UV, dan kualitas hutan. Bila kita ingin mengetahui kondisi lingkungan dan beban polusi pada suatu daerah, kita bisa melihat keanekaragaman Lichen yang tumbuh di pepohonan atau batu-batuan. Lichen akan menunjukkan perubahan keadaan, ketahanan tubuh, dan tingkat pencemaran yang terakumulasi di daerah tersebut.

Kondisi tubuh Lichen sangat mendukung perannya sebagai bioindikator. Talus pada Lumut Kerak tumbuh tanpa kutikula sehingga polutan dan semua unsur senyawa di udara akan terserap dan terakumulasikan ke dalam talusnya. Hal inilah yang menjadi dasar pemanfaatan Lumut Kerak untuk menunjukkan indikasi pencemaran udara. 

Banyak penelitian yang menunjukkan perbandingan kualitas udara dengan variasi jenis Lumut Kerak pada suatu daerah. Istam (2007) menyatakan semakin buruk kualitas udara, tingkat keanekaragaman Lichen juga akan semakin rendah. Pertumbuhan Lichen di daerah perkotaan dan kawasan industri menunjukkan jenis spesies yang toleran terhadap pencemaran udara. Pada daerah dengan kualitas udara yang tinggi, jenis Lichen yang lebih sensitif terhadap polutan lebih sering ditemukan (McCune, 2000).

Crustose lichen (Photo credit: Wikimedia Commons)
Crustose lichen (Photo credit: Wikimedia Commons)

Beberapa jenis Lumut Kerak bisa menjadi bukti buruknya kualitas udara di suatu daerah. Menurut Boonprakob (2003), tipe talus crustose adalah Lumut Kerak yang paling resisten atau tahan polusi dibandingkan dengan tipe lainnya. Jenis ini memiliki kondisi morfologis yang memungkinkan lumut mampu bertahan tanpa perlu kehilangan air saat tumbuh menempel pada substrat. Lumut Kerak dengan talus jenis crustose disebut juga tipe jaringan talus homoimerus, yaitu dimana alga terhimpit dalam jalinan hifa jamur (Baron, 1999). Kondisi ini memberikan perlindungan yang lebih baik pada tubuh lumut sehingga mampu bertahan hidup lebih lama.

Penggunaan Lumut Kerak sebagai bioindikator telah dilakukan sejak lama. Penelitian tentang hubungan kualitas udara dengan keanekaragaman Lichen yang bisa diamati sudah cukup banyak ditemukan. Coba lihat pohon-pohon yang tumbuh di dekat tempat tinggal kalian. Apa kalian bisa menemukan Lumut Kerak dengan berbagai macam warna dan bentuk? Kalau kalian bisa menemukan mereka, Lichen telah mendeteksi adanya penurunan kualitas udara di daerah itu!

 

Penulis: Mutiara Misksalma

 

Referensi Literatur

Rahayu, Ruruh Catur. 2018. Inventarisasi Lichen sebagai Bioindikator Pencemaran Udara di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

S, Andi Handoko., dkk. Keanekaragaman Lumut Kerak (Lichens) sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kawasan Asrama Internasional IPB. Institut Pertanian Bogor.

Sumarlin., dkk. 2016. Pemantauan Kualitas Udara Perkotaan Menggunakan Lumut Kerak (Lichen). Prosiding Seminar ACE 22-23 Oktober 2016. Universitas Muhammadiyah Kendari.

Ulfira. Keanekaragaman Lichenes di Sekitar Kampus Uin Ar-Raniry sebagai Bioindikator Udara pada Mata Kuliah Ekologi dan Masalah Lingkungan. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam.

 

Referensi Gambar 

[1] Ramel, Gordon. Lichen Growth and Development Explained. Earthlife. https://www.earthlife.net/lichens/growth.html.

[2] @brewbooks via flickr. Parmelia lichen. https://www.flickr.com/photos/brewbooks/417170541.

[3] Cottbus, crustose lichen on tree trunk. Wikimedia Commons. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Cottbus,_crustose_lichen_on_tree_trunk.png.

 

Lindungihutan.com merupakan Platfrom Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak!

 Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Your Beloved Author