
Kemunculan dan perkembangan industrialisasi telah membantu manusia untuk memperoleh kemakmuran ekonomi dan mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Namun, industrialisasi juga menjadi penyebab dari berbagai fenomena degradasi alam akibat pencemaran dan penggunaan sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab. Tanah menjadi salah satu unsur alam yang rentan terhadap degradasi atau pencemaran akibat industrialisasi karena kemampuannya untuk menyerap berbagai unsur beracun dari limbah industri.
Tanah adalah penyerap utama logam berat seperti timbal (Pb), kromium (Cr), arsen (As), seng (Zn), kadmium (Cd), tembaga (Cu), merkuri (Hg), dan nikel (Ni) yang merupakan kelompok kimia anorganik berbahaya (Wuana & Okieimen, 2011). Kontaminasi tanah oleh akumulasi logam berat dan metaloid terjadi melalui emisi dari area industri yang berkembang pesat, tailing tambang atau limbah murni yang tertinggal di air, pembuangan limbah logam tinggi, bensin bertimbal dan cat, penggunaan pupuk di lahan, kotoran hewan, lumpur limbah, pestisida, irigasi air limbah , sisa pembakaran batubara, tumpahan petrokimia, dan pengendapan atmosfer. Sebagian besar logam tersebut tidak mengalami degradasi, sehingga mereka bertahan lama di dalam tanah.
Kehadiran logam beracun pada tanah dapat menghambat biodegradasi bahan-bahan organik serta membahayakan manusia dan ekosistem melalui konsumsi langsung atau kontak dengan tanah yang terkontaminasi, rantai makanan (tanah-tumbuhan-manusia atau tanah-tumbuhan-hewan-manusia), minum air tanah yang terkontaminasi, penurunan kualitas makanan, dan pengurangan kegunaan lahan untuk produksi pertanian yang menyebabkan permasalahan terkait ketahanan pangan. Oleh karena itu, manusia perlu melakukan upaya perlindungan dan pemulihan yang memadai pada tanah yang tercemar oleh logam berat.
Salah satu upaya tersebut adalah pelaksanaan phytoremediation dengan menanam pohon dedalu. Phytoremediation adalah upaya pemulihan lingkungan dengan menggunakan tumbuhan hidup untuk membersihkan tanah, udara, dan air yang tercemar kontaminan berbahaya, seperti logam berat (Reichenauer & Germida, 2008). Menurut sebuah penelitian oleh Guidi, Kadri, dan Labrecque pada tahun 2012, ada kemungkinan pohon dedalu dapat digunakan sebagai penyaring alami bagi air limbah. Namun sebelum masuk pada pembahasan tersebut, mari mengetahui pohon dedalu secara lebih lanjut terlebih dahulu.
Deskripsi, Taksonomi, dan Morfologi

Pohon dedalu atau gandarusa (willow) adalah sekelompok pohon atau semak dalam genus Salix yang tumbuh pada tanah lembab di daerah beriklim dingin atau sejuk di belahan bumi utara (Mabberley, 1997). Secara geografis, mereka ditemukan di setiap benua di dunia kecuali Antartika dan Australia (Wani et al., 2020). Terdapat kurang lebih 400 spesies dalam genus tumbuhan ini dan sebagian besar merupakan pohon dedalu yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 25 meter. Namun, beberapa spesies mempunyai penyebutan yang berbeda, seperti osier untuk semak berdaun sempit dan pucat (sallow) untuk spesies berdaun lebar. Beberapa spesies pohon teduh ini merupakan semak-semak rendah yang tumbuh secara merambat, seperti pohon dedalu kerdil (Salix herbacea) yang jarang melebihi tinggi 6 cm.
Pohon dedalu mempunyai getah berair yang mengandung asam salisilat (salicylic acid) pada permukaan kayu yang menyebabkan kulit kayu menjadi lunak atau lentur (Dickmann & Kuzovkina, 2014). Namun, batang kayu dari pohon ini keras dan mempunyai cabang-cabang yang ramping serta akar-akar besar yang berserat. Batang kayu dari pohon satu ini umumnya merupakan batang geragih atau stolon, yaitu batang yang mempunyai ruas dan pada ruas tersebut tunas tumbuhan yang baru akan tumbuh. Akar pohon dedalu berukuran besar dan terkenal akan ketangguhan dan kemampuannya untuk bertahan hidup.
Daun pohon dedalu umumnya berbentuk memanjang dengan tepi yang bergerigi, namun dapat berbentuk bulat dan lonjong pula. Sebagian besar spesies pohon dedalu merupakan tumbuhan peluruh atau tumbuhan gugur. Hampir tidak ada spesies pohon dedalu yang merupakan tumbuhan hijau abadi (evergreen plant) dengan daun ketumbar, seperti Salix micans dan Salix australior di Mediterania timur. Tunas pohon ini tumbuh menyamping dan tertutup oleh sebuah sisik yang membentuk topi, namun ada beberapa spesies pohon dedalu yang tunasnya tumbuh secara tumpang tindih dan terbungkus oleh kuncup. Pohon dedalu mempunyai tangkai daun yang pendek dengan bintik-bintik yang mencolok. Warna daun bervariasi mulai dari hijau, kuning, hingga kebiruan. Pohon dedalu termasuk dalam salah satu tumbuhan yang akan tumbuh (leaf out) atau mekar terlebih dahulu saat musim semi dan gugur paling terakhir saat musim gugur. Pertumbuhan daun umumnya berlangsung pada bulan Februari dan daun akan gugur dari bulan Oktober hingga Desember.
Pohon dedalu merupakan tumbuhan dioecious atau tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang berbeda. Bunga jantan dan betina akan muncul terlebih dahulu sebelum daun sebagai catkins di awal musim semi pada tumbuhan yang terpisah. Bunga jantan hanya terdiri atas benang sari dan jumlahnya bervariasi dari dua hingga 10. Kepala sari berwarna merah muda pada bagian kuncup, namun berwarna jingga atau ungu setelah bunganya terbuka. Bunga betina juga tidak mempunyai kelopak atau mahkota dan terdiri atas satu ovarium dengan kelenjar nektar yang kecil dan pipih. Ovarium bunga betina mempunyai dua lobus dan berbakal biji banyak.
Pohon Dedalu Sebagai Penetral Logam

Pada bagian sebelumnya, telah ada pemaparan mengenai bagaimana manusia dapat melakukan phytoremediation menggunakan pohon dedalu untuk pemulihan tanah yang tercemar oleh logam berat (Jensen et al., 2009). Melalui metode phytoremediation, manusia dapat menanam pohon dedalu pada tanah untuk menyerap logam berat yang mencemari tanah tersebut. Berdasarkan sebuah meta-analisis oleh Tőzsér, Simon, dan Magura pada tahun 2017, pohon dedalu mampu mengakumulasi timbal (Pb) pada bagian ranting, kadmium (Cd) pada bagian daun dan batang pohon, serta seng (Zn) pada batang pohon. Tőzsér, Simon, dan Magura secara lebih lanjut menyarankan agar pohon ini dibiarkan tumbuh selama minimal tiga tahun pada tanah yang secara terus-menerus terkontaminasi untuk memperoleh potensi penuh dari pohon dedalu.
Pohon dedalu tidak hanya dapat menyerap logam berat dari tanah, tetapi juga mempunyai berbagai manfaat lain, seperti:
- Sebagai penyaring alami (biofilter) bagi air limbah. Pohon dedalu perlu memperoleh nutrisi dalam jumlah banyak dan air limbah umumnya mengandung beberapa nutrisi berharga bagi tumbuhan, seperti nitrogen dan fosfor (Nissim et al., 2015). Air limbah tidak akan berbahaya apabila digunakan pada tumbuhan non-pangan seperti pohon dedalu, sehingga mengairi pohon dedalu dengan air limbah dapat mencegah pencemaran air dan tanah. Pohon ini juga dapat ditanam pada area dekat perairan untuk menyerap nitrogen, fosfor, dan logam berat beracun lain yang ada pada perairan tersebut.
- Sebagai bahan pengobatan. Kulit kayu beberapa spesies pohon dedalu telah digunakan selama berabad-abad sebagai pereda nyeri (Wilson, 2017). Bahan aktif obat dari kulit pohon ini adalah salisin yang berasal dari asam salisilat. Kulit kayu pohon dedalu dapat menjadi bahan pengobatan alternatif untuk mengatasi sakit kepala kronis atau sakit punggung.
- Sebagai bahan dasar berbagai produk komoditas. Sejak zaman dahulu, pohon dedalu telah digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat barang produksi atau komoditas manusia, seperti untuk membuat keranjang, perangkap ikan, pagar pial, dan dinding rumah pial. Bahkan, orang-orang Welsh menggunakan pohon dedalu untuk membangun perahu tradisional mereka, yaitu coracle. Kulit kayu pohon dedalu yang tipis dan terbelah dapat dianyam menjadi hasil tenun atau dibuat menjadi keranjang. Kayu pohon dedalu juga menjadi bahan dasar dari barang-barang seperti kotak penyimpanan, sapu, pemukul kriket, perabotan, boneka, tiang, gagang perkakas, veneer kayu, tongkat, peluit, dan alat musik.
- Membantu mencegah erosi dan banjir. Pohon dedalu memiliki akar yang besar dan kuat, sehingga mampu menahan atau mengikat tanah untuk mencegah erosi, serta menyerap air dalam jumlah banyak untuk mencegah banjir.
- Sebagai peneduh di taman atau danau kota. Pohon dedalu akan membentuk kanopi yang dapat menjadi peneduh saat musim panas dan membuat suasana semakin sejuk.
Penulis: Fiona Evangeline Onggodjojo
Referensi Literatur
Dickmann, D. I., & Kuzovkina, J. (2014). Poplars and willows: trees for society and the environment (J. G. Isebrands & J. Richardson, Eds.). CABI.
Guidi, W., Kadri, H., & Labrecque, M. (2012). Establishment techniques to using willow for phytoremediation on a former oil refinery in southern Quebec: achievements and constraints. Chemistry and Ecology, 28(1), 49-64. Taylor & Francis Online. https://doi.org/10.1080/02757540.2011.627857.
Jensen, J. K., Holm, P. E., Nejrup, J., Larsen, M. B., & Borggaard, O. K. (2009). The potential of willow for remediation of heavy metal polluted calcareous urban soils. Environmental Pollution, 157(3), 931–937.
Mabberley, D. J. (1997). The plant-book: A portable dictionary of the vascular plants (2nd ed.). NY: Cambridge University Press.
Nissim, W. G., Jerbi, A., Lafleur, B., Fluet, R., & Labrecque, M. (2015). Willows for the treatment of municipal wastewater: Performance under different irrigation rates. Ecological Engineering, 81, 395-404. 10.1016/j.ecoleng.2015.04.067
Reichenauer, T. G., & Germida, J. J. (2008). Phytoremediation of Organic Contaminants in Soil and Groundwater. ChemSusChem, 1(8-9), 708-717. https://doi.org/10.1002/cssc.200800125.
Tőzsér, D., Simon, E., & Magura, T. (2017). Heavy metal uptake by plant parts of willow species: A meta-analysis. Journal of Hazardous Materials, 336, 101-109. 10.1016/j.jhazmat.2017.03.068
Wani, K. A., Sofi, Z. M., Malik, J. A., & Wani, J. A. (2020). Phytoremediation of Heavy Metals Using Salix (Willows). Bioremediation and Biotechnology, 2(1), 161-174.
Wilson, D. R. (2017, February 14). Willow Bark: Nature’s Aspirin. healthline. Retrieved February 14, 2021, 14:06 WIB from https://www.healthline.com/health/willow-bark-natures-aspirin#:~:text=Willow%20bark%2C%20the%20bark%20of,chronic%20headaches%20or%20back%20pain.
Wuana, R. A., & Okieimen, F. E. (2011). Heavy Metals in Contaminated Soils: A Review of Sources, Chemistry, Risks and Best Available Strategies for Remediation. International Scholarly Research Notices, 1(1). https://doi.org/10.5402/2011/402647.
Referensi Gambar
Weeping Willow. Retrieved from https://pixabay.com/images/id-4334489/.
Willow Tree. Retrieved from https://pixabay.com/images/id-984846/.
Willow Trees on a Lake. Retrieved from https://pixabay.com/images/id-477779/.
Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!