
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia perlu kebutuhan dasar (basic needs) seperti sandang (pakaian), pangan (pakaian), dan papan (tempat tinggal). Namun, modernisasi telah mendorong kebutuhan manusia untuk lebih dari sekedar sandang, pangan, dan papan saja. Kebutuhan manusia untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan memperoleh penemuan-penemuan baru telah mendorong mereka untuk membangun kendaraan seperti sepeda motor, mobil, bus, truk, kapal, dan pesawat yang dapat membantu mereka menempuh perjalanan dalam beberapa jam saja melintasi pegunungan, lautan, dan langit. Bahkan, manusia sudah bisa pergi ke Bulan dengan bantuan pesawat ruang angkasa seperti roket. Berbagai kendaraan dapat menghasilkan suara yang terlalu bising hingga masuk kategori sebagai polusi suara.
Kebutuhan manusia untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik juga mendorong mereka untuk membangun kota-kota dan negara maju. Agar sebuah kota atau negara menjadi maju, maka pemerintah dari kota atau negara tersebut perlu melakukan pembenahan dan pembangunan infrastruktur dengan baik. Oleh karena itu, saat ini berbagai kota dan negara berkembang sedang melakukan pembenahan dan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Perkembangan teknologi serta alat-alat berat yang dapat membantu manusia membangun gedung pencakar langit, gedung perkantoran, gedung pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan perumahan-perumahan elit pun menjadi pendukung dari pembenahan dan pembangunan infrastruktur ini.
Walau begitu, ada berbagai ancaman dan dampak negatif yang muncul sebagai akibat dari modernisasi, seperti:
- Pencemaran lingkungan yang membahayakan kehidupan di darat, laut, serta udara,
- Kerusakan alam dan deforestasi yang memicu pemanasan global untuk terjadi dengan lebih cepat.
- Perubahan iklim akibat modernisasi yang mengganggu keseimbangan alam.
Contoh-contoh dari ancaman dan dampak negatif tersebut masih termasuk dalam ancaman dan dampak negatif yang terlihat secara nyata. Ternyata, ada ancaman dan dampak negatif yang tidak dapat terlihat secara nyata namun memiliki dampak besar apabila tidak segera ditangani. Salah satu ancaman yang tidak terlihat tersebut adalah polusi suara. Apa itu polusi suara dan apa saja dampak buruk yang akan timbul apabila manusia tidak segera menyadari dan mengatasi permasalahan ini?
Apa itu Polusi Suara?

Polusi suara atau noise pollution adalah adalah penyebaran kebisingan (noise) yang berdampak pada kehidupan manusia dan hewan, serta sebagian besar kebisingan tersebut akan menjadi berbahaya pada tingkat tertentu. Ada dua sumber polusi suara, yaitu kebisingan yang berasal dari luar ruangan (outdoor noise pollution) dan kebisingan yang berasal dari dalam ruangan (indoor noise pollution). Penyebab utama kebisingan dari luar ruangan adalah suara mesin, transportasi, dan sistem propagasi (Sonaviya & Tandel, 2016). Sedangkan, penyebab utama kebisingan dari dalam ruangan adalah suara pergerakan manusia (human movement) seperti peralatan rumah tangga (household appliances) dan suara langkah kaki, mesin kendaraan, peralatan bangunan, konstruksi atau pembangunan gedung, dan perkumpulan manusia (human gatherings) seperti suara sorak-sorai (Go Smart Bricks, 2018). Perencanaan kota yang buruk juga menjadi sumber dari polusi suara melalui pembangunan industri yang berada di sekitar atau berdampingan dengan area pemukiman. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah menyatakan polusi suara atau kebisingan sebagai masalah kesehatan masyarakat dan digolongkan sebagai jenis polusi beracun (World Health Organization, 2011).
Dokumentasi tentang masalah terkait kebisingan di lingkungan perkotaan telah ada sejak zaman Roma kuno (Goines & Hagler, 2007). Kereta (chariots) di zaman Roma Kuno dilarang untuk berjalan di malam hari untuk mencegah kebisingan akibat roda kereta yang bergemerincing. Berabad-abad kemudian, beberapa kota di Eropa pada abad pertengahan melarang kereta kuda untuk berjalan pada malam hari atau menutupi jalan-jalan dengan batu dengan jerami untuk mengurangi kebisingan dan untuk memastikan penduduk dapat tidur dengan tenang. Saat ini, rata-rata kebisingan di area perumahan mencapai 98 desibel (dB) (Menkiti & Agunwamba, 2015). Rata-rata ini melebihi standar kebisingan yang ditetapkan oleh WHO yaitu 50 dB. Penelitian Menkiti dan Agunwamba juga menemukan bahwa polusi suara akibat generator listrik rumah tangga adalah permasalahan kesehatan publik dan lingkungan yang muncul di banyak negara berkembang. Menurut tabel “Common Sources of Noise and Decibel Levels” oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sumber dari kebisingan yang melebihi 50 dB adalah suara dari peralatan rumah tangga, lalu lintas, transportasi, bahkan anjing menggonggong (Centers for Disease Control and Prevention, n.d.). Paparan secara rutin terhadap kebisingan yang lebih dari 50 dB dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Padahal, hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat lepas dari kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia modern.
Dampak Negatif Polusi Suara

Dampak Negatif pada Manusia
Paparan terhadap polusi suara dapat mempengaruhi kesehatan dan perilaku manusia. Polusi suara dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler, hipertensi, tingkat stres yang tinggi, tinitus, gangguan dan kehilangan pendengaran, gangguan tidur, serta berbagai efek berbahaya dan mengganggu lainnya (What is Noise Pollution?, n.d.). Polusi suara juga mengganggu perkembangan anak-anak karena mereka lebih sensitif terhadap polusi suara. Anak-anak yang secara teratur menggunakan pemutar musik dengan volume tinggi berisiko mengalami gangguan pendengaran saat mereka beranjak dewasa. Mereka juga lebih rentan untuk memiliki disfungsi psikologis seperti rasa sensitif yang lebih terhadap kebisingan (noise annoyance).
Walau begitu, setiap individu mempunyai tingkat ketahanan terhadap polusi suara yang berbeda-beda. Penelitian soundscape M. Schafer pada tahun 1977 membuat sebuah argumen yang meyakinkan tentang bagaimana reaksi manusia terhadap kebisingan merupakan sesuatu yang subyektif, dan bagaimana subjektivitas tersebut dipengaruhi oleh budaya setiap individu. Sebagai contoh, beberapa orang menyukai sepeda motor dengan mesin bersuara keras seperti Harley Davidson karena melambangkan kekuatan (Schafer, 1977).
Dampak Negatif pada Satwa Liar
Ada berbagai dampak negatif yang muncul dari polusi suara atau kebisingan bagi keberlangsungan hidup satwa liar. Beberapa dampak negatif tersebut seperti:
- Mengurangi kemampuan predator untuk mendeteksi mangsa mereka. Hal ini dapat menyebabkan kelaparan yang berujung pada kematian bagi predator tersebut.
- Mengurangi kemampuan ekolokasi satwa liar. Tanpa ekolokasi, mereka akan mengalami kesulitan dalam menghindari predator, memperoleh makanan, dan mencari pasangan untuk berkembang biak.
- Menyebabkan hilangnya pendengaran secara permanen pada satwa liar. Satwa liar akan mengalami kesulitan untuk bertahan hidup dan beradaptasi di alam liar tanpa pendengaran mereka. Hal ini dapat berujung pada kepunahan dari spesies satwa liar yang secara rutin terpapar polusi suara atau kebisingan.
Saat ini, satwa liar yang paling terpengaruh oleh dampak negatif dari polusi suara adalah hewan laut dan serangga seperti jangkrik (cricket). Polusi suara di bawah air akibat aktivitas manusia telah menjadi sesuatu yang lazim di laut, mengingat suara bergerak dengan lebih cepat melalui air daripada melalui udara (Duarte & Chapuis, 2021). Polusi suara berupa kebisingan pun menjadi salah satu sumber utama gangguan pada ekosistem laut yang membahayakan kehidupan mamalia laut, ikan, dan invertebrata. Kebisingan di laut umumnya berasal dari bor minyak, sonar, perangkat survei seismik, perahu rekreasi pantai, serta kapal kargo (What is Noise Pollution?, n.d.). Hewan laut tidak memiliki penglihatan yang begitu baik, sehingga mayoritas dari mereka menggunakan suara atau ekolokasi sebagai alat navigasi dan komunikasi (Human noise pollution making it harder for marine life to hear each other, 2021). Apabila suara atau ekolokasi mereka terganggu, mereka akan mengalami kesulitan untuk sekedar mencari makan, berkembang biak, dan bermigrasi.
Baru-baru ini, peneliti telah menemukan bahwa polusi suara adalah salah satu pengganggu atau penghambat dalam proses perkembangbiakan salah satu spesies serangga yaitu jangkrik (Gamillo, 2021). Sebuah penelitian terbaru oleh Bent, Ings, dan Mowles (2021) menjelaskan bagaimana jangkrik betina Mediterania (Gryllus bimaculatus) cenderung memilih jangkrik jantan yang berkualitas rendah sebagai pasangan mereka ketika terganggu oleh kebisingan lalu lintas. Jangkrik betina Mediterania dapat mengetahui kualitas dan kebugaran dari jangkrik jantan melalui lagu pacaran (courtship) mereka dan memutuskan pasangannya berdasarkan informasi tersebut. Apabila hal ini terus berlangsung, maka kualitas spesies jangkrik Mediterania akan menurun. Kualitas yang buruk tidak menjamin kualitas yang hidup yang baik pula, sehingga jangkrik Mediterania dapat mengalami kepunahan.
Upaya Mengurangi Polusi Suara

Sampai saat ini, polusi suara masih dianggap sebagai salah satu bentuk polusi yang remeh karena dampaknya tidak begitu terlihat secara nyata dan tidak secepat bentuk pencemaran yang lain. Padahal, ada banyak fakta di lapangan yang mampu mendukung pernyataan mengenai polusi suara sebagai ancaman yang tidak terlihat. Oleh karena itu, manusia perlu mengupayakan berbagai tindakan untuk mengurangi polusi suara di Bumi dan menjaga kesehatan pendengaran. Upaya-upaya tersebut seperti:
- Mematikan peralatan rumah tangga saat tidak sedang dipakai. Menyalakan peralatan rumah tangga saat tidak sedang memakainya dapat memicu stres pada pendengaran dan membuang-buang energi. Selain itu, kita perlu membayar tagihan listrik yang mahal apabila tidak mematikan peralatan rumah tangga.
- Gunakan penyumbat telinga saat berada di lingkungan yang bising. Penyumbat telinga akan membantu mengurangi volume suara yang terlalu keras sehingga tidak merusak pendengaran. Gunakan penyumbat telinga yang pas pada saluran telinga (ear canal) agar suara atau kebisingan benar-benar teredam.
- Mengurangi penggunaan headphone untuk menjaga pendengaran. Penggunaan headphone secara rutin dengan volume besar dapat mengganggu pendengaran seiring waktu. Kita gunakan headphone pada saat-saat tertentu saja, seperti saat perlu mendengarkan informasi penting di tempat yang ramai.
- Menanam lebih banyak tumbuhan untuk menyerap suara. Tumbuhan dapat mengurangi sekitar 5-10 dB suara yang berada di sekitar mereka. Kita dapat menanam lebih banyak tumbuhan untuk mengurangi polusi suara sekaligus mengatasi permasalahan lingkungan lain seperti deforestasi, pemanasan global, dan perubahan iklim.
- Menggunakan tembok kedap suara di rumah untuk mengurangi polusi suara dari luar. Hal ini akan mengurangi stres serta membantu untuk tidur dengan lebih nyenyak. Ruangan yang tidak bising juga membantu kita untuk fokus belajar dan bekerja walaupun di luar ruangan ada banyak kebisingan. Akan lebih baik apabila kita dapat memilih tempat tinggal di area yang tidak terlalu ramai untuk menghindari polusi suara akibat lalu lintas.
- Pemerintah dapat melakukan perencanaan kota yang lebih baik untuk mengurangi polusi suara. Pemerintah dapat mengurangi polusi suara dengan menggunakan penghalang kebisingan, membatasi kecepatan kendaraan, mengubah tekstur permukaan jalan raya, membatasi kendaraan berat, menggunakan pengatur lalu lintas yang memperlancar arus kendaraan untuk mengurangi pengereman dan akselerasi, serta menetapkan peraturan untuk desain ban. Pemerintah juga dapat mengubah jalur penerbangan dan waktu landasan pacu untuk mengurangi polusi udara akibat suara mesin pesawat bagi penduduk di dekat bandara.
- Produsen kendaraan atau transportasi dapat mulai mengembangkan mesin dengan suara yang lebih tenang. Saat ini, sudah ada beberapa mobil, pesawat, dan kapal yang menggunakan mesin dengan suara yang tenang, namun penerapannya masih belum terlalu luas. Pemerintah juga perlu menetapkan peraturan mengenai mesin kendaraan atau transportasi untuk mendukung upaya mengurangi polusi suara.
Penulis: Fiona Evangeline Onggodjojo
Referensi Literatur
Bent, A. M., Ings, T. C., & Mowles, S. L. (2021). Anthropogenic noise disrupts mate choice behaviors in female Gryllus bimaculatus. Behavioral Ecology, 1(1). doi:https://doi.org/10.1093/beheco/araa124.
Centers for Disease Control and Prevention. (n.d.). What Noises Cause Hearing Loss? Retrieved February 8, 2021, 20:00 WIB from Centers for Disease Control and Prevention: https://www.cdc.gov/nceh/hearing_loss/what_noises_cause_hearing_loss.html.
Duarte, C. M., & Chapuis, L. (2021). The soundscape of the Anthropocene ocean. Science, 37(6529). doi:10.1126/science.aba4658
Gamillo, E. (2021, February 4). Noise Pollution Interrupts Crickets’ Sex Lives. Retrieved February 8, 2021, 20:00 WIB from Smithsonian: https://www.smithsonianmag.com/smart-news/noise-pollution-affects-cricket-sex-lives-180976917/.
Go Smart Bricks. (2018, May 7). Indoor Noise Pollution And The Role Of Sound Insulation For Walls. Retrieved February 8, 2021, 20:00 WIB from Go Smart Bricks: https://gosmartbricks.com/indoor-noise-pollution-and-the-role-of-sound-insulation-for-walls/#:~:text=Indoor%20Noise%20Pollution%20And%20The%20Role%20Of%20Sound%20Insulation%20For%20Walls,-May%207%2C%202018&text=Noise%20beyond%20a%20perimeter%20can,and%20m.
Goines, L., & Hagler, L. (2007). Noise Pollution: A Modern Plague. Southern Medical Journal, 100(3), 287-294. doi:10.1097/smj.0b013e3180318be5
Human noise pollution makes it harder for marine life to hear each other. (2021, February 6). Retrieved February 8, 2021, 20:00 WIB from The Hindu Times: https://www.thehindu.com/sci-tech/energy-and-environment/human-noise-pollution-making-it-harder-for-marine-life-to-hear-each-other/article33766333.ece.
Menkiti, N. U., & Agunwamba, J. C. (2015). Assessment of noise pollution from electricity generators in a high-density residential area. African Journal of Science, Technology, Innovation and Development(4), 306–312. doi:10.1080/20421338.2015.1082370
Schafer, M. (1977). The Tuning of the World. New York: Simon and Schuster.
Sonaviya, D., & Tandel, B. (2016). A Quick Review on Noise Propagation Models and Software. Sustainable Building and Environment for Sophisticated Life (pp. 1-5). Sri Lanka: The International Conference in Sustainable Built Environment (ICSBE).
What is Noise Pollution? (n.d.). Retrieved February 8, 2021, 20:00 WIB from Environmental Pollution Center: https://www.environmentalpollutioncenters.org/noise-pollution/#:~:text=Noise%20pollution%20is%20generally%20defined,or%20consistent%20the%20exposure%20is.
World Health Organization. (2011). Burden of disease from environmental noise: Quantification of healthy life years lost in Europe. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe. Retrieved February 8, 2021, 20:00 WIB from https://www.who.int/quantifying_ehimpacts/publications/e94888.pdf.
Referensi Gambar
Rush hour in an urban city. Retrieved from https://pixabay.com/images/id-843309/.
River Boat on a City at Night. Retrieved from https://pixabay.com/images/id-5965850/.
Qantas Boeing 747-400 passes close to houses shortly before landing at London Heathrow Airport. Retrieved from https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3c/Qantas_b747_over_houses_arp.jpg/330px-Qantas_b747_over_houses_arp.jpg.
Illustration of a boat on the sea. Retrieved from https://www.earth.com/news/slowing-boats-noise-pollution/.
Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!