Istilah karbon biru diambil dari aktivitas penyimpanan dan penyerapan emisi karbon biru oleh ekosistem yang ada di laut atau pesisir pantai. Kemitraan Internasional untuk Karbon Biru (IPBC) menyebutkan tiga vegetasi yang menjadi sumber dari karbon biru pesisir, yaitu hutan bakau, rawa payau, dan padang lamun atau rumput laut.
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa kemampuan mereduksi emisi karbon pada kawasan vegetasi karbon biru lebih banyak dibandingkan hutan tenurial. Menurut Aan Wahyudi, peneliti biogeokimia LIPI, daya serap karbon biru melebihi vegetasi daratan hingga 77%. Pemanfaatan karbon biru menjadi langkah efektif dalam mereduksi emisi karbon.
Konvensi Perubahan Iklim ke-21 (UNFCCC-COP21) menyepakati karbon biru sebagai salah satu usaha dalam mereduksi emisi karbon. Pemanfaatan ekosistem karbon biru menjadi salah satu solusi penyerapan karbon efektif yang dapat berperan besar dalam menghadapi perubahan iklim dunia. Langkah ini tercatat sebagai strategi dalam mewujudkan komitmen perngurangan emisi karbon 2030.
Indonesia sebagai negara pemilik hutan bakau terbesar di dunia, turut berperan penting dalam mengangkat karbon biru dalam konferensi internasional. Pada tahun 2018, Indonesia menjadi tuan rumah dari konferensi internasional yang membahas mengenai peranan karbon biru sebagai upaya mereduksi karbon. Bahkan dalam Konvensi Perubahan Ilkim ke-25, pemerintah Indonesia mengusulkan kepada dunia agar peran karbon biru bisa lebih besar lagi dalam pelaksanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Sebagai negara kepulauan, ternyata Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sekali dalam pengembangan karbon biru. Indonesia memiliki 25% pasokan bakau dan padang lamun dunia. Riset Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa total ekosistem padang lamun di Indonesia diperkirakan dapat menyimpan 16,11 juta ton karbon/tahun. Sementara total ekosistem hutan bakau di Indonesia dapat berpotensi menyerap dan menyimpan 122,22 juta ton karbon/tahun.
Belum lagi dampak positif dari ekosistem karbon biru terhadap lingkungan dan ekologi. Hutan bakau memiliki peran sebagai daerah perlindungan dan perkembangan bagi biota laut seperti ikan, kepiting, dan berbagai moluska. Pelestarian hutan bakau dan ekosistem karbon biru lainnya dapat dimanfaatkan secara langsung oleh nelayan dan industri pariwisata. Potensi besar ini dapat dikembangkan untuk mewujudkan misi pembangunan berkelanjutan.

Sumber pixabay.com/Kmarius
Namun, secara pelaksanaan sepertinya Indonesia belum menaruh perhatian yang serius terhadap pengembangan karbon biru. Pemerintah belum banyak membentuk regulasi terkait karbon biru jika dibandingkan dengan perdagangan karbon, walaupun penyerapan emisi karbon oleh vegetasi karbon biru lebih efektif.
Pencemaran laut dan degradasi hutan bakau yang tinggi turut menjadi permasalahan serius bagi pengembangan karbon biru di Indonesia. Menurut Daniel Mudiyarso, selaku peneliti senior Center for Forestry Research (CIFOR), Indonesia kehilangan 52 ribu hutan bakau setiap tahunnya atau setara dengan luas kota New York dalam 18 bulan. Salah satu penyebab kerusakan tersebut adalah masifnya pembentukan tambak ikan. Kerusakan ini tentu menghilangkan sumber penyerapan karbon efektif dan turut menyumbangkan emisi karbon ke udara.
Langkah pemerintah Indonesia dalam menyuarakan pengembangan karbon biru ke berbagai konferensi internasional tentu patut diberi apresiasi. Namun pembentukan regulasi terkait karbon biru dan menyertakannya ke dalam rencana pembangunan nasional juga harus dilakukan untuk mewujudkan komitmen Indonesia. Pemerintah diharapkan mampu membentuk Roadmap Blue Carbon Indonesia dan menjadikan karbon biru sebagai salah satu upaya dalam mencapai pengurangan emisi karbon 2030.
Referensi Artikel
Amelia, M. (2019, December 3). RI Tangkap Peluang Karbon Biru dalam Upaya Menekan Emisi. Retrieved from detikNews 25 June 2020: https://news.detik.com/berita/d-4808735/ri-tangkap-peluang-karbon-biru-dalam-upaya-menekan-emisi/1
Croftcusworth, C. (2018, March 26). Apa itu Karbon Biru? Retrieved from forestnews.cifor.org 25 June 2020: https://forestsnews.cifor.org/55426/apa-itu-karbon-biru?fnl=id
Liu, L. (2017, February 23). Penelitian Karbon Biru untuk Pembangunan Berkelanjutan. Retrieved from forestnews.cifor.org 25 June 2020: https://forestsnews.cifor.org/48426/penelitian-karbon-biru-untuk-pembangunan-berkelanjutan?fnl=id
M, A. (2018, July 27). Mangrove itu Bermanfaat, Sekaligus Terancam, Kenapa? Retrieved from Mongabay 25 June 2020: https://www.mongabay.co.id/2018/07/27/mangrove-itu-bermanfaat-sekaligus-terancam-kenapa/
M, A. (2019, June 25). Indonesia Kembali Serukan Blue Carbon untuk Penanganan Perubahan Iklim. Retrieved from Mongabay 25 June 2020: https://www.mongabay.co.id/2019/06/25/indonesia-kembali-serukan-blue-carbon-untuk-penanganan-perubahan-iklim/
Referensi Lain
Situs International Partnership for Blue Carbon (IPBC): https://bluecarbonpartnership.org/blue-carbon/what-is-blue-carbon/
Sumber Foto
Kmarius. Pixabay.com: https://pixabay.com/photos/mangroves-trees-rocks-river-nature-5205415/
Penulis: Andhika Miftakhul Huda
Instagram: @andika.mh, Medium: @augustcomte2710, Twitter: @augustcomte2710