Red Forest, Dampak dari Ledakan Nuklir Chernobyl

Meledaknya pembangkit tenaga nuklir di Chernobyl, Uni Soviet, pada 26 April 1986 masih menyisakan kengerian dan dampaknya yang masih bisa dirasakan sampai saat ini. Setelah 35 tahun lamanya, wilayah di sekitar Chernobyl sudah layaknya kota mati, dan sampai saat ini tingkat radiasi yang masih tinggi membuat manusia enggan untuk menempati wilayah tersebut. Di sebelah barat sekitar 500 meter dari tempat terjadinya ledakan pembangkit nuklir, terdapat hutan pinus seluas 10 km kubik atau setara 400 hektar yang menerima dampak paling signifikan dari ledakan tersebut. Pembangkit listrik ini sangat besar, jauh lebih besar dari pembangkit listrik tenaga nuklir di Amerika. Ledakan yang menghancurkan atap reaktor 4 ini memuntahkan cairan dan partikel radioaktif ke atmosfer yang tidak terkendali. Wilayah hutan tersebut menjadi tempat yang paling terkontaminasi dan berbahaya, bahkan paling berbahaya di dunia. Akibat dari tingginya radiasi di hutan tersebut, banyak pohon pinus mati dan mengubah warna daun menjadi coklat kemerahan layaknya besi berkarat. Oleh karenanya, wilayah hutan ini dijuluki Hutan Merah atau Red Forest. Red Forest menjadi tempat yang paling tercemar dan sepi dari kehidupan, namun terdapat pembelajaran untuk manusia dari kecelakaan nuklir ini.

Setelah 12 hari insiden ledakan tersebut, asap radioaktif menyebar ke seluruh benua Eropa. Selama puluhan tahun pun pepohonan di Red Forest tidak membusuk walaupun telah mati, lebih tepatnya akan membusuk dalam waktu yang lebih lama dari biasanya. Dilansir Live Science, efek radiasi bisa menghambat perkembangan bakteri dan jamur pada daun dan pohon. Selain berefek terhadap warna, radiasi bahan radioaktif yang meledak pada tahun 1986 itu telah mencemari tanah, air, dan atmosfer hingga 400 kali lebih banyak daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima menurut Konferensi Internasional IAEA/WHO/EC. Dilansir dari buku yang ditulis Mary Mycio, seorang jurnalis Amerika, tertulis “Jika Hiroshima melepaskan 3 juta curie, Chernobyl memuntahkan kurang lebih 50 juta hingga 200 juta curie. Sekitar 75% menetap di bagian Eropa, Uni Soviet, sisanya tersebar di seluruh dunia”.
Penumpukan Sampah Hutan di Red Forest

Penumpukan sampah hutan yang terdiri dari ranting, batang kayu, daun, dan pepohonan yang berangsur-angsur mati membuat kekhawatiran baru. Sampah kering yang tertumpuk bisa memicu kebakaran di wilayah Red Forest. Yang mengkhawatirkan adalah efek kebakaran dari sampah hutan yang telah terkontaminasi. Para peneliti mengkhawatirkan penyebaran radiasi melalui asap ke daerah yang berpopulasi. Dengan perubahan iklim yang semakin memburuk, hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran bisa terjadi. Pasca insiden meledaknya tenaga nuklir, para petugas dikerahkan pemerintah melakukan pembersihan sampah. Mayoritas pohon pinus di ratakan dengan tanah dan dikubur bersama puing-puing lainnya di dalam parit sedalam 2-3 meter. Parit tersebut kemudian ditutup dengan hamparan pasir tebal yang ditanam di atasnya tanaman penutup dari pinus, pohon birch, gandum hitam, dan semak dengan cabang dan akar yang saling berhubungan yang bertujuan untuk menjaga pasir tetap di tempatnya. Ratusan ribu orang juga terpaksa harus diungsikan secara permanen, termasuk seluruh masyarakat di kota Pripyat. Pemerintah membentuk zona eksklusi/zona yang tidak dapat diakses seluas 2589.99 km persegi, dimana termasuk tempat Red Forest berada saat ini.
Adanya Kehidupan Flora dan Fauna di Balik Sisa Radiasi Nuklir

Meskipun para ahli berpendapat bahwa bagian-bagian dari zona eksklusi akan tetap tidak aman bagi manusia selama beribu-ribu tahun ke depannya, lain halnya dengan beberapa spesies hewan dan tumbuhan yang tidak hanya tumbuh dan bertahan, tetapi juga berkembang. Seperti banyak mikroba yang bisa bertahan sampai saat ini seperti jamur Cladosporium sphaerospermum, Cryptococcus neoformans, dan Wangiella dermatitidis. Jenis jamur ini tidak hanya bisa beradaptasi dari radiasi, namun tumbuh karenanya.
Selain itu, kehidupan hewan liar dan mamalia juga bertambah secara drastis di wilayah sekitar Red Forest. Dikutip dari web All That’s Interesting, populasi rusa, anjing liar, babi hutan, hingga serigala mengalami peningkatan. Beruang coklat, anjing rakun, rubah, musang, berang-berang, dan burung telah beradaptasi dan membentuk sendiri wilayah ekosistem mereka di kawasan Red Forest. Bahkan populasi serigala meningkat 7 kali lebih tinggi dibandingkan di luar zona eksklusi. Hewan amfibi seperti ikan, cacing, dan bakteri juga hidup bersama dengan hewan lainnya, membuat kawasan tak berpenghuni ini menjadi rumahnya. Namun, di beberapa titik dengan tingkat radiasi tinggi, siapapun akan sulit menemukan kehidupan. Anders Mollers, seorang ahli ekologi, mengatakan dari majalah Wired bahwa akan sulit mendengar kicauan burung di sebagian besar wilayah Red Forest.
Tetapi para ilmuwan mencatat adanya perubahan genetik yang signifikan pada hewan dan tumbuhan yang terkena dampak bencana tersebut. Sebuah studi tahun 2001 di Biological Conservation, mutasi genetik yang disebabkan ledakan radiasi nuklir meningkat. Beberapa spesies menderita efek tidak proporsional dari radiasi ledakan. Seperti 550 spesimen burung yang mencakup 50 spesies memiliki penurunan volume otak secara signifikan dan mempengaruhi perkembangan saraf. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana peningkatan mutasi mempengaruhi tingkat reproduksi spesies, ukuran populasi, keragaman genetik, dan faktor kelangsungan hidup.

Dikutip kembali dari majalah Amerika, Wired, menyatakan bencana Chernobyl memberikan eksperimen yang tidak disengaja tentang seperti apa bumi tanpa manusia, semakin sedikit jumlah manusia, semakin banyak alam beserta isinya dapat membangun lingkungannya tanpa dirusak campur tangan manusia dan aktivitas manusia. Faktanya, beberapa hewan hidup lebih baik di dalam zona eksklusi dibandingkan hidup diluar zona tersebut, walaupun dengan keterbatasan yang dimiliki. Serigala ditemukan tujuh kali lebih banyak daripada di daerah non-radioaktif lainnya. Rusa besar, rusa roe, rusa merah, dan babi hutan ditemukan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di tiga cagar alam yang tidak tercemar di Belarus, Ukraina. Jim Smith, peneliti dari Universitas Portsmouth, Inggris juga berpendapat “Hal ini tentu bukan berarti bahwa radiasi bagus bagi perkembangan jumlah populasi mereka. Fenomena ini menunjukkan bahwa kehadiran manusia beserta aktivitasnya seperti berburu dan menebang hutan, ternyata dampaknya jauh lebih buruk bagi para hewan”.
Penulis: Firas Zakir
Referensi Artikel:
Mengenal Red Forest, Hutan yang Memerah oleh Radiasi Nuklir Chernobyl. 2019. idntimes.com. Accessed April, 10 2021, from https://www.idntimes.com/science/discovery/ina-suraga/mengenal-red-forest-hutan-yang-memerah-oleh-radiasi-nuklir-chernobyl-agp-c1c2/5
The Red Forest: The Most Radioactive Outdoor Environment On The Planet. 2020. chernobylwel.com. Accessed April, 10 2021, from
32 Tahun Ledakan Reaktor Nuklir Chernobyl, Ini Kondisi Terkini Lingkungan Sekitarnya. 2018. mongabay.co.id. Accessed April, 10 2021, from https://www.mongabay.co.id/2018/07/27/32-tahun-ledakan-reaktor-nuklir-chernobyl-ini-kondisi-terkini-lingkungan-sekitarmya/
8 Facts About the Animals of Chernobyl. 2019. mentalfloss.com. Accessed April, 10 2021, from
Referensi Gambar:
Gambar 1:
Gambar 2: https://time.com/5826461/chernobyl-doctor/
Gambar 3: https://www.deviantart.com/darth-gw7/art/A-tree-of-the-Red-Forest-109033300
Gambar 4: https://www.wired.com/story/the-chernobyl-disaster-might-have-also-built-a-paradise/
Gambar 5:
https://www.newshub.co.nz/home/world/2018/07/chernobyl-wolves-could-spread-mutant-genes.html
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!