Saatnya Generasi Z Memulai Zero Waste Lifestyle *Edisi Perbarui

Ilustrasi Zero Waste
Zero Waste Lifestyle © centerforecotechnology.org

Tahun 2019 silam, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 190.000 ton setiap harinya. Melihat tahun 2020 sekarang ini, jumlah sampah yang dihasilkan sebanyak 67,8 juta ton, padahal tahun 2020 belum berakhir. Jika masalah tersebut dibiarkan, TPA (Tempat Pembuangan Akhir) akan melebihi kapasitasnya dan tidak lagi bisa mengatasi sampah yang meluap. Gerakan zero waste adalah solusi jangka panjang yang lebih mumpuni daripada membuang sampah ke TPA. Gaya hidup ini kian digandrungi di berbagai negara maju, khususnya mereka yang sudah mulai paham mengenai bahaya kerusakan lingkungan. Zero waste menjadi populer karena memiliki berbagai manfaat pada lingkup individu maupun masyarakat secara umum.

Ads
Gambar lokasi TPA
Napak Tilas ke eks TPA Leuwigajah dan Sarimukti © ayobandung.com

Kasus meledaknya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah, Cimahi, Jawa barat pada tahun 2005 menjadi sebuah memori kelam akan buruknya penanganan sampah di negeri ini. Bencana ledakan gunung sampah tersebut bahkan menyebabkan 150 orang kehilangan nyawa dan tidak kurang dari 86 rumah juga terkena dampak akibat ledakan tersebut. Sampah memang menjadi persoalan pelik di negeri ini. Kesadaran yang rendah akan dampak sampah, daya tampung TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang kebanyakan sudah overload, sampah plastik yang mencemari lingkungan, dan beragam lainnya menjadi tantangan bagi kehidupan di masa depan.

Gambar lokasi TPA Burangkeng
TPA Burangkeng Overload, DPRD Kabupaten Bekasi Usul Pengelolaan Sampah Sejak di Hulu © megapolitan.kompas.com

Kemudian, kasus meledaknya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) lainnya ialah di Burangkeng, Kecamatan Setup, Kabupaten Bekasi pada tahun 2019 mengingatkan bahwa setiap tahunnya kasus sampah kian mengalami kesurutan akan kasus. TPA ini bahkan disebut lautan sampah akibat meluapnya sampah setiap harinya yang mencapai 800 ton. Warga sekitar merrasa resah sehingga sempat menutup TPA ini. Banyak dampak yang dirasakan mulai dari bau yang tidak sedap, pencemaran lingkungan, kotornya lingkungan, dan sebagainya. Inilah mengapa sudah seharusnya Generasi Z memulai Zero Waste Lifestyle.

Sudah saatnya masyarakat berperan aktif dalam hal ini, terkhusus para generasi Z. Sebagai generasi muda, sudah sepatutnya generasi Z yang dianggap konsumtif oleh sebagian orang, turut berkontribusi aktif dalam upaya mengurangi penggunaan sampah dan juga dalam kegiatan mengolah sampah agar dampak negatifnya bisa diminimalisir. Salah satu andil dalam upaya ini yaitu dengan memulai zero waste lifestyle. Gaya hidup ini dianggap sangat relevan dan berdampak sangat positif bagi terhadap lingkungan.

Zero waste lifestyle bukan berarti sebuah gaya hidup yang menganggap bisa menghabiskan (me-nol-kan) sampah sampai tiada sampah dalam kehidupan. Istilah ini diperuntukkan supaya ketika kegiatan sehari-hari kita sebisa mungkin mengurangi penggunaan bahan atau material yang mencemari lingkungan. Terutama jika bahan ini cuma sekali pakai, seperti kantong plastik, sedotan plastik, dan lain-lain yang masih berhubungan dengan hal itu. Perlu digarisbawahi bahwa gaya hidup ini tidak menganggap barang-barang tersebut sebagai ‘’kriminal’’, akan tetapi menanamkan pada diri sendiri supaya mampu mengendalikan diri dari perilaku konsumtif dan menyukai hal-hal yang praktis.

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Zero waste memiliki poin penting yaitu meminimalisir penggunaan sampah dan ini tidak cukup hanya dengan daur ulang. Terkhusus bila meninjau kegiatan dan pengetahuan seputar daur ulang di Indonesia yang terbilang rendah. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa hanya 7% sampah di Indonesia yang dapat dikompos dan didaur ulang, sedangkan 69% produksi sampah hanya ditimbun di TPA dan produksi sampah harian bisa mencapai ratusan ribu ton.

Generasi Z dapat memulai gaya hidup zero waste dengan menolak pemakaian barang-barang yang berbahan tidak ramah lingkungan, sulit terurai, dan hanya sekali pakai. Wajib dilakukan penolakan barang-barang tersebut apabila berpotensi menjadi sampah dan memberi dampak yang negatif di bagi lingkungan. Kemudian memberikan sosialisasi ke masyarakat serta dapat menggunakan tempat yang mendukung kelestarian lingkungan seperti penggunaan tumbler.

Dalam menerapkan gaya hidup ini, generasi Z tentu akan menerapkan sebuah konsep yang dikenal dengan 5R. Bea Johnson dari Zero Waste Home mengenalkan bahwa 5R ini yaitu: “Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot” atau dalam bahasa indonesia berarti “Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Daur Ulang, Membusukkan”. 5R bisa menjadi pedoman dalam mengubah gaya hidup supaya menciptakan sedikit sampah dan memakai sumber daya alam secara bijaksana.

Selain itu, jikalau dalam kehidupan sehari-hari generasi Z menerapkan gaya hidup ini beragam manfaat pun akan datang, seperti:

  • Hidup Lebih Sehat

Kebiasaan mengonsumsi produk instant yang dikemas plastik tentu sangat berbahaya. Bukan hanya untuk lingkungan, akan tetapi untuk diri sendiri juga. Penerapan zero waste lifestyle bisa menjadikan lebih sehat karena menjadikan kita lebih senang dengan produk yang alami (non kemasan) seperti sayur dan buah sehingga berdampak sangat positif baik untuk lingkungan maupun tubuh sendiri.

  • Hemat

Kebiasaan menggunakan plastik sekali pakai, membeli kopi dengan kemasan plastik, membeli makanan ringan dalam kemasan bisa kita kurangi apabila menerapkan gaya hidup zero waste. Tentunya kita akan menjadi lebih hemat karena kita akan lebih peduli lagi dengan skala prioritas dalam pembelian barang dan tentunya menjadi lebih ramah lingkungan.

Penerapan zero waste lifestyle di kalangan generasi Z sangatlah berdampak besar, terlebih apabila gerakan ini bisa jadi pemantik dan diterapkan pula oleh masyarakat pada umumnya. Dengan produksi sampah Indonesia yang menyentuh angka ratusan ribu ton per hari, maka jika gerakan ini berjalan setidaknya jumlah sampah yang terdapat pada TPA di seluruh penjuru negeri dapat berkurang dan setidaknya bumi dapat tersenyum dalam sementara waktu.

  • Mendukung Upaya Dalam Mengatasi Pemanasan Global

Dengan menerapkan gaya hidup zero waste, artinya kita turut andil dalam membantu mengurangi dampak pemanasan global. Dikarenakan kita tidak banyak membeli makanan-makanan berproses atau cepat saji. Pasalnya menurut EPA, Badan Perlindungan Lingkungan dari Amerika Serikat, makanan cepat saji berkontribusi terhadap 42% dari total emisi gas rumah kaca di dunia.

  • Fokus Produk Lama dan Tidak Ada Lagi Makanan yang Tersisa

Gaya hidup zero waste akan membuat fokus kita berubah dalam hal berbelanja (shopping). Kita akan menjadi cenderung lebih memilih barang-barang yang awet dan tahan lama, baik itu urusan pakaian atau furnitur rumah tangga dan lain sebagainya. Dengan demikian, kita pun bisa semakin menghemat pengeluaran.  Inilah salah satu manfaat terbesar dari penerapan zero waste. Tidak akan ada lagi makanan sisa yang terbuang sia-sia di rumah. Lantas? Tentu dengan membeli makanan secukupnya dan membeli makanan yang tahan lama saja.

Jadi, apakah kalian para generasi Z siap memulai zero waste lifestyle? tunggu apalagi? Yuk, kita mulai dari sekarang!

Zero waste lifestyle! Menuju perubahan yang lebih baik.

Artikel “Saatnya Generasi Z Memulai Zero Waste Lifestyle *Edisi Perbarui” merupakan versi perbarui dari artikel sebelumnya yang telah tayang di wanaswara pada tanggal dengan judul “Saatnya Generasi Z Memulai Zero Waste Lifestyle“.

Penulis: Ajie Prasetya

Editor: Arif Hidayat 

 

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.