Satwa Unik Penyeimbang Ekosistem dan Pendeteksi Bencana

Gambar 1. Deteksi bencana
Gambar 1. Deteksi bencana 

Sumber: skymapglobal.com

Ads

Dampak dari berbagai kejadian bencana alam yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi eksositem. Bukan hanya yang terjadi di Indonesia, tapi di berbagai belahan dunia bencana alam merupakan hal yang tidak bisa kita dihindari sebagai manusia. Mengingat kembali dampak dari gempa yang dialami oleh Jepang sampai dengan bencana kebakaran hutan yang sangat besar yang terjadi di Amerika. Indonesia sendiri meskipun mulai banyak alat yang dipasang untuk membuat kita waspada terhadap bencana alam pun faktanya masih belum bisa berfungsi dengan baik. Keberadaan satwa yang tinggal di hutan Indonesia bisa dibilang sebagai “alarm” atau pendeteksi bencana. Mulai dari yang biasa kita lihat di kehidupan sehari-hari maupun hewan nocturnal yang hanya beraktivitas di malam hari. Banyak dari kita yang sudah melupakan keberadaan satwa unik yang bisa memprediksi datangnya bencana jauh sebelum alat yang diciptakan manusia mulai digunakan. Salah satunya adalah satwa unik seperti burung.

Burung sampai saat ini, selain menjadi salah satu satwa yang paling menarik untuk publik karena keindahannya yang sangat karismatik dan dapat menjadi satwa pendeteksi bencana. Satwa ini memiliki bulu yang menjadi ciri khas dan tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain yang ada di dunia ini. Sejak dahulu daging dan telur burung liar juga telah dikonsumsi oleh masyarakat berbagai suku sebagai sumber protein hewani, bahkan sarang burung walet pun dijadikan hidangan sup bergengsi. Selain itu, burung dapat menjadi inspirasi karya seni, inspirasi lambang negara, motif pakaian, topi atau perhiasan dan dipelihara dalam sangkar untuk hobi.

Yang terjadi di dalam konteks konservasi, beberapa jenis burung juga masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi dari ancaman kepunahan. Akan tetapi, kini status populasi burung Indonesia memprihatinkan bahkan mengarah pada status sangat kritis. Melihat fakta menyedihkan tersebut, profesor riset Dewi Malia Prawiradilaga melakukan penelitian yang mendalam seputar status burung di Indonesia. Bahkan ia berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy dalam bidang ilmu ekologi dari Australian National University tahun 1997.

Prof Dewi Malia Prawiradilaga mengatakan dalam orasi ilmiah berjudul Keragaman dan Strategi Konservasi Burung Endemik Indonesia, “Jumlah jenis burung di Indonesia pada tahun 2019 adalah 1.711 jenis. Sebagian di antaranya adalah burung yang khas, tidak terdapat di wilayah geografis lainnya atau dalam istilah ilmiah disebut endemik”. Dia juga menjelaskan, pada tahun 2017 jumlah burung endemik di Indonesia mencapai 397 jenis, akan tetapi pada tahun 2019 hasil jumlahnya menjadi 510 jenis. Walaupun terjadi peningkatan, status populasi burung memburuk yang disebabkan oleh tekanan lingkungan dari aktivitas manusia yang terus meningkat melampaui upaya konservasi, khususnya burung endemik. Kejadian seperti itu mengakibatkan beberapa jenis burung terancam punah. Oleh sebab itu, strategi konservasi burung berbasis taksonomi dan bioekologi, khususnya burung endemik di Indonesia sangat diperlukan.

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Jumlah jenis burung di wilayah Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah Kolombia, Peru, dan Brasil. Berkisar sekitar 16% dari total jenis burung yang ada di dunia yaitu 10.711 jenis tercatat ada di wilayah Indonesia. Bahkan untuk jumlah jenis burung endemik Indonesia tergolong jenis yang tinggi, karena Indonesia memiliki keragaman ekosistem. Selain itu populasi 22 jenis burung endemik telah dikategorikan kritis dan 27 jenis dinyatakan terancam punah oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN) tahun 2019.

Jenis Burung Baru

Saat ini keanekaragaman jenis burung endemik Indonesia sudah banyak yang diketahui dalam ilmu pengetahuan . Tetapi, peluang untuk menemukan jenis baru dan pembenahan status jenis burung endemik ini yang meragukan masih terbuka terutama di daerah Wallacea dan Papua, khususnya di lokasi-lokasi yang belum terjelajahi. Padahal, kombinasi iptek untuk akurasi jenis dengan karakter morfologi, perilaku, dan genomik (DNA) menjadi sangat penting dan sangat mendesak.

“Tanda-tanda yang diberikan satwa ini harus terus kita pelajari,” ujarnya.

Burung juga menjadi elemen penting dalam rantai makanan dan ekosistem. Banyaknya serangan ulat bulu di berbagai lokasi di Pulau Jawa juga menandakan ekosistem burung pemangsa ulat sangat berkurang. Padahal burung menjadi satwa unik penyeimbang ekosistem alam. Perannya di alam bagi burung penebar biji juga menjadi penting untuk meningkatkan jumlah vegetasi dan tutupan hijau di hutan atau alam.

Dalam kesempatan itu, Laksana Tri Handoko (Kepala LIPI) mengingatkan profesor riset untuk bisa memberikan semangat dalam hal penelitian kepada peneliti muda Indonesia. Ini harus menjadi tanggung jawab yang diemban ketika peneliti ahli utama menyandang gelar profesor riset.

Ia mengatakan, gelar profesor riset merupakan jenjang tertinggi jabatan fungsional peneliti. Profesor riset adalah gelar bagi peneliti ahli utama di jenjang apapun. Tri Handoko berkata “Gelar ini sayangnya tidak memberikan privilege atau tidak diberikan apa pun pada mereka. Profesor riset justru tanggung jawab yang besar bagi para penerusnya,” Selain Prof Dewi, LIPI juga mengukuhkan tiga profesor riset lainnya yakni Teguh Peristiwady dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Wahyu Widiyono dari Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Euis Hermiati dari Pusat Penelitian Biomaterial LIPI.

Penulis: Nugroho Ganda Novianto

Referensi :

https://www.boombastis.com/hewan-tahu-bencana/202081

https://www.mongabay.co.id/2017/07/15/10-kelelawar-paling-unik-di-dunia-bagaimana-wujudnya/

Referensi Gambar:

 https://skymapglobal.com/wp-content/uploads/2018/06/forest_fire.jpg

 

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.