
Menurut artikel yang diterbitkan oleh Nature pada Januari 2021, disebutkan bahwa emisi karbon dioksida yang dilepaskan oleh semua negara secara keseluruhan mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sekitar 2,3 miliar ton. Jumlah ini dinilai lebih rendah 6,4 % daripada emisi global pada tahun sebelumnya. Meskipun demikian, untuk memenuhi komitmen iklim dalam menahan laju kenaikan suhu rata-rata di bawah dua derajat celcius, dibutuhkan usaha yang lebih lagi untuk menekan emisi karbon menjadi jauh lebih rendah dari ini. Namun, dari manakah asal emisi sebesar ini? Bagaimana awal perjalanan emisi karbon hingga terakumulasi begitu besar dan mengancam peradaban manusia?
Revolusi Industri dan Lonjakan Emisi (1850)

Emisi karbon dioksida (CO₂) dari aktivitas manusia sekarang memiliki jumlah lebih tinggi daripada titik manapun dalam sejarah kita, bahkan tahun 2019 dinilai sebagai puncak tertinggi emisi global. Data terbaru dari Climate Watch mengungkapkan bahwa emisi CO₂ global dinilai 150 kali lipat lebih tinggi pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 1850. Jika kita menelusuri kembali awal lonjakan emisi, maka kita akan berada pada zaman yang disebut sebagai revolusi industri di Inggris Raya yang terjadi pada abad ke 18-19 masehi.
Revolusi industri merupakan peralihan dalam penggunaan tenaga kerja dari tenaga hewan dan manusia menjadi mesin uap dan industri. Pada awal periode ini, sekitar tahun 1850, Inggris menduduki peringkat pertama sebagai negara penghasil CO₂ terbesar di dunia, disusul dengan Amerika Serikat. Prancis, Jerman, dan Belgia sebagai pelengkap daftar lima negara penghasil emisi teratas. Meskipun memiliki dampak positif terhadap ekonomi, biaya eksternalitas akibat kerusakan lingkungan pun meningkat drastis. Dalam artikel Mongabay, disebutkan bahwa pemerangkap-panas global naik dari sebelumnya kurang dari 1 gigaton (865 megaton), menjadi 46,6 gigaton pada 2015; atau sekitar 1,4 juta kg setiap detik.
Negara Mana Saja yang Mendominasi Emisi Karbon? — Episode Satu (1850-1960)

Lonjakan emisi yang dimulai dari revolusi industri membawa pertumbuhan emisi karbon dioksida yang kian bertambah setiap tahunnya. Sebagian besar kenaikan emisi pada 1850 hingga 1960 disebabkan oleh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk, khususnya di Amerika Serikat. Perkembangan ini hanya terhambat oleh beberapa gangguan peristiwa bersejarah, seperti Depresi Besar pada tahun 1930-an dan akhir Perang Dunia II pada tahun 1945. Kemudian, emisi China dan Rusia mulai naik seiring pertumbuhan ekonomi mereka pada tahun 1950-an.
Negara Mana Saja yang Mendominasi Emisi Karbon?—Episode Dua (1960-2011)

Meskipun secara umum negara penghasil emisi karbon dioksida tertinggi tidak banyak berubah tiap tahunnya, namun tetap ada beberapa kejadian yang memulai episode baru dalam posisi negara-negara pendominasi emisi. Hal ini ditandai dari bangkitnya perkembangan industri dan manufaktur di negara-negara Asia bersamaan dengan melonjaknya emisi dan gas rumah kaca yang dihasilkan oleh mereka. Dari data yang dihimpun oleh Climate Watch, dapat diamati bahwa Amerika Serikat mempertahankan posisinya sebagai penghasil emisi CO2 terbesar hingga 2005 disusul dengan berbagai negara Asia seperti Cina, India, dan Jepang. Di masa lalu, bagian terbesar emisi global berasal dari Eropa dan Amerika Utara. Tetapi pada akhir tahun 2011, Asia mendominasi, menyumbang lebih dari setengah emisi CO₂ global. Pada tahun tersebut pula suatu penelitian menyatakan bahwa sepuluh negara penghasil emisi teratas telah bertanggung jawab dalam menyumbang sekitar 78% dari emisi CO₂ global.
Kaleidoskop Emisi Kini dan Masa Depan
Pada kenyataanya, emisi terus meningkat sepanjang tahun, dengan pengecualian tahun 2020 yang diduga menurun akibat pengurangan kegiatan industri selama pandemi. Dalam kurun waktu antara tahun 1990 hingga 2014, emisi dunia diperkirakan telah meningkat sebesar 31 persen. Bergabungnya kembali Amerika Serikat pada Kesepakatan Paris pada tahun ini dapat menjadi langkah yang baik dalam perjalanan emisi karbon, sebab negara tersebut merupakan salah satu penyandang penghasil emisi terbesar di dunia. Begitu juga dengan China yang disusul oleh Iran, Arab Saudi, dan lain-lain.
Indonesia sendiri telah berkomitmen melalui penandatanganan Kesepakatan Paris pada April 2016, yang artinya sudah saatnya negara ini melakukan berbagai langkah konkret untuk mencapai pengurangan emisi karbon dan gas rumah kaca. Jika dilihat dari sumber daya alamnya, sebenarnya Indonesia merupakan salah satu negara dengan peluang pemanfaatan energi terbarukan yang cukup tinggi, mulai dari surya, geothermal, hingga air terjun. Sayangnya, kesempatan ini belum dibarengi dengan upaya pengembangan dan investasi energi terbarukan yang cukup. Diperlukan pula regulasi yang dapat membantu masyarakat untuk beralih ke gaya hidup rendah emisi dengan lebih mudah. Sudah saatnya sejarah karbon berputar balik menuju grafik yang lebih menurun tiap tahunnya, bukan hanya demi penurunan suhu rata-rata global, namun juga pengendalian atas krisis iklim yang sedang mengancam kita semua.
Penulis: Nur Annisa Kusumawardani
Sumber Literatur:
Fajar, Jay. “Melihat Pertumbuhan Emisi Global Sejak 1850 Dan Perkembangan Usaha Penurunannya.” Mongabay Environmental News, 10 Apr. 2018, www.mongabay.co.id/2018/04/10/melihat-pertumbuhan-emisi-global-sejak-1850-dan-perkembangan-usaha-penurunannya.
“Global Energy Review: CO2 Emissions in 2020 – Analysis.” IEA, 2 Mar. 2021, www.iea.org/articles/global-energy-review-co2-emissions-in-2020.
Tollefson, Jeff. “COVID Curbed Carbon Emissions in 2020 — but Not by Much.” Nature, vol. 589, no. 7842, 2021, p. 343. Crossref, doi:10.1038/d41586-021-00090-3.
Sejarah Emisi Karbon
Sumber Gambar:
https://www.statista.com/statistics/264699/worldwide-co2-emissions/
https://www.nature.com/articles/d41586-021-00090-3
LindungiHutan.com adalah Platform Crowdfunding Penggalangan Dana untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung penghijauan yang ada di seluruh Indonesia. mari bersama menjaga dan melestarikan hutan seluruh Indonesia.