
Salam Lestari! Masih banyak orang yang mengira bahwa mangrove adalah salah satu jenis tanaman atau pohon yang ada di pesisir pantai. Dan adapula yang menganggap bahwa bakau adalah kawasan hutan yang berada pada estuari (pertemuan air sungai dengan lautan). Apakah Sahabat Alam masih sering tertukar dengan definisi bakau dan mangrove? Bakau adalah salah satu spesies tumbuhan yang hidup pada ekosistem mangrove. Bakau termasuk dalam golongan Mangrove Rhizopora. Sedangkan mangrove adalah komunitas tumbuhan yang berada pada wilayah pesisir. Jadi, dapat dikatakan bahwa bakau itu hidupnya di areal hutan mangrove. Nah, setelah mengetahui perbedaan mangrove dan bakau. Sekarang saatnya kita membahas persoalan yang ada di hutan mangrove. Dahulu kala, mangrove tidak pernah diperdulikan. Namun semakin hari, mangrove telah dikenal dengan jutaan manfaatnya. Mari mengenal sekilas pandang mangrove lebih mendalam.
Baca Lainnya : Saatnya Generasi Z Memulai Zero Waste Lifestyle
Hutan Mangrove Indonesia Terluas di Dunia
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 956,181 km. Karena memiliki puluhan ribu pulau, tidak mengherangkan jika hutan mangrove dengan mudah dijumpai membentang mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Berdasarkan pemaparan Giri et al. (2011), terdapat 4,25 juta hektar luas mangrove di Indonesia atau sekitar 3,98% luasan total hutan mangrove dunia. Bahkan data lain menyebutkan bahwa Indonesia dianugerahi 21% luas total hutan mangrove dunia. Sedangkan total luas hutan mangrove dunia berkisar antara 137.760 km2 hingga 181.000 km2.
Sekilas Pandang Jenis-Jenis Mangrove

Vegetasi hutan mangrove terdiri dari pepohonan dan semak yang diklasifikasikan ke dalam delapan famili serta meliputi dua belas genus tumbuhan berbunga. Jenis mangrove yang banyak dikenal dunia, terdiri dari 24 famili serta 54 hingga 75 spesies. Menurut Tomlinson (1986), tanaman (flora) di kawasan hutan mangrove dikelompokkan ke dalam 3 elemen, yang terdiri dari elemen mangrove mayor, elemen mangrove minor dan elemen asosiasi.
- Elemen Mayor
Ialah tumbuhan yang hanya dapat hidup di dalam areal hutan mangrove. Elemen mayor menjadi penyusun utama struktur komunitas pada vegetasi mangrove. Mangrove mayor memiliki ciri fisik berupa tanaman yang membentuk tegakan murni (pure stand). Ada beberapa genus yang termasuk mangrove mayor, diantaranya Avicennia, Bruguiera, Sonneratia dan Rhizophora.
- Elemen Minor
Mangrove yang termasuk golongan minor biasanya tidak membentuk komunitas besar. Pada umumnya, ia terlihat pada areal pinggiran hutan mangrove. Salah satu genus tumbuhan dari elemen mangrove minor ialah Xylocarpus.
- Elemen Asosiasi
Tumbuhan asosiasi jarang ditemukan di hutan mangrove. Walaupun begitu, keberadaannya menjadi bagian penting dari keanekaragaman hayati mangrove. Contoh dari mangrove asosiasi ialah Hibiscus.
Sekilas Pandang Manfaat Keberadaan Mangrove

Pada tahun 1230, menjadi sejarah pemanfaatan mangrove untuk pertamakalinya, tepatnya di Arab. Yaitu penggunaan mangrove berupa bibit Rhizophora menjadi sumber pangan, pengobatan, kayu bakar dan pewarna. Peranan mangrove bagi kehidupan dibedakan ke dalam aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya.
- Ekologi
Mangrove merupakan bagian dari alam yang tentunya akan menyediakan manfaat berkaitan dengan alam itu sendiri. Tidak lain dan tidak bukan ialah peranan pada segi teknis lingkungan. Hutan mangrove menjadi habitat berbagai jenis flora dan fauna, pelindung dari ancaman sedimentasi, mencegah abrasi, proteksi pantai dari angin dan badai, peredam gelombang air pasang (banjir rob) dan tsunami, penyerapan karbon serta menjadi penetralisir bahan berbahaya pada perairan.
- Ekonomi
Hutan mangrove menjadi penunjang perekonomian masyarakat. Potensi pemanfaatan mangrove umumnya sebagai sumber bahan pangan, pengobatan, industri perikanan (tambak) serta wisata alam. Manfaat nilai guna hutan mangrove diperkirakan sebesar Rp 11,61 juta/ha/th.
- Sosial Budaya
Mangrove menjadi bagian kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas masyarakat lokal (pesisir). Hal ini berkaitan dengan keuntungan ekonomi karena mangrove sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Selain itu, mangrove telah berperan dalam peningkatan ilmu pengetahuan. Sehingga prospek penelitian pada ekosistem mangrove sangatlah tinggi.
Mengenal Sekilas Pandang Persoalan yang Mangrove Hadapi?
Tekanan terhadap hutan mangrove terus meningkat. Tingkat kerusakan hutan mangrove Indonesia sangatlah cepat. Hal ini berkaitan dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan. Ancaman utama mangrove ialah dampak dari aktivitas manusia, seperti industri perikanan, penebangan hutan, atraksi wisata serta pencemaran lingkungan. Selain itu, adapula ancaman reklamasi dan sedimentasi, kegiatan pertambangan serta bencana alam.
Mengapa Begitu Banyak Kegiatan Penanaman Mangrove?

Kesadaran untuk mengobati kerusakan yang dialami ekosistem mangrove terus meningkat. Sejak Masa Pelita V telah dilaksanakan kegiatan restorasi. Restorasi hutan mangrove berperan dalam proses meningkatkan kembali nilai sumber daya hayati. Mengembalikan keberadaan mangrove sebagaimana mestinya akan berdampak pada keuntungan ekologi dan ekonomi. Rehabilitasi dimulai sejak tahun 2003. Banyak pihak yang ikut terlibat untuk menyemarakkan aksi penanaman mangrove. Tidak hanya Pemerintah, dari kalangan masyarakat lokal hingga swasta pun ikut tergerak hatinya. Penanaman mangrove dirasa menjadi solusi tepat mengatasi persoalan gundulnya hutan mangrove. Namun nyatanya, rehabilitasi di Indonesia hanya mencakup luas sebesar 70.185 hektar dengan tingkat keberhasilan yang rendah. Mengapa keberhasilan penanaman mangrove sangat rendah? Jawabannya karena banyak pihak yang seakan tergesa-gesa dalam kegiatan rehabilitasi. Sehingga penanaman hanya berakhir dengan pemborosan dan kegagalan. Oleh karena itu, penanaman tanpa adanya persiapan dan survei lebih lanjut sangatlah tidak disarankan.
Bagaimana Cara Menjaga Mangrove Agar Tetap Lestari?
Banyak akademisi yang mengatakan bahwa penanaman kembali mangrove bukanlah cara satu-satunya mengatasi permasalahan hutan mangrove. Sebenarnya ekosistem mangrove dapat pulih dengan sendirinya (alami). Asalkan beberapa faktor pendukung benar-benar tersedia. Misalnya permasalahan hidrologi (saluran air) yang baik akan mempercepat proses kembalinya fungsi mangrove. Selain itu, usaha untuk mencegah kerusakan mangrove dari predator, hama dan penyakit menjadi cara kedua yang tepat.
Sebagai bagian dari konservasi, pemanfaatan mangrove haruslah penuh dengan sikap bijak. Artinya menggunakan (eksploitasi) sumber daya mangrove dengan tidak berlebihan. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik? Cara menjaga kelestarian mangrove adalah jangan rakus!
Penulis : Melynda Dwi Puspita
Referensi :
Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh jenis mangrove yang kaya manfaat. Info Teknis Eboni. 11 (1): 37-44
Pardede, E. 2013. Mangrove untuk mendukung lingkungan hidup, keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan. Seminar Nasional Peranan Pers Pada Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan.
Wardhani, M. K. 2011. Kawasan konservasi mangrove: suatu potensi ekowisata. Jurnal Kelautan. 4 (1): 60-76.
Warsidi dan S. Endayani. 2017. Komposisi vegetasi mangrove di Teluk Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Agrifor. 16 (1): 115-124.
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!