Surili, Primata Endemik yang Terancam Punah

 

surili

Gambar 1 Surili

Ads

© Todd Deininger

Surili (Presbytis comata) adalah satwa endemik Indonesia yang kini keberadaannya terancam punah. Hewan ini memiliki nama lain seperti Rekrekan (Jawa Tengah) atau Javan Surili. Adapun taksonominya sebagai berikut.

Kerajaan     : Animalia

Filum           : Chordata

Ads
Kapan jaga hutan? Sekarang! Buka lindungihutan.com

Kelas            : Mammalia

Ordo             : Primates

Famili          : Cercopithecidae

Genus          : Presbytis

Spesies        : Comata

 

Hewan ini hanya ada di hutan Jawa. Surili termasuk hewan yang sensitif pada keadaan sekitar. Mereka akan segera pergi bersembunyi ketika mendengar dan merasakan kehadiran organisme yang mengancamnya. Apabila terjadi perubahan lahan pada habitat aslinya, mereka akan pindah ke habitat yang tersisa. 

Bagaimana? Sudah cukup familiar dengan satwa endemik ini? Jika belum, yuk kita bahas lebih lanjut!

 

Status Keberadaan Surili

Menurut IUCN (2020), Surili termasuk ke dalam kelompok hewan yang terancam punah atau endangered. Hewan dapat dikategorikan sebagai terancam punah apabila terdapat kurang dari 2500 hewan dewasa. Kini, populasi keberadaannya memiliki tren yang menurun dan hanya terdapat sekitar 1400 – 1500 ekor. 

Pemerintah Indonesia pun melakukan upaya dalam melindunginya dengan mengeluarkan beberapa peraturan. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Surili termasuk satwa yang dilindungi. Lalu, terdapat pula dalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. 

Selain itu, Surili juga termasuk ke dalam daftar peningkatan populasi 25 jenis satwa prioritas terancam punah yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE No. 180/IV-KKH/2015. Melalui surat keputusan tersebut, ditargetkan terjadi peningkatan populasi satwa sebesar 10% pada tahun 2015 – 2019. Pada tahun 2020, terjadi peningkatan populasi 25 jenis satwa prioritas terancam punah sebesar 40,77%.    

 

Ciri-ciri Surili

Surili memiliki ciri khas pada bagian tubuhnya. Punggungnya berwarna hitam atau coklat keabuan sedangkan jambul dan kepalanya berwarna hitam. Rambut di bagian bawah dagu, dada, perut, lengan kaki, dan ekor berwarna putih. Pada anak yang baru lahir berwarna putih dengan garis hitam dari kepala hingga ekor.

surili

Gambar 2 Surili di atas pohon

© Hapsari Indriastuti

Ukuran tubuh Surili dewasa yaitu memiliki panjang 430 – 595 mm dan panjang buntut sekitar 560 – 724 mm. Berat Surili jantan 6,5 kg sedangkan berat betina yaitu 6,7 kg. Dalam satu kawanan biasanya terdapat 2 – 14 individu dengan 1 – 2 pejantan. Terkadang kawanan ini bercampur dengan kawanan Lutung Jawa (Trachypithecus auratus).

Hewan ini termasuk ke dalam folivore, yaitu herbivora yang khusus memakan dedaunan. Selain dedaunan, mereka juga memakan buah, bunga, biji-bijian, dan jamur. Berdasarkan penelitian Ruhiyat (1983), makanan Surili terdiri atas 59% daun muda; 13,5% buah-buahan; 7% bunga; 5,6% daun tua; 4,1% jamur; 2,7% pseudobulb; 1,5% ujung ranting; dan 0,7% biji-bijan. 

Surili merupakan hewan arboreal atau banyak menghabiskan waktunya di atas pohon. Kegiatan yang dilakukan yaitu 51% beristirahat, 23% mencari makan dan makan, 21% bepergian, dan 5% bersosialisasi serta kegiatan lainnya (Nijman dan Setiawan, 2020). Mereka juga tidur di atas pohon dan punggung bukit yang tinggi. 

Habitat dan Persebaran Surili

Habitat

Pada umumnya, Surili memiliki habitat di hutan pegunungan dengan tinggi 1000 – 2500 mdpl. Hewan ini juga dapat ditemukan di hutan primer maupun sekunder, hutan dataran rendah, hutan di lereng yang curam dan perbukitan serta hutan atas pegunungan. Mereka banyak melakukan kegiatan di bagian tengah dan atas kanopi hutan.

Surili menyukai tempat yang memiliki kerapatan tegakan >50% (Kusumanegara et al., 2017). Semakin rapat jarak antar pohon semakin mudah untuk beraktivitas, seperti mencari makan, bersembunyi, dan beristirahat. Selain itu, mereka juga menyukai tempat yang agak curam karena memudahkannya untuk melindungi diri dari predator. Lahan yang agak curam juga dapat memberikan efek nyaman mendapat sinar matahari yang tinggi, kecepatan angin yang tinggi, serta kondisi yang kering dan teduh.

Suhu permukaan area yang ditempati Surili berkisar 16,3 – 18°C dengan jarak tepi hutan yaitu 0 – 665 m. Jarak tepi hutan berhubungan dengan keanekaragaman dan kepadatan vegetasi yang menyebabkan melimpahnya sumber makanan. Surili menyukai habitat yang memiliki jarak semakin dekat dengan jalur pendakian (Kusumanegara et al., 2017). Semakin dekat jalur pendakian semakin baik karena dapat terhindar dari predator, contohnya macan tutul jawa. Macan tutul sangat menghindari adanya keberadaan manusia.

 Baca Juga: Hutan Hujan Tropis: Ciri-ciri, Persebaran, Manfaat, Cara Menjaga

Persebaran

Surili banyak ditemukan di hutan pegunungan daerah Jawa Barat hingga Jawa Tengah. Keberadaan di Jawa Tengah meliputi hutan di Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung dieng, dan Gunung Merbabu. Untuk keberadaan di Jawa Barat meliputi Taman Nasional Gunung Ciremai, Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun, dan Gunung Tilu.

 

Ancaman yang Ada

Ancaman bagi keberadaan Surili yaitu perusakan habitat berupa deforestasi. Diperkirakan habitat Surili menyusut dari 43.274 km² menjadi 1608 km² atau menyusut sekitar 96% (Supriatna dan Wahyono, 2000 dalam Widiana et al., 2018). Konversi hutan dan adanya kebakaran hutan juga berperan dalam kerusakan habitat satwa endemik ini. Selain itu, perburuan serta penangkapan satwa eksotis dan liar juga mempengaruhi keberadaannya.

 

Keberadaan Surili tentunya harus kita jaga karena mereka mempunyai peran yang penting bagi hutan. Beberapa tumbuhan sangat bergantung pada mereka dalam penyebaran bibit. Tanpanya, keberadaan akan tumbuhan dan organisme yang bergantung pada tumbuhan tersebut akan semakin terbatas penyebarannya.   

 

Baca Juga: Simakobu, Primata Endemik Mentawai Berekor Babi

 

Referensi Literatur:

Anon. (2019). Indonesian Primate Profile. Jurnal Primatologi Indonesia, 16(1), 1-2.

Kusumanegara, A., Kartono, A., & Prasetyo, L. (2017). PREFERENSI HABITAT SURILI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI. Media Konservasi, 22(1).

Nijman, V. & Setiawan, A. 2020. Presbytis comata. The IUCN Red List of Threatened Species 2020: e.T18125A17955175. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-2.RLTS.T18125A17955175.en. Downloaded on 14 October 2021.

Widiana, A., Hasby, R., & Uriawan, W. (2018). DISTRIBUSI DAN ESTIMASI POPULASI SURILI (Presbytis comata) DI KAMOJANG KABUPATEN GARUT JAWA BARAT. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 11(2), 116-121. doi: 10.15408/kauniyah.v11i2.6621

 

Penulis: Almadinah Putri Brilian

 

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!

 

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Author

Hitung emisi karbon dengan Imbangi.