
Taman Nasional Lorentz – Indonesia termasuk dalam empat dari 25 hotspot keanekaragaman hayati global atau kawasan dengan spesies endemik tingkat tinggi yang terancam oleh hilangnya habitat tiga dari 17 negara dengan megabiodiversitas terbesar secara global, dan salah satu negara dengan terumbu karang paling beragam di dunia (von Rintelen et al., 2017). Indonesia dapat menjadi hotspot dari megabiodiversitas karena negara ini terdiri dari 17.000 pulau dengan berbagai tipe habitat dan sejarah geologi yang rumit. Faktor biogeografi, geologi, iklim dan ekologi telah menyebabkan evolusi dari beragam fauna dan flora dengan sejumlah besar spesies endemik yang telah beradaptasi dengan baik secara ekologis. Sebagian besar spesies flora dan fauna di Indonesia secara konsisten berada di bawah ancaman kepunahan bahkan sebelum mereka ditemukan atau dieksplorasi secara ilmiah.
Agar keanekaragaman hayati di Indonesia tetap terjaga, pemerintah telah membangun berbagai taman nasional di setiap daerah di Indonesia. Taman nasional adalah sebuah taman yang digunakan untuk tujuan konservasi, serta dibuat dan dilindungi oleh pemerintah nasional (National park, 2020). Umumnya, taman nasional berupa cagar alam, cagar semi-alami, atau tanah berkembang yang dinyatakan atau dimiliki oleh negara yang berdaulat. Meskipun masing-masing negara menetapkan bentuk dan peraturan taman nasional mereka sendiri, terdapat gagasan yang sama mengenai taman nasional, yaitu sebuah konservasi ‘alam liar’ untuk anak cucu dan sebagai simbol kebanggaan nasional.
Di Indonesia, terdapat 54 taman nasional dengan sembilan berstatus sebagai cagar biosfer dari Jaringan Cagar Biosfer Dunia atau World Network of Biosphere Reserve (WNBR) UNESCO, enam berstatus sebagai Situs Warisan Dunia atau World Heritage Site, dan lima berperan sebagai Ramsar Site atau situs lahan basah yang dirancang untuk kepentingan internasional dibawah Konvensi Ramsar (50 Taman Nasional di Indonesia, n.d.). Sebanyak 9 taman nasional di Indonesia dengan sebagian besar lahan merupakan laut, dan sekitar 9% dari permukaan Indonesia adalah taman nasional.
Mengenal Taman Nasional Lorentz

Taman Nasional Lorentz adalah taman nasional yang terletak di Papua, Indonesia, tepatnya di barat daya Papua Barat (Lorentz National Park, n.d.). Taman ini diberi nama setelah Hendrikus Albertus Lorentz, seorang penjelajah Belanda yang melewati area taman nasional ini pada ekspedisinya di tahun 1909–11910. Dengan luas 25.056 km2, taman nasional ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 1999, Taman ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Taman Nasional Lorentz adalah salah satu taman nasional yang paling beragam secara ekologis di dunia. Taman nasional ini adalah satu-satunya cagar alam di kawasan Asia-Pasifik yang memiliki rangkaian ekosistem yang lengkap mulai dari kawasan laut, bakau, hutan rawa pasang surut dan air tawar, hutan hujan dataran rendah dan pegunungan, tundra pegunungan, serta gletser ekuator. Pada ketinggian 4884 meter, terdapat Puncak Jaya yang merupakan gunung tertinggi dalam barisan pegunungan Himalaya dan Andes.
Taman Nasional Lorentz merupakan salah satu dari tiga wilayah tropis di dunia yang memiliki gletser dan sistem daratannya berkisar dari puncak gunung yang tertutup salju hingga lahan basah dan pesisir yang luas di dataran rendah (Integrity, n.d.). Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai kawasan lindung di dunia yang memiliki transek ekologis berkelanjutan. Taman nasional ini juga mempunyai situs fosil, tingkat endemisme flora dan fauna yang tinggi, serta keanekaragaman hayati terkaya di wilayah Papua Barat sebagai hasil dari transek ekologis yang berkelanjutan. Tiga puluh empat tipe vegetasi dan 29 sistem lahan telah diidentifikasi di dalam properti taman nasional ini bersama dengan sekitar 123 spesies mamalia yang tercatat. Jumlah mamalia tersebut mewakili 80% dari total fauna mamalia di Irian Jaya.
Geologi dan bentang alam Taman Nasional Lorentz menampilkan salah satu bukti grafis sejarah bumi (Criterion (VIII), n.d.). Terletak di titik pertemuan dua lempeng kontinental yang saling bertabrakan, daerah taman nasional ini memiliki geologi yang kompleks dengan formasi pegunungan serta pemahatan besar oleh glasiasi dan pertambahan garis pantai. Pegunungan yang mendominasi adalah produk langsung dari tabrakan antara lempeng tektonik Australia dan Pasifik yang hasilnya adalah titik tertinggi di pegunungan Papua Nugini dan satu-satunya gletser yang tersisa di taman nasional tersebut. Ada juga bukti dari garis pantai pasca periode glasial.
Flora, Fauna, dan Penduduk

Fluktuasi permukaan laut dan aktivitas tektonik menciptakan kondisi keanekaragaman hayati floristik yang bagus dan beragam di daerah Taman Nasional Lorentz (Claudino-Sales, 2018). Pegunungan salju yang berada di taman nasional ini juga membentuk penghalang yang hampir tidak bisa dilewati, sehingga mempercepat spesiasi dan meningkatkan endemisme dari biota yang ada. Taman ini memiliki lima zona vegetasi utama, yaitu dataran rendah, pegunungan, subalpine, alpine, dan nival. Setidak, terdapat sembilan sub-zona lainnya di dalam lima zona vegetasi utama tersebut.
Taman Nasional Lorentz mempunyai 64 spesies mamalia dan ada elemen fauna Gondwana pada 16 jenis marsupial atau hewan berkantung yang hidup di taman nasional ini. Taman nasional ini juga memiliki paling tidak empat spesies opossum marsupial mirip lemur, lima spesies kanguru pohon, 25 spesies tikus, dan 19 spesies kelelawar. Kebanyakan dari fauna ini baru saja teridentifikasi sehingga menjadi sebuah penemuan atau rekor baru bagi ekologi Papua.
Taman ini juga menjadi rumah bagi 650 spesies burung atau 72% dari total seluruh spesies burung yang ada di Papua. Spesies burung yang ada meliputi dua jenis kasuari, 31 jenis burung merpati, 500 jenis kakatua, 60 jenis cekakak, dan 145 jenis burung madu. Selain itu, ada enam jenis burung endemik di kawasan pegunungan bersalju, seperti burung puyuh Gunung Salju (Anurophasis monorthonyx) dan burung robin Pegunungan Salju (Petroica archboldi).
Daerah perairan Taman ini menjadi habitat bagi 90 spesies amfibi, dua spesies buaya, dan lebih dari 100 spesies ikan air payau. Karena daerah perairan taman nasional ini dekat dengan Laut Arafura, maka banyak ditemukan biota laut penting seperti penyu hijau dan penyu sisik yang perlu dijaga keberadaannya. selain itu, Taman Nasional Lorentz juga menyimpan koleksi besar dari fosil flora dan fauna yang ada pada Zaman Es. Fosil ini ditemukan di gua-gua yang berada di daerah pegunungan dan menjadi bukti dari evolusi kehidupan yang ada pada kawasan taman nasional ini.
Kehidupan yang ada pada Taman Nasional Lorentz tidak terbatas pada flora dan fauna saja, namun juga manusia. Peradaban manusia pada taman nasional ini sudah ada sejak 25.000 tahun yang lalu. Saat ini, ada tujuh kelompok masyarakat ada yang menghuni kawasan taman ini dan mempertahankan gaya hidup tradisional mereka dalam berbagai tingkatan. Kelompok masyarakat ini adalah suku Amungme (Damal), Dani Barat, Dani Lembah Baliem, Moni dan Nduga, Asmat, Kamoro dan Sempan. Pihak pengelola taman nasional melibatkan suku-suku ini dalam proses pengelolaan Taman Nasional Lorentz agar keanekaragaman hayati yang ada tetap dapat terlindungi.
Ancaman Ekologis Terhadap Biodiversitas

Walaupun lokasi Taman Nasional ini terpencil, biodiversitas yang ada pada taman nasional ini masih terancam oleh kegiatan manusia seperti pembalakan liar dan perburuan satwa liar (Lorentz National Park, n.d.). Kegiatan ini masih termasuk terkontrol di kawasan Taman Nasional Lorentz, namun tanpa investasi terhadap manajemen yang tegas, resiko dari ancaman ini akan terus meningkat. Selain pembalakan liar dan perburuan satwa liar, biodiversitas yang ada pada Taman Nasional Lorentz juga terancam oleh konstruksi jalan dan perubahan iklim. Keinginan pemerintah kabupaten untuk memberikan layanan pembangunan kepada komunitas mereka kemungkinan akan memberikan tekanan yang signifikan pada biodiversitas Taman Nasional Lorentz. Pembangunan jalan ini tentu saja akan menggunakan alat berat yang menghasilkan gas rumah kaca melalui emisi karbon, sehingga berkontribusi pada pemanasan global. Apabila pemanasan global terus berlangsung dengan laju yang cepat, gletser pada pegunungan di Taman Nasional Lorentz akan mencair dalam waktu 10-15 tahun.
Melihat kondisi ini, masyarakat perlu meningkatkan kepedulian mereka terhadap keanekaragaman hayati di Indonesia yang terancam oleh kegiatan manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan senantiasa mengkomunikasikan mengenai peran penting mereka bagi alam dan sebagai aset negara. Masyarakat juga dapat mengunjungi taman nasional ini untuk lebih lanjut mengetahui keindahan alam yang ada pada Taman Nasional Lorentz. Cara terbaik untuk mencapai taman ini adalah dengan terbang ke Wamena, Biak, Jayapura atau Timika dan kemudian menuju ke taman tersebut (How to Get to Lorentz National Park, n.d.). Wamena adalah pilihan terbaik karena pengunjung bisa mendapatkan izin masuk di Kantor Konservasi Kehutanan.
Penulis: Fiona Evangeline Onggodjojo
Dikurasi Oleh: Daning Krisdianti
Referensi Literatur
Claudino-Sales, V. (2018). Lorentz National Park, Indonesia (Vol. 28). Springer, Dordrecht. https://doi.org/10.1007/978-94-024-1528-5_81.
Criterion (VIII). (n.d.). UNESCO. Retrieved February 24, 2021, from https://whc.unesco.org/en/list/955/.
50 Taman Nasional di Indonesia. (n.d.). Wayback Machine. Retrieved February 24, 2021, from https://web.archive.org/web/20131009143318/http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_index.htm.
How to Get to Lorentz National Park. (n.d.). Indonesia All Travel Guide. Retrieved February 25, 2021, from https://allindonesiatravel.com/lorentz-national-park-papua-irian-jaya/#:~:text=Best%20way%20to%20get%20to,by%20a%20local%20travel%20agent).
Integrity. (n.d.). UNESCO. Retrieved February 24, 2021, from https://whc.unesco.org/en/list/955/
Lorentz National Park. (n.d.). UNESCO. Retrieved February 24, 2021, from https://whc.unesco.org/en/list/955/.
Lorentz National Park. (n.d.). IUCN. Retrieved February 25, 2021, from https://worldheritageoutlook.iucn.org/explore-sites/wdpaid/198298.
von Rintelen, K., Arida, E., & Häuser, C. (2017). A review of biodiversity-related issues and challenges in megadiverse Indonesia and other Southeast Asian countries. RIO: Research Ideas and Outcomes, 3(1), 1-16.
Referensi Gambar
Taman Nasional Lorentz. Retrieved from https://www.indonesia-tourism.com/west-papua/wamena/lorentz_national_park.html.
Taman Nasional Lorentz. Retrieved from https://travel.kompas.com/read/2019/12/04/100344427/taman-nasional-lorentz-jadi-google-doodle-ini-pesonanya.
Snow Mountain Quail. Retrieved from https://www.oiseaux.net/birds/snow.mountain.quail.html.
Taman Nasional Lorentz. Retrieved from https://authentic-indonesia.com/blog/14-unesco-world-heritage-sites-in-indonesia/.
Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!