Taman Nasional Tanjung Puting adalah tempat penangkaran orangutan yang keberadaannya sekarang sedang terancam

Tahukah kamu jika Indonesia memiliki salah satu spesies primata mamalia yang tidak dimiliki negara lain? Ya! Hewan itu adalah orangutan. Tapi tahukah kalian dimana orangutan tinggal? Bagaimana kondisinya sekarang? Banyak kabar jika ia termasuk hewan punah yang sekarang harus dilindungi di salah satu Taman Nasional. Mau tahu dimana Taman Nasional tersebut? Yuk, simak penjelasan lengkapnya!
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP)
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) merupakan sebuah taman nasional yang terletak di ketinggian 0-100 mdpl semenanjung barat daya Provinsi Kalimantan Tengah tepatnya di Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kecamatan Hanau hingga Kecamatan Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan. Pada mulanya TNTP ditetapkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda sebagai sebuah cagar alam dan suaka marga satwa pada tahun 1937. Kemudian pada 25 Oktober 1996, TNTP dijadikan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.687/Kpts-II/1996 seluas 415.040 ha.
Terdapat beberapa zona dalam TNTP berdasarkan aspek kegiatannya, antara lain terdapat zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, zona tradisional, zona religi hingga zona khusus. TNTP merupakan salah satu kawasan konservasi alam (in-situ) yang berpotensi untuk dikembangkan ke sektor pariwisata, penelitian hingga pendidikan.
Cara Mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP)

Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) dikelola oleh salah satu UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) Kementerian Kehutanan, yaitu Balai Taman Nasional Tanjung Puting. Salah satu hal yang menyebabkan TNTP menjadi daya tarik wisata Indonesia adalah kelestarian alamnya yang menyebabkan pengunjung dapat secara langsung menikmati habitat asli orangutan dan kehidupannya di alam liar. Rute perjalanan menuju TNTP dapat dimulai dari Pangkalan Bun menuju ke Kumai dengan jarak sekitar 8 kilometer dan membutuhkan sekitar 15 menit menggunakan kendaraan umum. Kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal tradisional setempat yang disebut dengan kapal klotok sekitar 2 jam perjalanan dan sekitar hanya 1 jam jika menggunakan kapal cepat (speed boat).
Mayoritas pengunjung atau wisatawan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) adalah wisatawan asing yang secara tidak langsung memicu pengelola TNTP yang kebanyakan adalah masyarakat lokal Pangkalan Bun untuk terus meningkatkan pelayanan di tempat tersebut. Salah satunya adalah dengan fasilitas kapal klotok yang menjadi transportasi khas menuju ke TNTP. Disebut dengan kapal klotok dikarenakan bunyi yang ditimbulkan ketika kapal bergerak yaitu “tok.. tok.. tok..”.
Kapal klotok mampu untuk menampung 7 hingga 12 orang dalam sekali perjalanan dengan laju yang tidak begitu kencang sehingga cukup nyaman bagi penumpang untuk menikmati pemandangan selama perjalanan. Misalnya dengan menikmati suasana Sungai Sekonyer dengan hewan liar yang sesekali muncul di pinggiran sungainya. Satu hal lagi yang menjadi menarik dari Sungai Sekonyer ini adalah kesempatan pengunjung untuk seakan-akan melihat adanya perubahan warna air sungai selama perjalanan menyusuri sungai, warnanya akan berubah dari cokelat menuju kehitam-hitaman sebagai akibat dari warna akar pepohonan yang dapat terjadi karena air sungai yang sangat jernih sehingga apa yang ada di bawah air dapat terlihat. Asyik bukan?
Habitat Orangutan

Taman nasional ini sangat kaya akan keanekaragaman flora dan fauna. Ekosistem yang terdapat di TNTP antara lain adalah ekosistem hutan hujan tropis, hutan tanah kering, hutan mangrove, hutan pantai, hutan sekunder hingga hutan rawa air tawar. TNTP menjadi habitat dari delapan jenis primata fauna Indonesia antara lain spesies monyet (bekantan, monyet abu-abu, dll) hingga hewan endemik (burung, ikan dugong, buaya dan kupu-kupu). Sedangkan salah satu kekayaan fauna yang terkenal adalah orangutan sebagai salah satu primata mamalia yang dilindungi.
TNTP merupakan kawasan konservasi dan rehabilitasi orangutan terbesar di dunia dengan perkiraan populasi sekitar 30.000 hingga 40.000 ekor. Orangutan menjadikan TNTP berpotensi untuk pengembangan di sektor pendidikan dikarenakan terdapat spesies orangutan borneo (Pongo pygmaeus) dan sumatera (Pongo abelii) yang hanya terdapat di Indonesia dan keberadaannya sudah terancam punah. Orangutan merupakan satu-satunya spesies besar yang ada di Benua Asia, khususnya di sebagian kecil kawasan Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Namun tidak semua wilayah di TNTP menjadi habitat budidaya orangutan dikarenakan adanya sifat kecenderungan dari satwa liar untuk menyeleksi habitat yang disukai untuk ditinggal. Di TNTP sendiri habitat orangutan mayoritas ditemukan di hutan dipterocarp berdataran rendah, di hutan rawa campuran dan di hutan kerangas. Seleksi habitat tinggal tersebut dilakukan guna untuk menjamin keberhasilan hidup dan kelangsungan hidup mereka kedepannya. Karakteristik habitat yang disukai oleh orangutan antara lain wilayah yang dapat menyediakan kebutuhan hidup mulai dari makanan, air, tempat tinggal hingga berkembang biak.
Pusat konservasi dan rehabilitasi orangutan di TNTP tepatnya terletak di Camp Leakey yang didirikan oleh Dr. Birute Mary Galdikas dan Robert Leakey (antropologis dari Kenya). Camp Leakey tidak hanya dijadikan sebagai pusat rehabilitasi, namun juga digunakan sebagai pusat penelitian (research center) untuk penelitian terkait orangutan dan ekologi sungai Tanjung Puting itu sendiri. Selain di Camp Leakey, salah satu wilayah di TNTP yang menjadi pusat rehabilitasi orangutan yang pernah tertangkap adalah di Pondok Tangui dan Tanjung Harapan.
Baik di Camp Leakey maupun di Pondok Tangui, pengunjung akan memiliki kesempatan untuk melihat dan mengenal spesies orangutan secara dekat. Namun pengunjung tidak diperbolehkan untuk memberikan makan orangutan dikarenakan orangutan merupakan salah satu spesies yang terancam sehingga perlu untuk dilindungi. Jadi tetap hargai ya protokolnya!
Penulis: Ivena Christie
Dikurasi oleh Inggrit Aulia Wati Hasanah
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!