
10 Spesies dan Subspesies Burung Baru
Pada dua dekade terakhir, setidaknya kurang dari enam spesies burung baru ditemukan setiap tahunnya di seluruh belahan dunia. Namun sebuah prestasi yang luar bisa terjadi pada tahun 2020 ini, karena sepuluh spesies dan subspesies burung baru ditemukan di negeri kita, Indonesia. Yap, Indonesia dan kekayaan alamnya yang menakjubkan memang tidak henti-hentinya mengundang decak kagum. Penemuan ini telah diumumkan secara resmi oleh para ilmuwan, yaitu Rheindt FE, Prawiradilaga DM, Ashari H, Suparno, dan tim, serta dipublikasikan pada tanggal 9 Januari 2020 dalam jurnal Science Vol. 367, Issue 6474, pp. 167-170. Para ilmuwan berdedikasi ini memang telah lama berfokus mempelajari spesies-spesies burung yang belum teridentifikasi di wilayah Wallacea, timur Indonesia.
Lokasi atau habitat asli dari kesepuluh spesies dan subspesies burung baru yang berhasil diidentifikasi ini berada di Pulau Peleng di Kepulauan Banggai dan Pulau Batudaka di Kepulauan Togean yang berada di Sulawesi Tengah, serta Pulau Taliabu di Kepulauan Sula yang berada di Maluku Utara. Sepuluh spesies dan subspesies baru yang ditemukan meliputi lima spesies dan lima subspesies baru. Lima spesies burung baru yang ditemukan ini, yaitu Rhipidura habibiei (ditemukan di Pulau Peleng), Locustella portenta (Pulau Taliabu), Myzomela wahe (Pulau Taliabu), Phyllocopus suara merdu (Pulau Peleng), Phylloscopus emilsalimi (Pulau Taliabu). Sedangkan lima subspesies baru lainnya adalah Phyllergates cuculatus sulanus (Pulau Taliabu), Phyllergates cucullats relictus (Pulau Peleng), Cyornis omissus omississimus (Pulau Batudaka), Turdus poliocephalus sukahujan (Pulau Taliabu), dan Ficedula hyperythra betinabiru (Pulau Taliabu).
Dari kesepuluh taksa yang ditemukan, dua nama di antaranya, yaitu Rhipidura habibiei dan Phylloscopus emilsalimi, dianugerahkan kepada dua tokoh bersejarah Indonesia, yakni mendiang Presiden ketiga Republik Indonesia, B.J Habibie dan tokoh cendekiawan Indonesia, Emil Salim. Hal ini merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap dua tokoh penting yang sangat peduli terhadap lingkungan dan memberikan banyak kontribusi serta perhatian terhadap masa depan bangsa.
Salah satu burung yang ditemukan, Taliabu myzomela, adalah sejenis burung pemakan madu yang gemar memakan nektar dan buah-buahan. Ada pula Peleng pengupas bulu, yang dengan sangat menggemaskan akan mengupas bulu-bulu ekornya saat sedang marah atau terancam. Dua burung lainnya yang ditemukan termasuk dalam jenis burung pengicau, yaitu burung penyanyi pemakan serangga.
Seperti yang dituturkan oleh Dewi Malia Prawiradilaga selaku Profesor Riset bidang zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, penemuan besar ini adalah sesuatu yang sangat langka dan baru terjadi lagi setelah 100 tahun setelah ekspedisi yang dilakukan oleh Alfred Wallace. Selain itu, Frank Rheindt, ornitologis di Universitas Nasional Singapura, berpendapat bahwa penemuan besar ini dapat disebabkan salah satunya karena eksplorasi flora dan fauna oleh penjelajahan abad ke-19, seperti naturalis Inggris Alfred Russel Wallace, tidak banyak difokuskan di pulau-pulau timur Indonesia, mengingat luasnya cakupan area yang harus dieksplorasi dan besarnya keanekaragaman flora fauna Indonesia. Faktor lain yang memungkinkan hal ini terjadi adalah kondisi alam di kepulauan tersebut yang dikelilingi oleh laut mendukung terjadinya fenomena spesiasi, yaitu proses pembentukan jenis atau spesies baru.
Kedepannya, Rheindt dan tim berencana untuk melakukan ekspedisi ke pulau-pulau timur Indonesia lainnya yang dikelilingi oleh laut dalam. Rheindt mengatakan bahwa tempat-tempat tersebut memiliki potensi besar dan sangat menjanjikan untuk menemukan spesies yang tidak ditemukan di tempat lain.

Para Penyanyi Merdu Taliabu
Dalam ekspedisinya, Frank Rheindt menuturkan bahwa metode yang paling akurat dan telah teruji untuk melacak keberadaan burung adalah nyanyian mereka. Rheindt menuturkan bahwa saat pertama kali ia mendaki ke pegunungan Taliabu, ia mendengar suara kicau mirip serangga dari spesies burung belalang yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Setelah mengorbankan lebih banyak tenaga dan mendaki lebih tinggi, barulah Rheindt dapat menemukan tempat persembunyian si penyanyi kecil. Rheindt dan tim menjumpai burung kecil berwarna coklat yang sekarang bernama Burung Pengicau Belalang Taliabu.
Tim ekspedisi tersebut mengumpulkan spesimen burung-burung yang mereka temukan, lalu kembali ke laboratorium untuk menggambar anatominya dengan teliti. Selain itu, mereka juga melakukan analisis terhadap DNA burung serta rekaman nyanyian mereka. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa spesies tersebut cukup berbeda dari spesies mana pun yang diketahui untuk diberi nama dan ditetapkan sebagai spesies atau subspesies baru.

Penulis : Latifa Ariani
Dikurasi oleh: Citra Isswandari Putri
Referensi
Rheindt, F., Prawiradilaga, D., Ashari, H., Suparno, Gwee, C., Lee, G., . . . Ng, N. (2020, January 10). A lost world in Wallacea: Description of a montane archipelagic avifauna. Retrieved January 16, 2021, from https://science.sciencemag.org/content/367/6474/167
Eaton, P. (2020, November 05). 10 new birds discovered in ‘lost world’. Retrieved January 16, 2021, from https://www.nationalgeographic.co.uk/animals/2020/01/10-new-birds-discovered-lost-world
Penemuan Sepuluh Taksa Baru Burung dari Sulawesi dan Maluku Utara. (n.d.). Retrieved January 16, 2021, from https://www.ristekbrin.go.id/penemuan-sepuluh-taksa-baru-burung-dari-sulawesi-dan-maluku-utara/
LindungiHutan.com adalah Platform Crowdfounding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak.
Yuk, jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!