dewasa ini, thrifting telah meraih puncak popularitasnya dan menjadi sebuah tren ataupun gaya hidup di seluruh dunia. Para pendiri thrift store atau thrift Shop online sekarang pun sering membangun komunitas-komunitas thrift Shop yang bertujuan untuk mendukung satu sama lain. Lantas, apa yang membuat usaha ini sangat populer?
Sejarah Thrifting/Thrift Shop
Thrifting, atau jual-beli barang bekas biasanya yang sering ditemukan adalah pakaian, awalnya trend ini terbentuk sebagai upaya untuk mencari nafkah ataupun menghemat pengeluaran. Usaha seperti ini sudah banyak dimulai pada akhir abad ke-19 di Amerika Serikat. Namun, barang dan pakaian bekas dahulu masih tercekam di bawah stigma yang berbunyi bahwa barang-barang ini hanyalah untuk orang-orang yang tidak layak. Bahkan, toko-toko penjual barang bekas sering dianggap “toko sampah” pada saat itu. Terjadinya fenomena The Great Depression yang berhasil meruntuhkan banyak bisnis-bisnis lokal dan menghasilkan angka pengangguran yang besar pada tahun 1933 hal ini mengharuskan semua orang pada saat itu untuk berhemat. Sebagian besar lainnya harus mengandalkan hasil penjualan dari barang-barang bekas mereka sebagai sumber mata pencaharian. Pelanggan juga membeli dengan alasan ingin menghemat. Hal yang sama terjadi setelah Perang Dunia Kedua. Dari situ, thrift shop akhirnya mendapatkan kepopularitasannya.

Thriftshop vs Slow Fashion vs. Fast Fashion
Sama seperti usaha thrift shop yang berkembang pesat, industri fast fashion tidak jauh ketinggalan. Fast fashion merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan model bisnis yang sangat menguntungkan. Hal ini diukur dari peniruan tren catwalk dan desain fashion tinggi yang dikuasai model bisnis tersebut. Tipe bisnis busana ini biasanya memproduksi produk mereka secara massal dengan biaya yang cenderung rendah.
Sejauh ini, fast fashion telah menghasilkan 10% dari semua emisi karbon yang ada di dunia. Industri ini juga merupakan industri kedua terbesar dalam menghasilkan polusi. Tanpa disadari, fast fashion merupakan salah satu faktor utama dalam kerusakan dan pencemaran lingkungan. Jika dilihat secara luas, polusi hanyalah salah satu dari banyak efek negatif yang dihasilkan oleh fast fashion. Produk sampingan dari pabrik tekstil yang memproduksi produk fast fashion secara massif adalah air limbah beracun yang tidak diolah terlebih dahulu. Air limbah dari pabrik pakaian yang dibuang langsung ke sungai seringkali mengandung zat seperti timbal, merkuri, dan arsen yang sangat berbahaya bagi kehidupan akuatik dan juga manusia yang tinggal di dekat lokasi.

namun di sisi lain, slow fashion merupakan konsep yang menggambarkan kebalikan dari fast fashion. Industri yang satu ini mendukung adanya proses pengolahan secara “lambat” dan menganjurkan produksi yang menunjukkan kepedulian terhadap manusia, lingkungan, dan populasi satwa liar. Sering dijuluki “sustainable fashion”, jenis-jenis slow fashion beraneka ragam. Yang pertama adalah rancangan busana berkualitas tinggi dengan bahan-bahan terpilih yang juga memakan durasi pengerjaan yang panjang. Hal ini diakibatkan oleh ketelitian yang teruji dalam proses perancangan. Alhasil stok produk tersebut pun terbatas. Busana atau pakaian yang dibuat khusus atau dijahit sendiri juga merupakan salah satu contoh dari konsep slow fashion, sama juga seperti pembuatan pakaian baru dari mendaur ulang pakaian lama. Tidak terkecuali, thrift shop atau menjual-beli pakaian bekas.

Thrifting di Masa Pandemi
Dengan banyak waktu luang yang ada selama pandemi ini, banyak kaum muda Indonesia yang telah menjelajahi kreativitas masing-masing dalam memulai usaha. Salah satunya merupakan usaha thrifting. Banyak pula usaha-usaha thrift shop yang berhasil dibangun anak bangsa hanya dengan modal baju bekas dan pola pikir yang inovatif. Tidak lupa dengan jenis-jenis slow fashion yang disebut di atas, banyak pendiri-pendiri thrift shop lokal menjual pakaian bekas ataupun hasil daur ulang pakaian bekas mereka. Dari sana, bisa ditemukan hobi baru sekaligus menghasilkan pendapatan tambahan.

Manfaat dari Thrift Shop Bagi Dunia
Terlepas dari keuntungan yang diberikan thrifshop kepada pengusaha atau penjual pakaian bekas, thriftshop juga bersifat membantu pembeli dan lingkungan sekitar, lho! manfaat dari Thrift shop diantaranya pembeli tidak hanya dapat menghemat jumlah pengeluaran, tetapi juga berkontribusi menyelamatkan dunia. Dengan thrift-shopping atau berbelanja pakaian-pakaian bekas, pembeli dapat:
Thrift shop sebagai upaya Mengurangi polusi
Sekitar 90 persen kapas yang ditanam untuk dijadikan bahan untuk tekstil pakaian adalah hasil rekayasa genetika yang sangat bergantung pada penggunaan pestisida. Faktanya, hampir 20 persen penggunaan pestisida di seluruh dunia adalah pada tanaman kapas. Bahan kimia ini mencemari persediaan air di wilayah sekitarnya dan mengasamkan pH tanah. Pewarna yang digunakan dalam proses pembuatan tekstil juga mencemari persediaan air. Komponen-komponen ini biasanya dibuang secara langsung ke sungai atau danau terdekat. Proses ini pun sering dialihdayakan ke negara-negara kurang maju karena peraturan lingkungannya yang mungkin tidak diterapkan atau tidak ditegakkan secara efektif. Adanya produksi tekstil sintetis juga merupakan sumber pelepasan senyawa kimia dinitrogen oksida, gas rumah kaca yang 310 kali lebih kuat dari karbon dioksida. Dengan beralih ke pakaian bekas, uang yang dikeluarkan tidak akan digunakan untuk mendukung industri yang menghasilkan polusi air maupun udara tetapi sebaliknya, uang itu bisa sangat berdampak bagi lingkungan kita.

Mengurangi sumber daya yang terbuang sia-sia
Tidak banyak yang mengetahui seberapa besar sumber daya alam yang dibutuhkan untuk memproduksi pakaian baru. Contohnya, sepasang celana jeans membutuhkan sekitar 1.800 galon air atau sekitar 6814 liter air untuk diproduksi. Proses produksi pembuatan satu pasang celana jeans juga menghasilkan gas rumah kaca yang setara dengan gas yang dihasilkan sebuah kendaraan setelah perjalanan lebih dari 130 kilometer. Sama juga dengan kaos oblong, rok, dan sebagian besar jenis pakaian lainnya. Melalui thrift shop, pembeli dapat menjaga sumber daya alam yang ada sehingga tidak terbuang sia-sia.
Mengurangi jumlah pakaian pada tempat pembuangan
Industri fashion bergerak semakin cepat. Jumlah pakaian yang diproduksi meningkat drastis sementara harga dan kualitas pakaian menurun. Maka dari itu, kebanyakan dari kita terpaksa harus terus menerus membeli pakaian-pakaian baru setelah pakaian lama sudah ketinggalan zaman atau terlihat kusam. Diperkirakan, kita membeli pakaian empat kali lebih banyak dari 100 tahun yang lalu, lebih banyak juga membuangnya, dan menggantikannya dengan sesuatu yang baru. Di Amerika Serikat sendiri, 10,5 juta ton pakaian terbuang setiap tahunnya. Menurut penelitian, sekitar 60 persen pakaian yang dibuat di seluruh dunia terbuat dari bahan sintetis non-biodegradable seperti poliester, nilon, dan akrilik. Bahan-bahan sintetis ini memiliki satu komponen utama yang sama, yaitu plastik. Jika dibuang, mereka akan membutuhkan ratusan tahun untuk dapat diuraikan secara alami. Sementara itu, mereka pun akan perlahan memenuhi area tempat pembuangan sampah. Dengan membeli barang bekas, pembeli dapat mengurangi komponen plastik dari tempat pembuangan sampah. Alhasil, pembeli dari thrift store juga dapat berkontribusi pada penurunan permintaan tekstil di seluruh dunia dan limbah ke depannya.

Dengan adanya sedikit informasi mengenai thrifting dan pola hidup yang dapat menyelamatkan dunia dan seisinya, semoga kita semua dapat berkontribusi lebih lagi kedepannya. Mari dukung bisnis-bisnis thrift store lokal! Jangan lupa juga untuk membagikan informasi ini ke orang-orang di sekitar Anda untuk memberikan sebuah dampak.
Penulis: Angeline Lee
Dikurasi Oleh: Daning Krisdianti
Referensi Literatur
BORGEN magazine – the Borgen project. (2017, June 12). Retrieved April 11, 2021, from
https://www.borgenmagazine.com/
Depresi ekonomi: PENGERTIAN dan Penyebab Terjadinya. (2021, January 25). Retrieved April
11, 2021, from https://glints.com/id/lowongan/depresi-ekonomi/
Leon, L., Atkinson, S., Aprilyou, & Walsh, K. (2015, November 02). Why thrifting is good for
the planet, not just your wallet. Retrieved April 11, 2021, from https://serc.berkeley.edu/why-thrifting-is-good-for-the-planet-not-just-your-wallet/
SEVEN forms of sustainable fashion. (n.d.). Retrieved April 11, 2021, from
https://www.greenstrategy.se/sustainable-fashion/seven-forms-of-sustainable-fashion/
Stanton, A. (2021, March 10). What is fast fashion, anyway? Retrieved April 11, 2021, from
https://www.thegoodtrade.com/features/what-is-fast-fashion
Waxman, O. (2018, August 17). History of thrift stores. Retrieved April 11, 2021, from
https://time.com/5364170/thrift-store-history/
What’s wrong with fast fashion? (n.d.). Retrieved April 11, 2021, from
https://pebblemag.com/magazine/living/whats-wrong-with-fast-fashion
Referensi Gambar
- Thrift Store: Thrift Shopping: An Eco-Friendly Alternative to Buy Clothes – Waste4Change
- Produk Fast Fashion: Kabar “Jelek” dari Tren Fast Fashion | by On Women Indonesia | Medium
- Busana Hasil Pembuatan Khusus: 5 Tailor Terkemuka dengan Kualitas Terbaik di Jakarta – TraderHUB
- Online Thrift Stores: 8 Online Thrift Shop untuk Kamu yang Gemar Berbelanja!
- Polusi Air Akibat Produksi Pakaian: Fast fashion: Toxic clothing
- Jumlah Pakaian pada Tempat Pembuangan: https://www.trustedclothes.com/blog/tag/clothing-in-landfill/
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan.
Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk melakukan kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di berbagai daerah. Mari kita juga sama-sama mendukung usaha thrift store lokal agar bumi kita ini memiliki masa depan yang terjamin.
Yuk, bergabung bersama kami sebagai pioneer penghijauan!