
Sebelum mengenal ulat bulu, yuk kita simak penjelasan sedikit tentang styrofoam terlebih dahulu. Going green telah menjadi tren yang semakin populer di berbagai belahan dunia. Dari menabung kantong plastik hingga mengganti botol air plastik, masyarakat telah mengambil langkah-langkah untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Langkah selanjutnya adalah melarang polistirena (polystyrene), yang lebih dikenal sebagai styrofoam, produk berbahaya yang masih ada di lingkungan kita. Styrofoam adalah zat yang tidak dapat didaur ulang (non-biodegradable) dan sering digunakan untuk menjaga minuman tetap panas serta menyimpan sisa makanan. Walaupun murah dan nyaman, ada efek bahaya besar yang muncul seiring dengan penggunaan styrofoam secara terus menerus. Efek ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, namun juga pada kesehatan dari pengguna styrofoam.
Pada kesehatan manusia, penggunaan styrofoam dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, saluran pernapasan bagian atas, dan gangguan gastrointestinal (Syren, 2018). Paparan kronis terhadap styrofoam dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut pada sistem saraf, seperti depresi, sakit kepala, kelelahan, kelemahan, dan efek kecil pada fungsi ginjal. Stirena (styrene) adalah bahan dasar yang digunakan untuk membuat polistirena. Bahan ini banyak digunakan dalam pembuatan plastik, resin dan karet. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker telah menetapkan stirena sebagai bahan yang berpotensi menjadi karsinogen bagi manusia. Orang-orang yang bekerja di bidang pembuatan produk stirena dan secara teratur terpapar zat tersebut mengaku bahwa mereka mengalami berbagai efek samping pada kesehatan tersebut.
Pada lingkungan, penggunaan styrofoam dapat menyebabkan berbagai efek negatif. The National Bureau of Standards Center for Fire Research telah menemukan 57 zat kimia yang keluar selama pembuatan styrofoam. Zat kimia ini tidak hanya mencemari udara, tetapi juga menghasilkan limbah cair dan padat beracun yang membutuhkan pengolahan dan pembuangan yang tepat. Dalam proses pembuatan styrofoam, ada banyak zat atau bahan berbahaya bagi lingkungan yang digunakan, seperti penghambat api brominasi yang dapat menyebabkan kebakaran, hidrofluorokarbon (HFC) yang dapat merusak ozon menyebabkan perubahan iklim, serta minyak bumi yang tumpahannya dapat mencemari lautan.
Selain itu, styrofoam adalah zat yang tidak dapat didaur ulang sehingga dapat menetap di Bumi dalam jangka panjang sebagai bagian dari sampah beracun bagi manusia, satwa liar dan kehidupan laut, persediaan makanan, dan lingkungan kita. Manusia memang dapat mendaur ulang styrofoam dengan berbagai teknologi yang saat ini telah ada, namun hal tersebut akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Beruntungnya, peneliti telah menemukan solusi alami untuk mengatasi permasalahan terkait limbah styrofoam yaitu ulat tepung (mealworm).
Apa itu Ulat Tepung?

Ulat tepung atau mealworms adalah bentuk larva dari kumbang ulat bambu (Tenebrio molitor), salah satu spesies kumbang gelap. Seperti semua serangga holometabolik, mereka melalui empat tahap kehidupan dari telur, larva, pupa, kemudian menjadi dewasa. Larva ulat tepung biasanya berukuran sekitar 2,5 cm atau lebih, sedangkan yang dewasa umumnya berukuran antara 1,25 hingga 1,8 cm.
Kumbang ulat bambu dapat berkembang biak dengan subur (Mealworm & Darkling Beetle, n.d.). Proses perkawinan terjadi dalam tiga langkah: kumbang jantan akan mengejar kumbang betina, memasang dan memasukkan aedeagus atau alat reproduksinya, dan memberikan sperma. Dalam beberapa hari, kumbang betina akan bersembunyi di tanah lunak dan bertelur 70-100 butir. Kumbang betina perlu menyembunyikan telurnya dengan baik agar tidak menjadi target predator seperti reptil. Selama masa hidupnya, seekor kumbang ulat bambu betina rata-rata akan bertelur sekitar 500 telur. Setelah empat sampai 19 hari, telur akan menetas dan larva ulat tepung akan muncul ke permukaan.
Selama tahap larva, ulat tepung akan berganti kulit 10–14 kali. Selama pergantian bulu terakhir, ia kehilangan karapasnya dan berubah menjadi pupa melengkung. Pupa baru yang berwarna putih krem akan berubah secara perlahan menjadi cokelat sebelum muncul sebagai kumbang dewasa. Ulat tepung tetap menjadi pupa selama enam hingga sekitar 300 hari tergantung pada suhu inkubasi. Kumbang ulat yang baru muncul akan duduk diam saat sayapnya terbuka dan kering. Mereka akan berwarna krem awalnya dan berubah menjadi cokelat dalam dua sampai tujuh hari. Setelah kumbang ulat bambu berubah warna menjadi kecokelatan, mereka menjadi dewasa secara seksual dan mulai mencari pasangan. Kumbang dewasa biasanya dapat hidup dua sampai empat minggu atau lebih di penangkaran.
Ulat tepung hidup di daerah yang dikelilingi oleh apa yang mereka makan di bawah batu, kayu gelondongan, liang hewan dan di dalam biji-bijian yang disimpan oleh manusia. Mereka membersihkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, dan karena itu dapat ditemukan di mana saja. Ulat tepung menyukai kegelapan dan tubuhnya senantiasa ingin bersentuhan dengan suatu benda. Ulat ini sering digunakan untuk penelitian biologi. Ukurannya yang relatif besar, kemudahan pemeliharaan dan penanganannya, serta statusnya sebagai organisme non-model membuatnya berguna dalam pembuktian kajian konsep di bidang biologi dasar, biokimia, evolusi, imunologi dan fisiologi.
Peran Ulat Tepung Sebagai Pengurai Styrofoam

Styrofoam telah memberi dunia sebuah insulasi dan wadah yang murah serta ringan untuk membawa makanan ke mana saja. Namun, bahan tersebut terurai dengan sangat lambat sehingga bisa berada di tempat pembuangan sampah selama ratusan tahun. Sebuah temuan pada tahun 2015 menunjukkan solusi potensial yaitu ulat tepung (Lockwood, 2015). Mereka akan memakan busa styrofoam saat mereka tidak bisa mendapatkan makanan yang lebih baik. Proses tersebut dapat mengubah hingga 48% dari apa yang mereka makan menjadi karbon dioksida.
Untuk membendung gelombang sampah plastik yang bertambah setiap harinya, para peneliti telah mencari mikroba atau invertebrata yang dapat menguraikan polimer berbasis hidrokarbon menjadi senyawa anorganik seperti CO2 dan air. Dalam upaya untuk menemukan makhluk yang mungkin dapat mencerna styrofoam, Yu Yang dan beberapa peneliti lain dari Universitas Beihang di Beijing menguji ulat tepung. Selama ini, ulat tepung dibudidayakan sebagai makanan hewan dan manusia karena kaya akan protein. Penelitian Yang et al. (2015) pun menemukan bahwa ulat tepung akan memakan styrofoam. Ulat tepung akan tetap lebih memilih untuk memakan tumbuhan seperti kentang, namun ketika terpaksa, mereka juga akan memakan styrofoam. Yang et al. kemudian melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah ulat tepung dapat mengurai styrofoam.
Ulat tepung yang mereka teliti pada saat itu memakan sekitar seperempat styrofoam dan secara cepat mengubahnya menjadi CO2 selama percobaan. Setelah 16 hari, mereka telah mengubah 48% dari karbon yang mereka makan menjadi CO2 dan mengeluarkan 49% dari kotoran mereka. Senyawa dalam feses ulat ini rata-rata memiliki berat molekul 20% lebih rendah daripada polimer asli, sehingga styrofoam telah terdegradasi di dalam usus mereka. Mikroba dalam usus ulat tepung bertanggung jawab untuk menghancurkan styrofoam. Walau begitu, Yang mengakui bahwa penggunaan ulat tepung sebagai solusi alami untuk mengelola sampah styrofoam akan membutuhkan waktu dan penelitian lebih lanjut.
Ramani Narayan, seorang pakar biodegradasi plastik di Michigan State University, mengatakan bahwa ini adalah penemuan menarik, tetapi belum siap untuk diterapkan secara praktis. Narayan mencatat bahwa sekitar setengah dari polistirena yang dimakan ulat tepung dikeluarkan kembali ke lingkungan dalam bentuk fragmen yang mungkin tidak dapat terurai secara hayati dan dapat membawa racun ke rantai makanan. Untuk saat ini, solusi jangka panjang yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan sampah plastik maupun styrofoam adalah bahan pengganti plastik yang dapat terurai secara hayati (Brandon et al., 2019). Bahan pengganti ini juga dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap produk atau kemasan sekali pakai.
Budidaya Ulat Tepung

Selain bermanfaat bagi lingkungan, ulat tepung juga memiliki nilai ekonomis sebagai pakan ternak yang mudah dibudidayakan (Megumi, 2018). Berikut langkah-langkah untuk membudidayakan ulat tepung (Raising Mealworms, n.d.).
- Kumpulkan alat dan bahan.
- Oatmeal kering atau tepung jagung.
- Sumber kelembaban organik yang tidak mudah berjamur. Wortel paling cocok untuk ini, tetapi juga bisa menggunakan buah dan sayuran lain seperti irisan atau potongan kentang atau apel.
- Tiga wadah plastik dengan lubang udara dibor di bagian atas.
- Potongan karton telur atau gulungan tisu toilet bekas.
- 500-1000 ulat tepung.
- Tuang 2,5 cm lapisan oatmeal kering atau tepung jagung ke bagian bawah setiap wadah plastik. Lapisan tersebut akan berfungsi sebagai alas tidur dan makanan bagi ulat tepung dalam berbagai tahap perkembangannya.
- Taruh irisan sayuran ke dalam setiap wadah plastik. Berbagai sayuran dan buah dapat digunakan untuk sumber kelembaban organik mereka seperti seledri, selada, kentang, atau apel. Wortel tampaknya membutuhkan waktu lebih lama untuk menjamur dibandingkan buah dan sayuran lainnya.
- Tuang ulat tepung hidup ke dalam wadah plastik. Beberapa petani ulat tepung umumnya suka menambahkan beberapa potong roti, sereal, atau makanan anjing kering ke dalam campuran dari isi wadah tersebut.
- Taruh beberapa potongan karton telur atau gulungan tisu toilet bekas di atas oatmeal kering atau tepung jagung. Ulat tepung suka berada di dalam kegelapan.
- Beri label wadah yang sesuai. Sediakan paling tidak tiga wadah yang berbeda untuk larva, pupa, dan kumbang dewasa.
- Tutup wadah dan letakkan di tempat yang hangat dan gelap. Kehangatan akan mempercepat proses siklus hidup, sehingga ulat tepung dengan cepat menjadi kepompong.
Selama masa perkembangan, ulat tepung perlu diperhatikan secara berkala. Beberapa petani memeriksa ulat mereka sehari sekali, beberapa hanya memeriksa setiap seminggu sekali. Berikut langkah-langkah pemeliharaannya.
- Periksa kondisi ulat tepung dan singkirkan bahan sayuran yang membusuk, serangga mati, atau gumpalan jamur dari substrat oatmeal kering atau tepung jagung. Tambahkan lebih banyak sayuran dan oatmeal sesuai kebutuhan dan pindahkan alas tidur untuk mencegah jamur.
- Perhatikan pupa di habitat ulat tepung. Tergantung pada suhu dan berapa umur ulat tersebut saat dibeli, transformasi ke tahap kepompong dapat berlangsung dari satu minggu hingga beberapa bulan.
- Seiring pertumbuhan, pupa akan berwarna semakin gelap di setiap tahap siklus hidup.
- Pupa mulai dari putih sangat pucat dan lebih mirip kumbang kecil yang meringkuk daripada cacing tersegmentasi.
- Beberapa ulat tepung akan melepaskan kulitnya beberapa kali sebelum berubah menjadi kepompong dan ini normal.
- Pisahkan pupa yang telah muncul dari larva ulat tepung. Gunakan pinset agar lebih higienis. Pemisahan pupa dari larva dan kumbang dewasa sangat penting karena mereka tidak dapat mempertahankan diri dan berisiko dimakan sebelum menetas. Tahap kepompong berlangsung dari satu hingga beberapa minggu tergantung pada suhu. Mereka hampir menetas saat warnanya mulai gelap.
- Segera keluarkan kumbang dewasa dari wadah pupa. Mereka akan memakan pupa bila tidak segera dikeluarkan. Tempatkan kumbang dewasa ke dalam wadah terpisah dengan pengaturan yang sama dengan ulat tepung. Tambahkan oatmeal kering atau tepung jagung ekstra agar mereka memiliki ruang untuk bertelur.
- Periksa wadah kumbang dewasa secara teratur untuk mencari telur. Mereka biasanya dapat ditemukan di sepanjang dasar wadah. Telur tidak perlu dipindahkan, namun ulat tepung yang sudah menetas perlu dipindahkan ke wadah khusus ulat tepung agar tidak dimakan oleh kumbang dewasa.
Penulis: Fiona Evangeline Onggodjojo
Referensi Literatur
Brandon, A. M., El Abbadi, S. H., Ibekwe, U. A., Cho, Y., Wu, W., & Criddle, C. S. (2019).
Fate of Hexabromocyclododecane (HBCD), A Common Flame Retardant, In Polystyrene-Degrading Mealworms: Elevated HBCD Levels in Egested Polymer but No Bioaccumulation. Environmental Science & Technology, 54(1), 364–371. doi: doi.org/10.1021/acs.est.9b06501
Lockwood, D. (2015, September 30). Mealworms Munch Polystyrene Foam. Chemical &
Engineering News. Retrieved January 26, 2021, from https://cen.acs.org/articles/93/web/2015/09/Mealworms-Munch-Polystyrene-Foam.html.
Mealworm & Darkling Beetle. (n.d.). Ward Science. Retrieved January 26, 2021, from
Megumi, S. R. (2018, September 25). Ulat Tepung, Serangga Kecil Pemakan Styrofoam.
Greeners.co. Retrieved January 26, 2021, from https://www.greeners.co/flora-fauna/ulat-tepung-serangga-kecil-pemakan-styrofoam/.
Raising Mealworms: Everything You Always Wanted to Know (and more). (n.d.). Sialis.
Retrieved January 26, 2021, from http://www.sialis.org/raisingmealworms.htm.
Syren, F. (2018, February 27). Why Styrofoam is so Bad for the Environment. The Zero
Waste Family. Retrieved January 26, 2021, from https://zerowastefamily.com/styrofoam-bad-environment.
Yang, Y., Yang, J., Wu, W., Zhao, J., Song, Y., Gao, L., Yang, R., & Jiang, L. (2015).
Biodegradation and Mineralization of Polystyrene by Plastic-Eating Mealworms: Part 1. Chemical and Physical Characterization and Isotopic Tests. Environmental Science & Technology., 49(20), 12080–12086. doi: doi.org/10.1021/acs.est.5b02661.
Referensi Gambar
Mealworms. Retrieved from https://pixabay.com/images/id-4233259/.
Mealworms Eating Styrofoam. Retrieved from https://www.chasingasun.com/blog/how-styrofoam-eating-super-worms-are-helping-us-so-zero-waste.
Mealworms Eating Styrofoam. Retrieved from https://www.sciencealert.com/scientists-find-worms-can-safely-eat-the-plastic-in-our-garbage.
Mealworm Farm. Retrieved from https://thisismold.com/space/farm-systems/hive-farm-mealworm-meat-in-this-kitchen-hive-from-livin-studio#.YA_XUulR1PZ.
Lindungihutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya yang dapat merugikan pihak.
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!